Rabu, 28 Maret 2012

Matahari

Posted by Nur Fadhilah at 8:37:00 PM 0 comments
Oleh: Nur Fadhilah

Aku punya matahari
Matahariku hanya satu
Matahariku sangat terang
Menyilaukan setiap mata yang melihat

Aku punya matahari
Matahari yang indah
Hingga mataku tak ingin berpaling
Takut matahariku diambil orang


Aku punya matahari
Selalu menerangi siang malam
Tak peduli pada bulan dan bintang
Cahayanya selalu memberi kehangatan

Aku punya matahari
Yang suatu hari akan redup
Tapi aku tak mau senter atau lilin
Karena rasanya tak akan pernah sama

Rabu, 07 Maret 2012

TANAMAN HERBAL

Posted by Nur Fadhilah at 9:16:00 PM 1 comments
1. Akar Wangi (Vitiveria zizanioides)

Familia:
Poaceae (Gramineae).

Uraian:
Rumput menahun, tinggi dapat mencapai 1 meter. Batang lunak, beruas-ruas, berwarna putih. Daun tunggal, bentuk pita, ujung runcing. Pelepah memeluk batang, warna hijau keputih-putihan. Perbungaan bentuk bulir di ujung batang. Buah padi, berduri, berwarna putih kotor. Akar termasuk akar serabut berwarna kuning. Bagian yang digunakan adalah akar dan minyak atsiri.

Penyakit yang dapat diobati:
Khasiat diaforetik, bau mulut (obat kumur) dan reumatik (obat luar).

Ramuan dan takaran:
Napas/ bau mulut
Bahan:
• Akar wangi beberapa potong
• Daun Sirih segar 2 lembar
• Herba Pegagan segar 1 genggam
• Buah Kapulaga 6 butir
• Air 110 ml
Cara pembuatan: dibuat infus.
Cara pemakaian: untuk berkumur 2 kali sehari, tiap kali pakai 100 ml. Bila perlu, dapat diencerkan dengan air hangat, sebagian dapat ditelan karena tidak berbahaya.

Komposisi:
Akar: minyak atsiri, hars dan zat pahit. Minyak: vetiverin, vetiveron, veton dan vetivazulen.


2. Buah Nona (Annona reticulata)

Familia:
Annonaceae (Anacardiaceae).

Uraian:
Pohon atau perdu, tinggi 3-7 meter, semua bagian jika diremas berbau kuat. Daun memanjang sampai bentuk lanset, 9-30 kali 3,5-7 cm, cukup lemas, tepi rata. Bunga dalam karangan yang pendek, berbunga 2-10. Daun kelopak waktu kuncup tersusun secara katup, segitiga kecil, pada pangkalnya bersatu. Daun mahkota terluar berdaging sangat tebal, 2-3 cm panjangnya, dari dalam putih kekuningan, dengan pangkal berongga akhirnya ungu. Daun mahkota yang dalam sangat kecil. Dasar bunga meninggi. Benang sari banyak, putih. Penghubung ruang sari di atas ruang sari melebar dan menutup ruangnya. Bakal buah banyak. Kepala putik boleh dikatakan duduk. Buah majemuk lebih kurang bentuk bola, garis tengah 5-12 cm, anak buah khususnya dengan ujung datar, juga pada waktu masak masih berhubungan. Biji coklat hitam. Daging buah putih kotor. Pohon buah dari Hindia Barat. Bagian yang digunakan adalah biji, buah muda dan daun.

Penyakit yang dapat diobati:
Biji: kutu kepala (obat luar).
Daun: sariawan dan obat cacing.
Buah muda: disentri, mencret dan obat cacing.

Ramuan dan takaran:
Obat Cacing
Bahan:
• Daun buah nona segar 4 gram
• Air 110 ml
Cara pembuatan: dibuat infus atau diseduh.
Cara pemakaian: diminum sehari 1 kali 100 ml.
Lama pengobatan: diulang selama 4 hari.
Sariawan
Bahan:
• Daun buah nona segar 4 gram
• Daun sirih segar 3 helai
• Daun saga 4 gram
• Air 110 ml
• Serbuk gips (ditambahkan setelah ramuan dingin) 6 gram
Cara pembuatan: dibuat infus atau diseduh.
Cara pemakaian: diminum 1 kali sehari 100 ml.
Lama pengobatan: diulang selama 7 hari.

Komposisi:
Tanin, alkaloid anonaina dan retikulina.


3. Cakar Ayam (Selaginella doederleinii-hieron)

Familia:
Selaginellaceae.

Uraian:
Termasuk divisi pteridophyta, tumbuhan paku-pakuan ini tumbuh pada tebing, jurang dan tempat-tempat teduh yang berhawa dingin. Batang tegak, tinggi 15-35 cm, keluar akar pada percabangan. Daunnya kecil-kecil, panjang 4-5 mm, lebar 2 mm, bentuk jorong, ujung meruncing, pangkal rata, warna daun bagian atas hijau tua, bagian bawah hijau muda. Daun tersusun di kiri kanan batang induk sampai kepercabangannya, yang menyerupai cakar ayam dengan sisik-sisiknya. Bagian yang dipakai adalah seluruh tanaman, pemakaian kering.

Penyakit yang dapat diobati:
Kanker paru, bronkhitis, radang paru, tonsilis, batuk, koreng, hepatitis, perut busung, infeksi saluran kencing, tulang patah, reumatik, chorioepithelioma, choriocarcinoma, kanker nasopharynx, cholecystitis, cirrhosis (pengecilan hati) dan infeksi saluran nafas.

Pemakaian:
15-30 gr untuk pengobatan kanker, 50-100 gr rebus selama 3-4 jam. Tanaman segar dilumatkan, tempel ke tempat yang sakit.

Ramuan dan takaran:
Kanker: 60 gr cakar ayam kering direbus selama 3-4 jam dengan api kecil, minum setelah dingin.
Batuk, radang paru dan radang amandel (tonsilitis): 30 gr cakar ayam direbus, minum.
Jari tangan bengkak: dilumatkan, tempel ke tempat yang sakit.

Tulang patah: 15-30 gr cakar ayam segar direbus, minum. Pemakaian luar, dilumatkan dan ditempelkan ke tempat yang patah, bila patahnya tertutup dan posisi tulangnya baik. Sudah dibuat infus, tablet dan obat suntik.
Kanker: 18 tablet 60 gr herba segar. Diminum sehari 3 x 6 - 8 tablet.

Komposisi:
Penurun panas, antitoxic, anti kanker (antineoplastic), menghentikan perdarahan (hemostatik) dan anti bengkak (antioedem).


4. Daun Dewa (Gynura segetum)

Familia:
Compositae.

Uraian:
Terna tahunan, tegak, tinggi ± 50 cm, pada umumnya ditanam di pekarangan sebagai tanam obat. Batang muda berwarna hijau dengan alur memanjang warna tengguli, bila agak tua bercabang banyak. Daun tunggal, mempunyai tangkai, bentuk bulat telur sampai bulat memanjang. Ujung melancip. Daun tua membagi sangat dalam. Daun banyak berkumpul di bawah, agak jarang pada ujung batang, letak berseling. Kedua permukaan daun berambut lembut, warna putih. Warna permukaan daun hijau tua, bagian bawah berwarna hijau muda. Panjang daun 8-20 cm. lebar 5-10 cm. Bunga terletak di ujung batang, warna kuning berbentuk bonggol (kepala bunga). Mempunyai umbi berwarna ke abu-abuan, panjang 3-6 cm, dengan penampang ± 3 cm.

Penyakit yang dapat diobati:
Daun: luka terpukul, melancarkan sirkulasi, menghentikan perdarahan (batuk darah, muntah darah, mimisan), pembengkakan payudara, infeksi kerongkongan, tidak datang haid dan digigit binatang berbisa.
Umbi: menghilangkan bekuan darah (haematom) pembengkakan, tulang patah (fraktur) dan perdarahan sehabis melahirkan.

Pemakaian:
15-30 gram daun segar, direbus atau ditumbuk kemudian diperas, minum. Secukupnya tumbuhan ini dilumatkan sampai seperti bubur, ditempelkan ke tempat yang sakit.

Kegunaan:
• Digigit ular/binatang lain: umbi dilumatkan kemudian ditempelkan di tempat kelainan.
• Kutil: 5 lembar daun dewa dihaluskan dan dilumurkan pada tempat berkutil, kemudian dibalut. Dilepas keesokan harinya.

Ramuan dan takaran:
Luka terpukul dan tidak datang haid: 15-30 gram herba direbus atau ditumbuk, diambil airnya, campur dengan arak yang sudah dipanaskan, minum.
Perdarahan pada wanita, pembengkakan payudara, batuk dan muntah darah: 1 batang lengkap (15 gram) direbus, minum.
Kejang pada anak: 1 batang ditumbuk ambil airnya, dicampur arak, minumkan.
Luka terpukul dan masuk angin: 6-9 gram umbi segar ditambah arak kuning (wong ciu) secukupnya, kemudian dipanaskan, minum.

Komposisi:
Saponin, minyak atsiri, flavonoid.


5. Ekor Kucing (Acalypha hispida)

Familia:
Euphorbiaceae

Uraian:
Ekor kucing merupakan tanaman asli dari Hindia Barat. Umumnya, ditanam sebagai tanaman hias di halaman atau di taman-taman. Perdu, tumbuh tegak, tinggi 1-3 m. Batang bulat, percabangan simpodial, permukaan kasar, berwarna cokelat kehijauan. Daun tunggal, bertangkai panjang, letak berseling. Helaian daun bentuknya bulat telur atau lonjong, ujung runcing, pangkal tumpul, tepi bergerigi, pertulangan menyirip, panjang 12-20 cm, lebar 6-16 cm, berwarna hijau muda. Bunga berkelamin tunggal dalam satu pohon. Bunga betina berkumpul dalam karangan berbentuk bulir yang keluar dari ketiak daun, bentuknya bulat panjang berjuntai ke bawah, berdiameter 1-1,5 cm, panjang 20-50 cm, berwarna merah. Buahnya bulat, kecil, berambut, berwarna hijau. Biji berbentuk bulat, kecil, berwarna putih kotor. Ekor kucing dapat diperbanyak dengan biji. Bagian yang digunakan adalah bunga dan daun.

Penyakit yang dapat diobati:
Bunga: disentri, radang usus, perdarahan, seperti berak darah, muntah darah, mimisan, cacingan, luka bakar dan tukak (ulkus) di kaki.
Daun: bercak putih di kulit karena kehilangan pigmen (vitiligo), disentri, batuk darah (hemoptisis), luka berdarah dan sariawan.

Cara pemakaian:
Untuk obat yang diminum, rebus 10-30 g bunga, lalu air rebusannya diminum. Untuk pemakaian luar, giling daun atau bunga secukupnya sampai halus, lalu tempelkan ke tempat yang sakit.

Ramuan dan takaran:
Vitiligo: cuci segenggam daun segar dan kencur seukuran 1/2 ibu jari sampai bersih, lalu giling sampai halus. Balurkan pada bagian tubuh yang berbercak putih, lalu balut. Lakukan pengobatan ini setiap hari.
Luka berdarah: untuk menutup luka, cuci segenggam daun segar sampai bersih, lalu tumbuk sampai halus. Tempelkan pada luka, lalu balut dengan kain perban. Cuci bunga segar dan pinang secukupnya sampai bersih, lalu kunyah. Selama dikunyah, dapat ditambah sedikit jahe, kencur, dan daun pulai yang masih muda.Telan air kunyahannya dan buang ampasnya. Lakukan beberapa kali dalam sehari. Giling 30 g bunga segar dan 30 g gula enau sampai halus. Selanjutnya, makan campuran tersebut. Lakukan 3 kali sehari sampai sembuh.

Komposisi:
Daun mengandung acalyphin, flavonoida, saponin dan tanin. Bunga mengandung saponin dan tanin.


6. Gandarusa (Justicia gendarussa)

Familia:
Acanthaceae.

Uraian:
Berupa semak, pada umumnya ditanam sebagai pasar hidup atau tumbuh liar di hutan, tanggul sungai atau dipelihara sebagai tanaman obat. Di Jawa tumbuh pada ketinggian 1-500 m di atas permukaan laut. Tumbuh tegak, tinggi dapat

mencapai 2 m, percabangan banyak, dimulai dari dekat pangkal batang. Cabang-cabang yang masih muda berwarna ungu gelap, dan bila sudah tua warnanya menjadi coklat mengkilat. Daun letak berhadapan, berupa daun tunggal yang bentuknya lanset dengan panjang 5-20 cm, lebar 1-3,5 cm, tepi rata, ujung daun meruncing, pangkal berbentuk biji bertangkai pendek antara 5-7,5 mm, warna daun hijau gelap. Bunga kecil berwama putih atau dadu yang tersusun dalam rangkaian berupa malai/bulir yang menguncup, berambut menyebar dan keluar dari ketiak daun atau ujung tangkai. Buahnya berbentuk bulat panjang. Selain yang berbatang hitam (lebih populer) ada juga yang berbatang hijau. Bagian yang dipakai adalah daun segar atau kering.

Penyakit yang dapat diobati:
Luka terpukul (memar), tulang patah, reumatik, bisul, borok dan koreng.

Pemakaian:
15-30 gr direbus atau ditumbuk kemudian diperas dan diminum airnya. Kulit pohon dipakai untuk merangsang muntah, daun dapat digunakan untuk membunuh serangga. Tanaman segar dilumatkan, tempelkan ke tempat yang sakit. Tanaman segar direbus, airnya untuk cuci.

Ramuan dan takaran:
Tulang patah dan bisul: daun segar dilumatkan atau yang kering dihaluskan, diaduk dengan arak dan cuka secukupnya, untuk kompres. Tulang yang patah sudah dalam posisi yang benar dan terfiksasi.
Memar, keseleo dan reumatik: 15-30 gr daun kering atau 30-60 gr gandarusa segar direbus, minum airnya.
Memar: daun gandarusa diolesi minyak, layukan di atas api. Tempelkan ke tempat sakit.

Catatan:
Di India dan Asia Tenggara, dipakai sebagai penurun panas, merangsang muntah, anti reumatik, pengobatan sakit kepala, kelumpuhan otot wajah, ekzema, sakit mata dan telinga. Wanita hamil dilarang memakai tanaman ini.

Komposisi:
Justicin, minyak atsiri, kalium dan alkaloid yang agak beracun.


7. Halia (Zingeber officinale)

Familia:
Zingiberaceae.

Uraian:
Halia adalah tumbuhan liar di ladang-ladang yang mempunyai kadar tanah agak basah (lembab) dan banyak memperoleh sinar matahari. Halia termasuk jenis tumbuhan herba menahun. Ciri-ciri tumbuhan ini antara lain mempunyai batang tegak, bearakar serabut dan berumbi dengan rimpang mendatar. Sedang besar kecilnya rimpang tumbuhan halia sangat ditentukan oleh varitasnya. Rimpang halia berkulit agak tebal membungkus daging umbi yang berserat dan mempunyai warna coklat dengan aroma khas. Bentuk daunnya berbentuk bulat panjang dan tidak begitu lebar. Bunganya berbentuk malai dan mempunyai 2 kelamin serta mempunyai 1 benang sari dan 3 putik bunga. Bunga halia muncul pada ketiak daun dengan posisi duduk. Halia merupakan tumbuhan daerah subtropis sampai tropis dan cocok ditanam pada daratan rendah sampai dataran tinggi (1500 meter di atas permukaan laut). Halia berbatang basah dan diduga berasal dari China dan India. Halia dapat mencapai ketinggian berkisar 0,75-1 meter.

Penyakit yang dapat diobati:
Reumatik/encok, impoten, keracunan udang, pegal, batuk, sakit pinggang, sakit kepala, mencret dan muntah-muntah.

Ramuan dan takaran:
Reumatik dan encok
• Bahan: rimpang umbi halia secukupnya.
Cara membuat: dibakar, kemudian dicuci bersih dan diparut.
Cara menggunakan: ditempelkan pada bagian yang sakit dan dilakukan secara teratur sampai sembuh.
• Bahan: 4 rimpang umbi halia sebesar ibu jari, 2 rimpang umbi lengkuas sebesar ibu jari dan 2 sendok makan buah cengkeh kering.
Cara membuat: semua bahan tersebut ditumbuk halus dan ditambah dengan 2-3 sendok makan air tajin.
Cara menggunakan: dioleskan sebagai obat gosok pada bagian yang sakit dan dilakukan 3-5 hari secara berturut-turut.
Mencegah Impoten
Bahan: 2 rimpang umbi halia sebesar ibu jari, 1 butir jeruk nipis, 1 butir telur ayam kampung, 1 sendok teh bubuk kopi, 1 sendok makan kecap, 1 sendok makan madu dan seujung sendok teh bubuk merica.
Cara membuat: umbi halia diparut dan diperas dengan 1 gelas air masak, kemudian disaring. Jeruk nipis dibelah dan diperas untuk diambil airnya. Telur ayam mentah dipecah dan diambil kuningnya, kemudian dioplos dengan semua bahan lainnya dan diaduk sampai merata.
Cara menggunakan: diminum 1 kali seminggu, dilakukan secara teratur.
Keracunan udang
Bahan: 3-7 rimpang halia sebesar ibu jari dan minyak tanah.
Cara membuat: umbi halia diparut dan ditambah minyak tanah secukupnya.
Cara menggunakan: dioleskan pada bagian badan yang terasa gatal.
Sakit Pinggang dan keseleo
Bahan: 4-8 rimpang umbi halia sebesar ibu jari dan buah asam Jawa yang sudah masak secukupnya.
Cara membuat: umbi halia diparut dan campur dengan buah asam Jawa sampai merata.
Cara menggunakan: dioleskan (bobok) pada bagian badan yang terasa sakit.
Capai dan pegal-pegal
• Bahan: 2 rimpang umbi halia sebesar ibu jari dan susu perah secukupnya.
Cara membuat: umbi halia dibakar dan dibersihkan, kemudian direbus bersama dengan susu perah.
Cara menggunakan: diminum biasa.
• Bahan: 2 rimpang umbi halia sebesar ibu jari, 1 rimpang kencur sebesar ibu jari, 1 ikat daun kemangi, 1 genggam beras yang sudah direndam air dan sedikit garam dapur.
Cara membuat: semua bahan tersebut ditumbuk halus (dipipis) bersama-sama.
Cara menggunakan: dioleskan sebagai param.
• Bahan: 3 rimpang umbi halia sebesar ibu jari, tepung terigu secukupnya dan 1 potong asam Jawa yang sudah masak.
Cara membuat: umbi halia diparut, kemudian ditambah tepung terigu dan asam Jawa untuk dibuat adonan dengan ditambah air hangat secukupnya.
Cara menggunakan: dioleskaskan sebagai param.
Sakit Kepala
Bahan: 2-3 lbar daun halia.
Cara membuat: ditumbuk halus dan ditambah sedikit air.
Cara menggunakan: digunakan sebagai kompres dahi.
Sakit pinggang, keseleo dan batuk
• Bahan: 2-3 rimpang umbi halia sebesar ibu jari.
Cara membuat: direbus dengan 2 gelas air sampai mendidih hingga tinggal 1 gelas.
Cara menggunakan: diminum 2 kali sehari 1 cangkir, pagi dan sore.

• Bahan: 3-4 rimpang umbi halia sebesar ibu jari, 1 butir jeruk nipis dan 1 sendok teh kayu putih.
Cara membuat: umbi halia diparut, jeruk nipis dibakar dan diperas untuk diambil airnya, kemudian semua bahan tersebut dicampur dan diremas-remas.
Cara menggunakan: dioleskan pada bagian dada anak balita yang sakit pada pagi dan sore hari setelah mandi atau menjelang tidur.
Mencret dan muntah-muntah
Bahan: rimpang umbi halia secukupnya, bunga dan buah pala secukupnya, jintan putih secukupnya, 1 gelas santan kelapa dan 1 sendok teh minyak kayu putih.
Cara membuat: semua bahan tersebut ditumbuk halus (dipipis), kemudian dicampur dengan santan kelapa dan minyak kayu putih sampai merata.

Komposisi:
Minyak atsiri, damar, mineral, sineol, fellandren, kamfer, borneo, zingiberin, zingiberol, gingerol, zingeron, lipidas, asam aminos, niasin, vitamin A dan protein.


8. Iler (Coleus scutellarioides)

Familia:
Labiatea.

Uraian:
Batang pohon herba tegak dan merayap dengan tinggi batang pohonnya berkisar 30-150 cm, mempunyai penampung batang berbentuk berbentuk segi empat dan termasuk katagori tumbuhan basah yang batangnya mudah patah. Daun berbentuk hati dan pada setiap tepiannya dihiasi oleh jorong-jorong atau lekuk-lekuk tipis yang bersambungan dan didukung oleh tangkai daun dan memiliki warna yang beraneka ragam. Bunga berbentuk untaian bunga bersusun, bunganya muncul pada pucuk tangkai batang. Iler dapat tumbuh subur di daerah dataran rendah sampai ketinggian 1500 meter di atas permukaan laut. Iler bisa didapat disekitar sungai atau pematang sawah dan tepi-tepi jalan pedesaan sebagai tumbuhan liar.

Penyakit yang dapat diobati:
Ambeien, diabetes melitus, demam, diare (sakit perut), datang bulan terlambat dan bisul.

Ramuan dan takaran:
Ambeien
Bahan: 17 lembar daun iler, 7 lembar daun ngokilo dan 3 rimpang umbi kunyit (3 cm).
Cara membuat: seluruh bahan direbus dengan 5 gelas air sampai mendidih.
Cara menggunakan: diminum 1 kali sehari 1 gelas.
Diabetes melitus
Bahan: tumbuhan iler lengkap (batang, daun, bunga), adas pulawaras secukupnya.
Cara membuat: seluruh bahan direbus dengan 1 liter air sampai mendidih.
Cara menggunakan: diminum 2 kali sehari 1/2 gelas, pagi dan sore.
Demam dan sembelit
Bahan: 1 potong daun dan batang iler.
Cara membuat: bahan direbus dengan 3 gelas air sampai mendidih hingga tinggal 2 gelas.
Cara menggunakan: diminum 2 kali sehari 1/2 gelas.
Sakit perut
Bahan: 3 potong akar iler.
Cara membuat: bahan direbus dengan 2 gelas air sampai mendidih hingga tinggal 1 gelas.
Cara menggunakan: diminum pagi dan sore.

Datang bulan terlambat
Bahan: daun iler secukupnya.
Cara membuat: bahan direbus dengan 2 gelas air sampai mendidih hingga tinggal 1 gelas.
Cara menggunakan: diminum menjelang tanggal bulan haid.
Bisul
Bahan: daun iler secukupnya, minyak kelapa.
Cara membuat: daun iler diolesi minyak kelapa, kemudian dipanggang.
Cara menggunakan: dalam keadaan hangat-hangat ditempelkan pada bagian bagian yang bisul.

Komposisi:
Alkaloid, etil salisilat, metil eugenol, timol, karvakrol dan mineral.


9. Jintan Putih (Cuminum cyminum)

Familia:
Apiaceae.

Uraian:
Jintan putih dalam kehidupan sehari-hari sering digunakan untuk memasak. Disamping itu, biji jintan putih juga digunakan sebagai pelengkap ramuan obat-obatan tradisional. Biji jintan putih memiliki aroma yang harum dan menarik. Jintan putih dapat tumbuh dengan baik di daerah yang beriklim sejuk, seperti misalnya di daerah India Utara dekat kaki Pegunungan Himalaya. Di Indonesia meskipun dapat tumbuh, tetapi pada umumnya kurang baik. Jintan putih mempunyai batang kayu dan daunnya bersusun melingkar dan bertumpuk. Daun jintan putih mempunyai pelepah daun seperti ranting-ranting kecil. Bentuk daun jintan putih tidak berwujud lembaran, tetapi lebih mirip benang-benang kaku dan pendek. Warna dominan tumbuhan ini hijau dan bunganya berukuran kecil berwarna kuning tua ditopang oleh tangkai yang agak panjang.

Penyakit yang dapat diobati:
Sakit jantung, haid tidak lancar, sulit tidur dan jamu putri.

Ramuan dan takaran:
Sakit jantung
Bahan: 1 sendok the biji jintan putih, 1 siung bawang merah, 7 pasang biji kemukus dan 6 lembar daun sirih.
Cara membuat: semua bahan tersebut ditumbuk bersama sampai halus, kemudia ditambah 4 sendok makan air masak dan diperas serta disaring.
Cara menggunakan: diminum pagi dan sore secara teratur.
Haid tidak lancar
Bahan: 1 sendok teh biji jintan putih, 2 biji cengkeh kering, ½ potong biji pala, 1 rimpang kunyit, 1 buah kapulaga, 1 potong gula aren, 1 sendok makan gula pasir dan 2 lembar daun sri gading.
Cara membuat: semua bahan tersebut direbus dengan 2 ½ gelas air sampai mendidih, kemudian di saring.
Cara menggunakan: diminum lima hari sebelum tanggal haid.
Jamu putri
Bahan: 1 sendok the biji jintan putih, 1 rimpang kunyit dan 1 genggam bunga delima.
Cara membuat: semua bahan tersebut ditumbuk sampai halus kemudian disedu dengan 1 gelas air dan disaring.
Cara menggunakan: diminum biasa.

Sulit tidur
Bahan: 1 sendok teh biji jintan putih, 3 potong kangkung sayur, 2 lembar daun pegagan dan ¼ sendok makan ketumbar.
Cara membuat: semua bahan tersebut direbus bersama dengan 2 gelas air sampai mendidih hingga tinggal 1 gelas, kemudian disaring.
Cara menggunakan: diminum menjelang tidur.

Komposisi:
Minyak menguap (terbang) ± 8%. Minyak menguap tersebut diperoleh dari biji jintan putih dengan cara disuling.


10. Kembang Bokor (Cydrangea macrophylla)

Familia:
Saxifragaceae.

Uraian:
Kembang bokor berasal dari Jepang. Biasa ditanam sebagai tanaman hias di pekarangan atau di taman-taman. Perdu menahun ini tegak, berbatang kuat, warnanya hijau sewaktu muda, dan mempunyai tinggi 0,5-1 m. Daun tunggal, bertangkai, letaknya berhadapan bersilang. Helaian daun lebar dan tebal, bentuknya bulat telur, pangkal dan ujungnya runcing, tepi bergerigi, tulang daun menyirip, warna permukaan hijau tua dan bagian bawah hijau kekuningan. Perbungaan majemuk, keluar dari ujung tangkai, membentuk rangkaian yang membulat dengan diameter dapat mencapai 20 cm, warnanya putih, merah muda dan akan menjadi biru. Bagian yang digunakan adalah herba dan akarnya. Bisa digunakan segar atau yang telah dikeringkan.

Penyakit yang dapat diobati:
Malaria, demam, gelisah (ansietas) dan sakit tenggorok.

Pemakaian:
Untuk obat yang diminum, gunakan 9-15 g herba yang direbus. Untuk pemakaian luar cuci herba secukupnya, lalu rebus. Airnya digunakan untuk mencuci ekzema pada kantung buah zakar dan kurap.

Ramuan dan takaran:
Malaria: rebus herba kembang bokor dan daun murbei (Morus alba L.), masing-masing 9 g dengan tiga gelas air sampai tersisa satu gelas. Setelah dingin, saring dan minum dua jam sebelum terjadi serangan malaria.
Sakit tenggorok: cuci akar segar kembang bokor secukupnya, lalu potong-potong seperlunya. Tambahkan cuka apel yang telah diencerkan secukupnya, giling sampai halus, lalu peras. Gunakan airnya untuk kumur tenggorok (gargle).
Ekzema pada kantung buah zakar: cuci herba kembang bokor, herba bayam duri (Amaranthus spinosus L.) dan daun ketepeng cina (Cassia alata L.) secukupnya, lalu rebus sampai mendidih. Setelah dingin, gunakan untuk mencuci dan mengompres bagian yang ekzema.

Catatan:
Kelebihan dosis menyebabkan mual.


11. Legundi (Vitex trifolia)

Familia:
Verbanaceae.

Uraian:
Pohon jarang sebagai semak merayap, tajuk tidak beraturan, aromatik, tinggi 1-4 m. Batang pokok jelas, kulit batang coklat muda-tua, batang muda segi empat, banyak bercabang. Daun majemuk menjari, duduk, daun berhadapan, anak daun 1-3, daun ke 2 dan 3, duduk, anak daun ujung bertangkai kurang dari 0,5 cm, helaian bulat telur-elip-bulat memanjang bulat telur terbalik, anak daun terbesar 49,5 x 1,75-3,75 cm, yang berdaun satu 2-6,5 x 1,25-3,5 cm. Bunga susunan majemuk malai, dengan struktur dasar menggarpu, malai 3,5-24 cm, garpu 2-6,5 cm, 3-15 bunga, rapat dan berjejal. Tinggi daun kelopak 3-4,5 mm. Tabung mahkota 7-8 mm, diameter segmen median dari bibir bawah 4-6 mm. Benang sarinya 4 dekat pertengahan tabung mahkota, panjang 2 cm. Putik: bakal buah sempurna 2 ruang, per ruang 2 bagian, bakal biji duduk secara lateral, tangkai putik, rambut, ujung bercabang dua. Buah tipe drupa, duduk, berair atau kering, dinding keras. Waktu berbunga Januari - Desember. Daerah distribusi, habitat dan budidaya di Jawa tumbuh di daerah dengan ketinggian 1100 m dpl, pada umumnya tumbuh liar pada daerah hutan jati, hutan sekunder, di tepi jalan dan pematang sawah. Perbanyakan dapat dilakukan dengan biji atau stek batang. Jika menggunakan stek batang seyogyanya diambil dari batang yang tidak terlalu muda. Stek batang tersebut mudah sekali tumbuh dan akan mulai bertunas setelah 4-5 hari terhitung dari sejak penanaman. Tumbuhan ini mudah tumbuh di segala jenis tanah, namun lebih menyukai tempat yang agak kering dan pada daerah yang terbuka. Tumbuh dengan baik pada media tumbuh yang terdiri dari campuran pasir, pupuk kandang dan lempung.

Penyakit yang dapat diobati:
Akar: pencegah kehamilan dan penyembuhan pasca persalinan.
Batang: menyembuhkan bengkak dan eksim.
Biji: pereda batuk, penyegar badan dan perawatan rambut.
Buah: obat cacing dan peluruh haid.
Daun: mengurangi rasa nyeri, pusing, masuk angin, menurunkan panas, meredakan kejang, batuk, radang amandel, tuberkulose, tifus, peluruh air seni, peluruh angin perut, peluruh keringat, melancarkan haid, membersihkan rahim, demam nifas, busting air, menyembuhkan luka, kudis dan untuk membunuh serangga.

Ramuan dan takaran:
Obat cacing: digunakan 15 gram daun legundi segar direbus dengan 1 gelas air selama 15 menit. Setelah dingin, diperas dan disaring. Hasil saringan diminum sekaligus.

Komposisi:
Daun mengandung minyak atsiri yang tersusun dari seskuiterpen, terpenoid, senyawa ester, alkaloid (vitrisin), glikosida flavon (artemetin dan 7-desmetil artemetin) dan komponen non flavonoid friedelin, ß-sitosterol, glukosida dan senyawa hidrokarbon. Hasil penelitian terhadap minyak atsiri daun legundi atas dasar reaksi warna menggunakan metode kromatografi lapisan tipis ditemukan senyawa golongan aldehida dan atau keton, senyawa tidak jenuh, senyawa dengan ikatan rangkap terkonjugasi, senyawa terpenoid. Sedangkan analisis dengan kromatografi gas ditemukan keberadaan sineol. Biji minyak biji mengandung senyawa-senyawa hidrokarbon, asam lemak. Pada jenis tumbuhan lain yaitu Vitex negundo L. ditemukan asam protokatekuat, asam 5-hidroksi isoftalat, glukononitol. Sedangkan pada jenis Vitex agnus cactus L., di samping mengandung minyak atsiri, juga mengandang glikosida iridoid yaitu aukubin dan agnusid. Kayu Bagian kayu Vitex lucens (L.)T. Kirk (=Tj litoralis A. Cunn) ditemukan viteksin, isoviteksin, orientin, isoorientin, visenin (6,8-C-diglukoflavon), asam p-hidroksi benzoat dari suatu hasil penyabunan ekstrak.


12. Mahoni (Swietenia mahagoni)

Familia:
Meliaceae.

Uraian:
Mahoni dapat ditemukan tumbuh liar di hutan jati dan tempat-tempat lain yang dekat dengan pantai atau ditanam di tepi jalan sebagai pohon pelindung. Tanaman yang asalnya dari Hindia Barat ini, dapat tumbuh subur bila tumbuh di pasir payau dekat dengan pantai. Pohon tahunan, tinggi 5-25 m, berakar tunggang, batangnya bulat, banyak bercabang dan kayunya bergetah. Daunnya daun majemuk menyirip genap, helaian daun bentuknya bulat telur, ujung dan pangkal runcing, tepi rata, tulang menyirip, panjang 3-15 cm. Daun muda berwarna merah, setelah tua warnanya hijau. Bunganya bunga majemuk tersusun dalam karangan yang keluar dari ketiak daun. Ibu tangkai bunga silindris, warnanya coklat muda. Kelopak bunga lepas satu sama lain. Bentuknya seperti sendok, warnanya hijau. Mahkota silindris, kuning kecoklatan, benang sari melekat pada mahkota, kepala sari putih, kuning kecoklatan. Mahoni baru berbunga setelah berumur 7 tahun. Buahnya buah kotak, bulat telur, berlekuk lima, warnanya coklat. Biji pipih, warnanya hitam atau coklat. Mahoni merupakan pohon penghasil kayu keras dan digunakan untuk keperluan perabot rumah tangga serta barang ukiran. Perbanyakan dengan biji. Bagian yang dipakai adalah biji, dikeringkan lalu digiling halus menjadi serbuk.

Penyakit yang dapat diobati:
Tekanan darah tinggi (hipertensi), kurang nafsu makan, demam, kencing manis (diabetes mellitus), masuk angin, ekzema dan reumatik.

Pemakaian:
Untuk minum 1/2 sendok teh biji yang telah digiling halus menjadi serbuk.

Ramuan dan takaran:
Hipertensi:
• 8 gram biji segar diseduh dengan 2 gelas air panas. Setelah dingin disaring lalu dibagi menjadi 2 bagian. Minum pagi dan sore hari.
• 1/2 sendok teh serbuk biji mahoni diseduh dengan 1/2 cangkir air panas, tambahkan 1 sendok makan madu. Minum selagi hangat, lakukan 2-3 kali sehari.
Kencing manis: 1/2 sendok teh serbuk biji mahoni diseduh dengan 1/3 cangkir air panas. Diminum selagi hangat, 30 menit sebelum makan. Lakukan 2-3 kali sehari.
Kurang napsu makan: 1/2 sendok teh serbuk biji mahoni diseduh dengan 1/3 cangkir air panas, tambahkan 1 sendok makan madu. Minum selagi hangat, lakukan 2-3 kali sehari.
Demam dan masuk angin: 1/2 sendok teh serbuk biji mahoni diseduh dengan 1/4 cangkir air panas, lalu tambahkan 1 sendok makan madu. Diminum selagi hangat, lakukan 2-3 kali sehari.

Komposisi:
Saponin dan flavonoida


13. Nanas Kerang (Rhoeo discolor)

Familia:
Commefinaccae.

Uraian:
Biasa ditanam orang sebagai tanaman hias, tumbuh subur di

tanah yang lembab. Termasuk anggota suku gawar-gawaran, berasal dari Meksiko dan Hindia Barat. Tinggi pohon 40-60 cm, batang kasar, pendek, lurus, tidak bercabang. Daun lebar dan panjang, mudah patah, warna daun di permukaan atas hijau dan di bagian bawah berwarna merah tengguli. Panjang daun ± 30 cm, lebar 2,5-6 cm. Bunga berwarna putih, berbentuk bunga kerang. Bagian yang dipakai adalah bunga dan daun. Pemakaian segar atau kering.

Penyakit yang dapat diobati:
Bronkhitis, batuk, TBC kelenjar, mimisan, disentri, batuk rejan (pertusis) dan berak darah.

Pemakaian:
Daun: 15 - 30 gr dan bunga: 20 - 30 kuntum rebus. Jatuh terkilir, terpukul (memar), dilumatkan, kemudian dibalut.

Cara pemakaian:
Batuk rejan, batuk berdahak, flu dan disentri: 20 - 30 kuntum bunga direbus, minum.
TBC kelenjar dan mimisan: 15 - 30 gr daun, rebus, minum.
Acute bronchitis dan muntah darah: 10 helai daun segar atau 20-30 kuntum bunga ditambah gula batu, ditim.
Berak darah (melena): 10-15 helai daun segar atau 20-50 kuntum bunga kering ditambah gula enau, direbus.

Komposisi:
Anti radang, memelihara paru, mencairkan dahak, anti batuk, anti diare dan membersihkan darah.


14. Pandan Wangi (Pandanus amaryllifolius)

Familia:
Pandanaccae.

Uraian:
Pandan wangi tumbuh di daerah tropis dan banyak ditanam di halaman atau di kebun. Pandan kadang tumbuh liar di tepi sungai, tepi rawa dan di tempat-tempat yang agak lembap, tumbuh subur dari daerah pantai sampai daerah dengan ketinggian 500 m dpl. Perdu tahunan, tinggi 1-2 m. Batang bulat dengan bekas duduk daun, bercabang, menjalar, akar tunjang keluar di sekitar pangkal batang dan cabang. Daun tunggal, duduk, dengan pangkal memeluk batang, tersusun berbaris tiga dalam garis spiral. Helai daun berbentuk pita, tipis, licin, ujung runcing, tepi rata, bertulang sejajar, panjang 40-80 cm, lebar 3-5 cm, berduri tempel pada ibu tulang daun permukaan bawah bagian ujung-ujungnya, warna hijau. Bunga majemuk, bentuk bongkol, warnanya putih. Buahnya buah batu, menggantung, bentuk bola, diameter 4-7,5 cm, dinding buah berambut, warnanya jingga. Pandan wangi selain sebagai rempah-rempah juga digunakan sebagai bahan baku pembuatan minyak wangi. Daunnya harum kalau diremas atau diiris-iris, sering digunakan sebagai bahan penyedap, pewangi dan pemberi warna hijau pada masakan atau penganan. Irisan daun pandan muda dicampur bunga mawar, melati, cempaka dan kenanga, sering diselipkan di sanggul supaya rambut menjadi harum, atau diletakkan di antara pakaian dalam lemari. Daun pandan yang diiris kecil-kecil juga digunakan untuk campuran bunga rampai atau bunga tujuh rupa. Perbanyakan dengan pemisahan tunas-tunas muda, yang tumbuh di antara akar-akarnya. Bagian yang digunakan adalah daun.

Penyakit yang dapat diobati:
Rambut rontok, menghitamkan rambut, menghilangkan ketombe, lemah saraf (neurastenia), tidak nafsu makan, reumatik, pegal linu dan sakit disertai gelisah.

Cara pemakaian:
Daun pandan segar sebanyak 2-5 lembar diiris-iris secukupnya lalu direbus atau diseduh, minum. Atau daun ditumbuk lalu diperas dan diminum. Pemakaian luar, daun dicuci bersih lalu digiling halus. Turapkan pada luka atau kulit kepala yang berketombe.

Ramuan dan takaran:
Lemah saraf : daun pandan segar sebanyak 3 lembar dicuci lalu dipotong kecil-kecil. Rebus dengan 3 gelas air bersih sampai tersisa 2 gelas. Setelah dingin disaring lalu diminum pagi dan sore hari, masing-masing 1 gelas.
Reumatik dan pegal linu:
• Daun pandan segar sebanyak 3 lembar dicuci bersih lalu diiris tipis-tipis. Seduh dengan 1/2 cangkir minyak kelapa yang telah dipanaskan sambil diaduk merata. Setelah dingin siap digunakan untuk menggosok bagian tubuh yang sakit.
• Daun pandan segar sebanyak 5 lembar dan daun serai 20 lembar, dicuci Ialu ditumbuk sampai halus. Tambahkan minyak kayu putih dan minyak gandapura masing-masing 1 sendok makan. Aduk sambil diramas sampai merata. Ramuan ini digunakan untuk menggosok dan mengurut bagian tubuh yang sakit.
Gelisah: daun pandan segar sebanyak 2 lembar dicuci lalu diiris tipis-tipis. Seduh dengan segelas air panas. Setelah dingin, disaring, minum sekaligus. Lakukan 2 - 3 kali sehari, sampai tenang.
Rambut rontok: sebanyak 10 lembar daun waru muda yang segar, segenggam daun urang-aring, 5 lembar daun mangkokan, 1 lembar daun pandan, 10 kuntum bunga melati dan 1 kuntum bunga mawar, setelah dicuci bersih lalu dipotong-potong secukupnya. Bahan-bahan tersebut dimasukkan ke dalam panci email, lalu tambahkan minyak wijen, minyak kelapa dan minyak kemiri masing-masing 1/2 cangkir. Panaskan sampai mendidih, lalu diangkat. Setelah dingin, disaring, siap untuk digunakan. Caranya, oleskan campuran minyak tadi ke seluruh kulit kepala sambil dipijat ringan. Lakukan malam hari sebelum tidur, esok paginya rambut dikeramas. Lakukan 2-3 kali seminggu.
Menghitamkan rambut: daun pandan wangi sebanyak 7 lembar dicuci lalu dipotong-potong. Rebus dengan 1 liter air sampai warnanya menjadi hijau. Embunkan air rebusan tadi semalaman. Pagi harinya, campurkan rebusan daun pandan tadi dengan air perasan 3 buah mengkudu masak. Air campuran tadi lalu digunakan untuk mencuci rambut. Lakukan 3 kali seminggu, sampai terlihat hasilnya.
Ketombe: daun pandan segar sebanyak 7 lembar dicuci bersih lalu digiling halus. Tambahkan 1/2 cangkir air bersih sambil diremas merata. Peras dan saring. Air perasan daun pandan ini lalu dioleskan ke seluruh kulit kepala yang berketombe. Biarkan mengering, kalau perlu olesan diulang sekali lagi. Kira-kira 1/2-1 jam kemudian, rambut dibilas dengan air bersih. Lakukan setiap hari sampai sembuh.

Komposisi:
Alkaloida, saponin, flavonoida, tanin, polifenol dan zat warna.


15. Rumput Mutiara (Hedyotis corymbosa)

Familia:
Rubiaceae.

Uraian:
Rumput tumbuh rindang berserak, agak lemah, tinggi 15-50 cm, tumbuh subur pada tanah lembab di sisi jalan, pinggir selokan, mempunyai banyak percabangan. Batang bersegi, daun berhadapan bersilang, tangkal daun pendek/hampir duduk, panjang daun 2-5 cm, ujung runcing, tulang daun satu di tengah. Ujung daun mempunyal rambut yang pendek.

Bunga ke luar dari ketiak daun, bentuknya seperti payung berwarna putih, berupa bunga majemuk 2-5, tangkai bunga (induk) keras seperti kawat, panjangnya 5-10 mm. Buah bulir, ujungnya pecah-pecah. Rumput ini mempunyai khasiat sama seperti Hedyotis diffusa Willd. (Rumput Iidah ular). Bagian yang dipakai adalah seluruh tanaman, segar atau dikeringkan.

Penyakit yang dapat diobati:
Tonsilis, bronkhitis, gondongan, pneumonia, radang usus buntu, hepatitis, radang panggul, infeksi saluran kemih, bisul, borok, kanker (lymphosarcoma, kanker lambung, kanker serviks, kanker payudara, rektum, fibrosarcoma dan kanker nasophar).

Pemakaian:
15-60 gr, rebus. Sudah dibuat tablet, granule dan obat suntik. Memar, pyodermi, gigitan ular, tersiram air panas, tulang patah dan terkilir: lumatkan herba segar, untuk dibubuhkan di tempat yang sakit. Tersiram air panas: herba segar secukupnya direbus, untuk cuci.

Ramuan dan takaran:
Radang usus buntu (Acute simple appendicitis) dan peritonitis lokal yang ringan: 60 gr herba direbus, dibagi untuk 2-3 kali minum, selama 6-8 hari. Pada kasus berat, harus dengan campuran lain.
Sumbatan saluran sperma (Epididymic stasis): 30 gr herba ini direbus, minum selama 3-4 minggu, pada kasus-kasus nyeri buah zakar akibat gumpalan sperma setelah dilakukan pengikatan saluran epididymis.
Kanker: 30 - 60 gr direbus, minum. Ditambahkan pada pengobatan konvensional/obat anti neoplastik, baik bersama-sama atau diberikan berseling.

Efek yang menyimpang:
Beberapa penderita merasakan mulut kering setelah pemakaian selama 10 hari. Suntikan dosis tinggi menyebabkan penurunan sel darah putih yang ringan dan kembali normal setelah 3-5 hari obat dihentikan. Beberapa kasus chronic asthmatic bronchitis menyebabkan nervous.

Komposisi:
Hentriacontane, stigmasterol, ursolic acid, oleanolic acid, beta-sitosterol, sitisterol-D-glucoside, p-coumaric acid, flavonoid glycosides dan baihuasheshecaosu (kemungkinan analog coumarin).


16. Saga (Abrus precatorius)

Familia:
Papilonaceae.

Uraian:
Saga termasuk jenis tumbuhan perdu dengan pokok batang berukuran kecil dan merambat pada inang membelit-beli ke arah kiri. Daunnya majemuk, berbentuk bulat telur serta berukuran kecil-kecil. Daun saga menyerupai daun tamarindus indica dengan bersirip ganjil dan memiliki rasa agak manis (biasa disebut saga manis). Saga mempunyai buah polong berisi biji-biji yang berwarna merah dengan titik hitam mengkilat dan licin. Biji Saga mengandung zat racun yang disebut abrin, sehingga tidak dapat dimanfaatkan untuk pembibitan. Sedang bunganya berwarna ungu muda dengan bentuk menyerupai kupu-kupu, dalam dukungan tandan bunga. Tumbuhan ini banyak tumbuh secara liar di hutan-hutan, ladang-ladang atau sengaja dipelihara di pekarangan. Saga dapat tumbuh dengan baik pada daerah dataran rendah sampai ketinggian 1000 meter di atas permukaan laut.

Penyakit yang dapat diobati:
Amandel, radang mata dan sariawan.

Ramuan dan takaran:
Amandel
Bahan: akar saga secukupnya, 1 potong kayu manis dan gula batu secukupnya.
Cara membuat: semua bahan tersebut direbus dengan 5 gelas air sampai mendidih hingga tinggal separuhnya.
Cara menggunakan: disaring dan diminum 2 kali sehari 1 gelas pagi dan sore.
Radang Mata
Bahan: 1 genggam daun saga
Cara membuat: daun saga digiling halus, kemudian direbus dengan 2 gelas air untuk diambil uapnya.
Cara menggunakan : uap air daun saga tersebut dipakai untuk obat tetes mata.
Sariawan
Bahan: daun saga secukupnya.
Cara membuat: daun saga yang masih baru dipetik dijemur beberapa menit agar agak layu.
Cara menggunakan: dikunyah-kunyah sampai halus sambil untuk kumur.

Komposisi:
Protein, vitamin A, B1, B6, C, kalsium oksalat, glisirizin, flisirizinat, polygalacturomic acid dan pentosan.


17. Teratai Kerdil (Nymphaea tetragona-georgi)

Familia:
Nymphaeaceae.

Uraian:
Jenis teratai ini tersebar di Benua Asia, Amerika, daratan China, Korea, Jepang dan Indonesia. Tetarai kerdil tergolong dalam Nymphaea alba L. Tanaman air atau rawa, tumbuh liar pada genangan air yang dangkal atau dipelihara di kolam-kolam sebagai hiasan. Daun dan bunga keluar dari akar rimpang di dasar lumpur, yang tumbuh ke atas pada permukaan air. Daun mengapung pada permukaan air, sedang bunga pada air yang dangkal akan muncul di atas permukaan air. Helaian daun bangun perisai, tepi bergerigi, bagian pangkal bercangap sempit dan dalam, warnanya hijau. Bunga mekar selama 4 jam saja. Daun mahkota warnanya ungu. Bagian yang dipakai adalah bunga, akar. Saat bunganya sedang mekar, siap untuk dipetik lalu dijemur sampai kering, dan dapat dimanfaatkan sebagai obat tradisional. Pemakaian segar atau yang telah dikeringkan.

Penyakit yang dapat diobati:
Hipertensi, kejang kronis pada anak, kecanduan alkohol.

Pemakaian:
Untuk minum: 7-14 kuntum bunga, direbus.

Ramuan dan takaran:
Kejang kronis pada anak: 7-14 kuntum bunga direbus dengan 3 gelas air bersih sampai tersisa 2 gelas. Setelah dingin disaring, minum.

Komposisi:
Asam amino dan alkaloid.


18. Urang-aring (Eclipta alba)

Familia:
Compositae (ssteraceac).

Uraian:
Jenis tanaman liar bertangkai banyak, tumbuh di tempat terbuka seperti di pinggir jalan, tanah lapang, pinggir selokan, dari tepi pantai sampai ketinggian 1.500 m di atas permukaan laut. Tinggi tanaman mencapai 80 cm. Posisi tumbuh tegak kadang-kadang berbaring. Batang bulat berwarna hijau kecoklat-coklatan, berambut agak kasar warna putih. Daun warna hijau bentuk bulat telur memanjang, ujung daun meruncing, pinggir bergerigi halus atau hampir rata, kedua permukaan daun berambut, terasa agak kasar. Bunga majemuk berbentuk bongkol warna putih kecil-kecil. Buahnya memanjang, pipih, keras dan berbulu. Bagian yang dipakai adalah seluruh tanaman, segar atau kering.

Penyakit yang dapat diobati:
Muntah darah, mimisan, kencing darah, berak darah, hepatitis, diare, pendarahan rahim, kurang gizi, keputihan dan ubanan.

Pemakaian:
30-120 gram daun segar atau dikeringkan dijadikan bubuk. Herba segar dilumatkan dibubuhkan ke tempat yang sakit atau herba segar direbus, untuk cuci pada eczema, tinea pedis (jamur), koreng (termasuk koreng di kepala), luka berdarah, gusi bengkak, penyubur rambut.

Ramuan dan takaran:
Gusi bengkak: daun segar dipanggang sampai kering, dijadikan bubuk (dengan pengolahan). Oleskan bubuk tersebut ke tempat yang sakit.
Penyubur rambut: 1 genggam daun urang-aring dilumatkan, ditambah air 2 gelas, saring. Air saringan tersebut diembunkan satu malam.
Cara pemakaian: kulit kepala dibasahi sambil dipijat-pijat, sehari sekali.
Koreng di kepala: urang-aring secukupnya direbus, airnya untuk cuci kepala, ampasnya digosokkan ke koreng atau herba segar dilumatkan, air perasannya dioleskan ke koreng.

Ramuan dan takaran:
Keputihan: 30 gram urang-aring segar ditambah sari (kaldu) ayam ditim, minum.
Mimisan: 1 genggam urang-aring segar dicuci, kemudian dilumatkan, peras. Air perasannya ditambah 5 sloki air putih, ditim supaya panas. Minum sehari 2 kali, sesudah makan.
Diare: 30 gram urang-aring segar direbus, minum.
Batuk darah: 60 gram urang-aring segar dilumatkan, diperas. Air perasannya diseduh air hangat, minum.
Muntah darah: 120 gram herba segar dilumatkan, air perasannya ditambah air kencing anak kecil secukupnya, minum.

Komposisi:
Ecliptine, alfaterthienylmethanol, 2-(buta-1,3-diynyl)-5-(buta-3-en-1-ynyl) thiophene, 2-(buta-1,3-diynyl)-5-(4-chloro-3-hydroxybut-1-ynyl) thiophene, 5-(3-Buten-1-ynyl)-2,2'-bithienyl-5'-methyl acetate, wedelolactone.


19. Wijaya Kusuma (Epiphyllum anguliger)

Familia:
Cactaceae.

Uraian:
Wijayakusuma termasuk jenis kaktus, divisi anthophita, bangsa opuntiales dan kelas dicotiledoneae. Jenis kaktus terdapat sekitar 1.500 jenis (famili). Tanaman kaktus dapat hidup subur di daerah sedang sampai tropis. Demikian juga tanaman wijayakusuma. Bunga wijayakusuma hanya merekah beberapa saat saja dan tidak semua tanaman wijayakusuma dapat berbunga dengan mudah, tergantung dari iklim, kesuburan tanah dan cara pemeliharaan. Pada umumnya tanaman jenis kaktus sukar untuk ditentukan morfologinya, tetapi wijayakusuma dapat dilihat dengan jelas mana bagian daun dan mana bagian batangnya, setelah tanaman ini berumur tua. Batang pohon wijayakusuma sebenarnya terbentuk dari helaian daun yang mengeras dan mengecil. Helaian daunnya pipih, berwarna hijau dengan permukaan daun halus tidak berduri, lain halnya dengan kaktus-kaktus pada umumnya. Pada setiap tepian daun wijayakusuma terdapat lekukan-lekukan yang ditumbuhi tunas daun atau bunga . Wijayakusuma dapat tumbuh baik ditempat yang tidak terlalu panas.

Penyakit yang dapat diobati:
Luka

Ramuan dan takaran:
Luka
Bahan: 1 helai daun wijayakusuma.
Cara membuat: ditumbuk halus.
Cara menggunakan: dioleskan pada luka, kemudian dibalut verban.

Komposisi:
Komposisi kandungan kimia yang terdapat pada tumbuhan ini belum ada penelitian.

Senin, 05 Maret 2012

ATNIC

Posted by Nur Fadhilah at 9:51:00 PM 0 comments
Oleh: Nur Fadhilah


Awalnya…
Tatapanmu, senyummu, candamu, tingkahmu,
Membuatku malu

Lalu…
Tatapanmu, senyummu, candamu, tingkahmu,
Membuatku senang

Tak lama…
Tatapanmu, senyummu, candamu, tingkahmu,
Membuatku merasa

Lama…
Tatapanmu, senyummu, candamu, tingkahmu,
Membuatku aneh

Kemudian…
Tatapanmu, senyummu, candamu, tingkahmu,
Membuatku sedih

Akhirnya…
Tatapanmu, senyummu, candamu, tingkahmu,
Membuatku menjauh

Tapi…
Tatapanmu, senyummu, candamu, tingkahmu,
Telah membuat alur dalam hidupku
Alur CINTA yang berubah menjadi ATNIC
 

Dhilah siBluuu Girl Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review