Sabtu, 28 April 2012

OUTBOND SERU BARENG PRIMAGAMA

Posted by Nur Fadhilah at 11:04:00 PM 0 comments
Minggu, 22 April 2012. Hari ini adalah hari yang sangat menyedihkan (horeeeee!! Jingkrak, jingkrak) #eh, kok malah senang??# Soalnya hari ini diadakan acara perpisahan seluruh siswa kelas XII dan akselerasi (percepatan) Primagama Kendari yang dirangkaikan dengan outbond (ohh, karena itu makanya penulis senang sampai jingkrak jingkrak). Outbond kali ini adalah outbond kedua bagiku selama bimbel (bimbingan belajar) di Primagama (PG). Alhamdulillah, diriku ini mendapat restu dari kedua orangtuaku. Kasihan deh sama teman-teman yang tidak mendapat izin dari orangtuanya. Soalnya mereka sangat rugi tidak mengukuti outbond kali ini, karena penulis jamin seru pokoknya.

Outbond yang lalu bertempat di Pantai Lambesu. Satu kata yang tidak dapat kulupakan dari outbond tahun lalu adalah ‘KOTOR’. Aku betul-betul kotor saat itu. Penuh lumpur, menjijikkan, kaus kakiku ‘eeuuhhh’nya minta ampun, tali sepatuku hilang, tapi menyenangkan. Ingat slogan iklan Rinso, “Berani kotor itu baik!”. Ini nih foto outbond tahun lalu... (Kotor sekali kan??)

Tahun ini, outbond PG bertempat di Bintang Samudera, Desa Sawapudo, Kendari, Sulawesi Tenggara. Awalnya saya sendiri tidak tahu Bintang Samudera itu apa dan tempatnya di mana, tahu kalau di Kendari ada tempat yang bernama Bintang Samudera saja tidak. Tapi mengingat outbond tahun lalu, saya pun beranggapan bahwa outbond tahun ini pasti sama saja. Identik dengan lumpur. Saya pun mempersiapkan segala sesuatu pada malam sebelumnya. Kami disuruh berkumpul pukul 07.00 Wita. Saya berangkat dari rumah pukul 06.30 Wita. Saya lalu diantar ayahku untuk membeli bekal terlebih dahulu (maklum, pagi-pagi malas masak).

Perlu Anda ketahui, ayahku kalau mengendarai motor, lambatnya minta ampun. Lima menit lagi waktu menunjukkan pukul 07.00 Wita, sementara perjalanan masih jauh. Malah beberapa kali terjebak lampu merah. Saya rasanya ingin menangis di atas motor, takut ditinggal rombongan. Nah, pada saat seperti inilah saya mengutuk keras keberadaan lampu lalu lintas. Hehe…

Ternyata pemirsa, sesampainya di PG Mandonga, tempat berkumpul kami, belum ada yang berangkat. Siswa saja baru beberapa orang yang datang. Jangankan siswa, panitia saja masih belum datang. Hah, Kendari, Kendari. Ngaret!! Tapi tidak apa-apa. Yang penting saya tidak ketinggalan. Alhasil, sambil menunggu teman-teman yang lain, ehm #batuk-batuk tidak jelas, seperti bisaa, foto-foto dulu. Tapi, tapi, oh tidak, kameraku lowbat, lupa dicas. Malah saya tidak bawa casnya lagi. Huh :(

Satu setengah jam kemudian…

Setelah menunggu lama (SANGAT), akhirnya kami berangkat juga. Kami berangkat mengendarai angkutan umum (angkot) yang telah disewa. Ada 4 angkot tersedia, tinggal pilih mau naik yang mana. Saya dan beberapa teman sekelas + seorang anak dari kelas lain + seorang anak dari sekolah lain (hehe, peace) memutuskan untuk menaiki angkot ketiga yang parkir tepat di depan tempat pembuangan sampah, tidak tahu juga kenapa kami memilih angkot itu, hahaha!!

Pastinya, angkot yang kami naiki kelebihan beban. Soalnya ditambah 2 tentor ‘tersayang’ (hueekkkk #mual) Mas Dominggus Tannis dan Mas Tri Haryono yang main naik-naik saja tanpa seizin kami. Hehe, tapi tidak apa-apa. Berkat mereka, suasana jadi menyenangkan. Mas Prasetyo Nugroho juga naik di angkot kami, tapi duduknya di depan, samping supir maksudnya. Naiknya ketiga tentor itu, menambah seru perjalanan kami ke Bintang Samudera. Mas Pras dan Mas Tannis yang penyakit jayusnya kumat lagi membuat kami tak mampu membendung rasa sakit perut akibat tertawa.

± 1 jam kami menempuh perjalanan, di antaranya ada yang sangat ekstrim, seperti jembatan kayu yang di tengahnya lubang. Parahnya kayu tersebut hanya pas untuk keempat roda mobil. Jadi, salah sedikit, mobil bisa terjun bebas ke sungai yang mengalir di bawahnya. Hal itu harus membuat Mas Tannis turun untuk memastikan apakah keempat roda angkot yang kami naiki pas di kayu tersebut. Alhamdulillah, kami dapat melewatinya dan tiba di Bintang Samudera dengan selamat.

Jreng, jreng!!! Jadi ini tempat yang bernama Bintang Samudera. Satu kata yang dapat melukiskannya. Wow!!!!!!! Tidak pernah terpikir dalam benakku bahwa ada tempat seperti ini di Sulawesi Tenggara. Sekali lagi, WOW! Dugaanku salah besar. Outbond kali ini tanpa lumpur. Yeyeye! Hamparan laut membentang bebas, pohon bakau yang dilestarikan, laut yang bersih, fasilitas yang memadai, ditambah cuaca yang sangat bersahabat menambah kagumku pada ciptaan Tuhan yang satu ini. Subhanallah!

Kami lalu digiring oleh para tentor-tentor (kayak lagi mengembala sapi, hehe) menuju tempat acara. Karena tempatnya berada di bawah (Bintang Samudera ada dataran tinggi dan rendahnya), kami pun menuruni tangga. Tempatnya indah sekali. Ada tiga jembatan yang menjorok ke laut (emang tanjung, menjorok ke laut??). Di jembatan tengah terdapat tulisan ‘TEMPAT INI TELAH DIBOOKING’. Kami pun menuju tempat tersebut. Eits, berfoto dulu :)

Outbond ini diawali dengan game. Setelah menyimpan tas, kami disuruh Mas Tannis untuk berkumpul membentuk lingkaran besar. Semua peserta harus ikut, tak terkecuali para tentor. Sayangnya, ada beberapa teman yang tidak dapat ikut karena sakit.

Game 1. Saya tidak tahu ide gila ini awalnya dicetuskan oleh siapa. Yang pasti game 1 ini sangat menuai kontroversi di kalangan peserta (emang skandal??). Mas Tannis telah menyiapkan sebuah botol bekas Sprite 1 liter yang berisi air. Botol tersebut harus dipindahkan dari satu peserta ke peserta lain dalam satu lingkaran dan harus selamat kembali ke peserta awal tanpa menjatuhkan botol tersebut. Barang siapa yang menjatuhkannya, akan mendapat hukuman. Memang sekilas terdengar gampang. Tapi botol tersebut bukan dipindahkan lewat tangan, tapi lewat, ehm, paha ke paha. Jadi, ujung botol tersebut dijepit di paha (selangkangan), lalu peserta di sebelahnya harus mengambil botol tersebut dengan cara menjepit ujung lain dari botol tersebut menggunakan pahanya. Eeuuuuuhhh!! Terbayang tidak bagaimana gilanya game ini. Apalagi bagi teman-teman perempuan yang berbatasan dengan laki-laki. Tapi game ini tidak berjalan sesuai dengan perencanaan Mas Tannis. Terlalu banyak kecurangan di dalamnya. Seperti, banyak yang mengambil botol tersebut dengan tangan lalu ditaruh cepat-cepat di pahanya. Ckckck… Game 1, GAGAL!!

Game 2. Game ini berkali-kali lipat lebih rasional daripada game 1. Game ini mengutamakan kekompakan kelompok. Pertama-tama, Mas Tannis membagi kami menjadi 3 kelompok yang masing-masing terdiri dari 15 orang. Saya berkelompok dengan teman sekelasku, Hikmawati Madjid, Mas Pras, dan beberapa teman lainnya. Mas Tannis telah menyiapkan 15 buah tali yang diikatkan pada sebuah karet gelang. Mas Tri juga telah menyiapkan tumpukan gelas plastik yang membentuk segitiga. Tugas kami adalah mengambil gelas tersebut menggunakan karet gelang yang kami tarik bersama dan membawanya ke meja yang telah disediakan serta membentuknya kembali menjadi tumpukan segitiga. Sekali lagi, game ini memang terlihat mudah, tapi apa yang tarjadi pada kelompok kami?? Setelah Mas Tannis menghitung 1, 2, 3…, kami langsung berlari menuju tumpukan gelas. Lantaran kelompok kami yang terlalu KOMPAK, hehehe, menyebabkan karet gelang tersebut putus. Tidak hanya kami, semua kelompok juga begitu, meskipun tidak dalam waktu yang bersamaan. Hal tersebut mengakibatkan kecurangan kembali terjadi. Game 2, GAGAL!!

Game 3. Game ini juga menuntut kekompakan kelompok. Dalam satu kelompok dibagi menjadi 5 kelompok, tapi masih dalam kelompok yang sama. Masing-masing kelompok terdiri dari 3 orang yang notabene tingginya harus sama. Mas Tri telah menyiapkan beberapa balon. Tiga orang tadi dari masing-masing kelompok harus menjepit 1 balon di paha mereka dan 1 balon diapit bersama di kepala. Tangan harus berada di belakang badan (posisi istirahat di tempat). Game ini susah-susah gampang. Kelompok mana yang tercepat, itulah pemenangnya. Lagi-lagi terdapat kecurangan di dalamnya. Terutama kecurangan yang dilakukan oleh Mas Pras. Benar-benar suatu tindak kriminal. Hihi, damai yo mas :-D Game 3, ya lumayan GAGAL deh!!

Game 4. Masih dalam kelompok yang sama (15 orang), kami disuruh berbaris membentuk 3 barisan dengan ketua kelompok di depan. Perlu diketahui bahwa ketua kelompok kami adalah Mas Pras. Mas Tri lalu membagi-bagikan pipet plastik kepada setiap peserta dan memberikan 2 buah karet gelang pada masing-masing kelompok. Kedua karet gelang tersebut harus selamat tiba di peserta paling belakang setiap kelompok. Caranya, karet gelang tersebut dipindahkan dari mulut ke mulut dengan perantara pipet tadi. Ya, game yang satu ini memang tergolong gampang menurutku. Tapi, mengapa kecurangan terjadi lagi? Padahal game ini sangatlah gampang. Karet gelang yang harusnya dua, kini tinggal satu, karena satunya jatuh ke laut. Hehe, game 4, GAGAL!!

Game 5. Ini yang terakhir. Tuhan, semoga tidak terjadi kecurangan lagi. Memang tidak, tapi kali ini Mas Tannis yang curang. Begini ceritanya. Masih dalam posisi seperti di game 4 tadi, tapi kali ini dalam keadaan duduk. Mas Tannis menyuruh kami menaikkan kaki ke paha teman yang duduk di depan kami. Lagi lagi, sial bagi teman-teman perempuan yang berbatasan dengan laki-laki. Mas Tri telah menyiapkan 3 bungkus terigu setengah kilogram yang dibagikan kepada setiap kelompok. Orang terdepan (ketua kelompok) harus mengambil segenggam terigu tersebut dan diopor ke teman di belakangnya tanpa menoleh. Jadi, terigu tersebut harus diopor melewati kepala dan teman di belakangnya menadah di bawah kepala teman di depannya. Pada orang paling belakang telah tersedia sebuah kantung yang harus diisi terigu tersebut. Kelompok mana yang kantunganya paling berat, itulah pemenangnya. Tapi kami panik, sehingga banyak terigu yang berhamburan. Alhasil, membuat kami serba putih. Kami akhirnya menyangka bahwa game ini hanyalah akal-akalan Mas Tannis agar membuat kami kotor karena terigu. Melihat gelagat kami yang sudah mulai marah dan menuduh-nuduh Mas Tannis, dia pun lari sebelum kami melemparkannya terigu agar kotor juga seperti kami. Tapi terlambat, dia sudah lari jauh dan tidak kembali-kembali. Mas Tannis curang!! Kalau begitu, dapat dikatakan bahwa game 5 diGAGALkan!!

Setelah puas bermain game yang gagal melulu, kami pun diizinkan untuk turun ke laut. Kami lalu berlomba mengambil baju pelampung. Sayangnya, banyak baju pelampung yang sudah tidak layak pakai. Seperti robek, resnya rusak, talinya juga lepas. Beruntung saya mendapat baju pelampung yang lumayan bagus.

Dengan bismillah, saya mencelupkan kakiku ke dalam laut. Bersama teman-temanku yang notabene juga belum pernah berenang di laut lepas. Ada Annisa Nurul Ilmi, Arni Aries, Hikmawati Madjid, Ranny Stefany, dan Risqah Fadilah, yah walaupun masih ada beberapa yang memutuskan untuk tidak turun ke laut, seperti Afriyanti S. Lamuru dan Lian Stiarani Liwang.

Lumayan tegang sih, karena ini kali pertamanya saya berenang di laut bebas ditemani ikan-ikan, apalagi sambil memakai baju pelampung seperti ini. Saya baru merasakan kalau air laut itu asin (bukan baru tahu ya, tapi baru merasakan langsung rasa air laut). Soalnya ada air yang masuk ke mulut. Ternyata lautnya dalam, sampai-sampai saya tak dapat menginjak dasarnya. Saya pun panik, takut tenggelam, apalagi baju pelampungku kebesaran. Untung ada Kak Atho yang menemani. Jadi saya lumayan tenang. Saya tidak berani berenanmg terlalu jauh dari jembatan. Alhasil, saya iri dengan teman-teman yang berani berenang jauh. Saya tidak berani ambil resiko deh.

Bosan berenang di situ-situ saja, tidak bergerak-gerak karena takut, saya memutuskan untuk pindah lokasi. Kebetulan Mas Tannis mengajak naik rakit. Tentu maulah. Saya dan Titi pun ikut Mas Tannis naik rakit. Rakit itu lumayan besar, cukuplah untuk menampung ± 8 orang dewasa. Tentu kami ditemani ahlinya dong (guard). Rakit itu diikat dengan tali tambang yang besar. Fungsinya selain agar rakitnya tidak kabur, juga untuk menarik kembali ke jembatan jika ingin kembali. Jadi, si guard akan mendorong rakit tersebut dengan berenang, sedang kami, para penumpang naik di atas rakit. Setelah jauh dan talinya sudah menegang, maka tali akan kami tarik bersama-sama, berhubung karena sangat berat. Saya sangat menikmati suasana di atas rakit. Beberapa teman yang juga menaiki rakit mencoba turun dan berenang. Tapi saya tidak berani. Laut yang dekat jembatan saja yang pastinya lebih dangkal saya sudah panik. Gimana yang jauh dari jembatan? Malah sudah sangat dekat dengan batas yang telah ditentukan, tentu akan lebih dalam lagi. Jadi, saya di atas rakit saya yah..

Eh, lihat! Arni, Ranny, dan Risqah datang menyusul. Mereka terlihat sangat gesit mengayunkan tangan dan kaki mereka. Benar-benar wanita pemberani. Setelah berhasil mencapai rakit, mereka mencoba menaiki rakit. Tapi karena sudah kelebihan beban, rakit mulai miring ke kanan dan kiri. Owhh, tidak! Kita akan tenggelam. Turun kaliaaaaannnn!!!!!!!!!! Hihihi, mereka pun turun dan tidak jadi naik. Titi yang penasaran dengan mereka ikut turun ke laut. “Ti, tidak takut? Itu kan dalam…,” tanyaku. “Tidak kok, Dhil. Ayo turun! Menyenangkan berenang di sini.” “Ahh, tidak, tidak! Saya tidak mau membahayakan keselamatanku sendiri.” Hehe…

Kruuuukk, kruukkk… Perutku sudah keroncongan. Waktunya makan. Setelah berenang ria, perut jadi lapar. Kami pun menghentikan sejenak aktivitas kami, lalu mengambil bekal masing-masing. Enaknya makan di mana ya?? “Oh, makan di pinggir jembatan saja!”, ide seorang teman yang saya sudah lupa siapa. “Wah, ide bagus,” kata kami serentak. Dengan lahap, kami pun menyantap makan siang kami. Risqah membawa nasi putih dan perkedel, Lian membawa nasi goreng, Titi lupa bawa apa ya?? (hehe ^^), sementara saya dan Arni membawa nasi kuning. Afri dan Ilmi makannya belakangan. Soalnya mereka lupa membawa bekal dan akhirnya harus menunggu Mas Pras yang pergi membeli makanan bagi peserta dan tentor yang tidak membawa bekal.

Setelah makan, teman-temanku memutuskan untuk melanjutkan kembali aktivitas renangnya yang terhenti. Sementara saya? Saya merasa wajahku sudah mulai gosong dipanggang sinar matahari. Jadi untuk menjaganya tetap putih, bersih, dan bersinar #abaikan!!, maka saya memutuskan untuk berhenti dari aktivitas bermain air. Sebagai gantinya, saya melakukan aktivitas jeprat-jepret alias foto-foto. Alhamdulillah, kameraku masih mau menyala, meskipun baterainya sekarat.

Tak terasa, waktu sudah menunjukkan pukul 14.30 Wita. Saya pun mengajak teman-teman untuk berganti pakaian. Karena pukul 16.00 Wita kita akan bertolak kembali ke Kota Kendari. Setelah sampai ke ruang ganti, kami pun mengantre. Antreannya cukup panjang, karena hanya terdapat 3 buah kamar mandi yang digunakan seluruh pengunjung Bintang Samudera. Lagi serius mengantre nih, tiba-tiba Titi nyeletuk, “Dhil, pantasan PG memilih Bintang Samudera sebagai tempat outbond,” sambil tertawa cekikikan dan menunjuk sebuah papan. “Memang kenapa?” saya lalu membaca tulisan di papan tersebut. “Hahahahahahha…,” spontan saya lalu tertawa setelah membaca tulisan di papan tersebut. Mau tau tulisannya?? Tulisannya begini, ‘BINTANG SAMUDERA TERDEPAN DALAM DIVING’. Hahaha… Kalau kamu sedang/pernah bimbel di PG atau pernah dengar, PG tuh punya slogan, ‘PRIMAGAMA TERDEPAN DALAM PRESTASI’. Hahaha, sama kan??? {^_^}v

Selesai mandi dan berganti pakaian, kami pun kembali ke tempat acara. Mas Tannis lalu menyuruh kami kembali untuk membentuk lingkaran besar seperti pada game 1 tadi. Kami lalu bersalam-salaman dan bernyanyi bersama.

Sing: “Primagama siapa yang punya? Primagama siapa yang punya? Primagama siapa yang punya? Yang punya ORANG JOGJA!!!” Teriak kami sambil menunjuk Mas Pras. Sontak, kami lalu tertawa terbahak-bahak setelah puas menjahili Mas Pras. #Eits, pembaca! Di atas itu contoh lagu yang salah. Yang benar ini, “Primagama siapa yang punya? Primagama siapa yang punya? Primagama siapa yang punya? Yang punya kita semua…” Nyanyinya yang benar yah! Nanti dimarahi Mas Pras lho kalau salah n_n

Setelah bernyanyi, kami pun berfoto bersama mengabadikan momen bersejarah ini. Ingat, ini perpisahan lho, tapi kenapa tidak ada yang menangis?? Semua tertawa gembira. Lalu, Mas Tri pun mengumumkan pemenang game GAGAL tadi. Yeee, kelompokku mendapat juara 2. Hadiahnya 1 dos Gary Coklut dan 1 bungkus permen Blaster.

Tak terasa sudah pukul 16.00 Wita. Kami pun beres-beres lalu menaiki tangga menuju tempat parkir. Kami lalu mencari angkot yang kami naiki tadi. Dalam perjalanan pulang, banyak teman-teman yang tertidur. Tapi saya tetap terjaga dan memperhatikan pemandangan di sisi kanan dan kiri mobil. Indah sekali. Hal ini saya lakukan untuk mencegah penyakit saya, yaitu mabuk darat. Tidak lucu kan, kalau nanti mobilnya saya suruh singgah di pinggir jalan, agar saya bisa muntah dulu. Hehe… Hah, perjalanan yang menyenangkan walaupun membuat badan pegal-pegal. I love you Primagama. Terima kasih karena sudah membimbingku selama 6 tahun, sehingga selalu terdepan dalam prestasi :-D

Jumat, 13 April 2012

TUHAN, SEMOGA LULUS 100%

Posted by Nur Fadhilah at 11:23:00 PM 0 comments
Jumat, 13 April 2012. Hari ini, Anak Loyal-Solid Olimpiade Sains (ANALYSIS) mengadakan acara yasinan menjelang Ujian Akhir Nasional (UAN). Setiap tahunnya, UAN menjadi beban mental tersendiri bagi masing-masing siswa. Ada yang menganggapnya biasa saja dan ada yang stress dibuatnya. Maka dari itu, selain belajar, dengan yasinan ini diharapkan dapat mengurangi beban siswa, khusunya ANALYSIS, dalam menghadapi UAN yang Insya Allah akan dilaksanakan pada tanggal 16 April 2012 mendatang.

Acara ini tidak hanya dihadiri oleh siswa muslim saja, tapi siswa non-muslim juga ada. Di sinilah terlihat kekompakan dan toleransi kami dalam beragama. Yang terpenting, tidak saling mengganggu dan menyinggung perasaan satu sama lain. Kami juga mengundang Pak Haddad Yahya (guru Agama Islam SMAN 4 Kendari) untuk memimpin acara yasinan kami dan wali kelas XII Olimpiade tercinta, Pak Hartono.

Acara dilaksanakan di rumah Annisa Nurul Ilmi, pada pukul 16.00 Wita. Saya pun janjian bertemu dengan Lian Stiarani Liwang untuk ke rumah Ilmi, berhubung saya juga sudah lupa jalan menuju rumahnya. Tapi beruntung, di jalan saya bertemu dengan Nirmala Atma Adiningsih dan Dewi Sundari Sucipta. Kami pun janjian bertemu dengan Lian di depan Nusa Mart Lepo-Lepo.

Setelah cukup bersusah payah mencari rumah Ilmi, akhirnya ketemu juga. Walaupun harus ada insiden –yang biang keroknya adalah SAYA- yang melibatkan saya dan Lian (maaf ya Lian, cukup saya, dirimu, Dewi, dan Mala saja yang tahu insiden apakah itu??). Kami tiba sekitar pukul 16.00 lewat beberapa menit. Tapi ternyata yang hadir baru satu orang, yaitu Pawestry Ramadhani ditambah kami berempat.

Sambil menunggu kedatangan teman-teman yang lain, kami mengisi waktu luang dengan bercerita, bercanda ria, bergosip, dan tertawa bersama. Satu per satu teman-teman sudah mulai berdatangan. Hingga menjelang Maghrib pun masih banyak yang berdatangan. Akhirnya, kami memutuskan untuk memulai acara yasinan setelah Maghrib saja. Sambil menunggu waktu, seperti biasa kami selalu menyempatkan diri untuk berfoto-foto.

Setelah Maghrib, pak ustadz pun datang. Sebenarnya, kami agak kecewa karena Pak Haddad yang kami harapkan untuk memimpin langsung acara yasinan ini berhalangan hadir. Akhirnya, beliau digantikan dengan seorang tokoh masyarakat yang tinggal di lingkungan rumah Ilmi. Untungnya beliau mampu menutupi kekecewaan kami terhadap Pak Haddad. Beliau adalah orang yang humoris (setidaknya kami menganggap demikian). Beliau banyak membagi pengalaman-pengalamannya sewaktu masih muda dulu dan banyak memberi kami wejangan-wejangan dalam menghadapi UAN. Tak lupa, beliau juga mendoakan kami agar lulus 100%. Semoga Tuhan mengabulkan doa kami. Aamiiin…

Ketika adzan Isya berkumandang, pak ustadz lalu mengajak kami untuk shalat berjamaah di masjid depan rumah Ilmi. Setelah Isya, orang yang paling kami tunggu-tunggu akhirnya datang juga. Dialah wali kelas kami, Pak Hartono. Beliau lalu meminta maaf karena datang tidak tepat waktu. Sambil bercerita dengan beliau, kami disuguhi es pisang ijo oleh si tuan rumah. Wah, tepat sekali di saat perut sudah keroncongan.

Hampir setengah jam Pak Hartono menemani kami, beliau pun pulang. Setelah itu, kami masih memutuskan untuk tinggal beberapa saat lagi sebelum pulang. Tak lupa, kami membantu Ilmi membersihkan rumah yang telah kami buat berantakan sedemikian rupa.

Tak terasa, waktu sudah menunjukkan pukul 21.00 Wita. Waktunya pulang. Ya, walaupun ada beberapa teman yang pulang duluan dikarenakan lokasi rumahnya yang cukup jauh. Sebelum pulang, kami pamit pada pemilik rumah.

Hah, saya mau minta maaf kepada pembaca. Maaf bila tulisan kali ini kurang menarik minat pembaca. Berhubung saya menulis ini dalam keadaan capek dan lelah. Hanya saya pikir, untuk ke depannya hingga selesai UAN, saya tidak punya waktu lagi untuk menulis. Jadi, daripada tulisan ini kadaluarsa, ya saya terbitkan saja. Sekali lagi, maaf ya! Ya, doa ANALYSIS semoga kami bisa lulus 100% tahun ini. Pembaca juga tolong bantu doa, ya! Aamiin… Terima kasih n_n

~ SSSTT!! INI RUMAH SAKIT ~

Posted by Nur Fadhilah at 6:28:00 AM 0 comments
Selasa, 10 April 2012. Sejak dua hari yang lalu, teman kami, Kadek Ayu Purwanti, terbaring lemah di rumah sakit akibat keracunan makanan. Padahal, kurang dari seminggu lagi kami akan menghadapi Ujian Akhir Nasional (UAN) 2012. Hah, kami, Anak Loyal-Solid Olimpiade Sains (ANALYSIS), turut bersedih atas kejadian yang menimpa teman kami itu.
Menurut cerita Ilmi dan Esty (mereka telah menjenguk Kadek pada hari Senin, 9 April 2012), Kadek terlihat sangat lemah. Terdapat 4 jarum infus yang tertanam di tubuhnya. Ia juga tidak selera makan. Ditambah lagi, sosok Kadek memang seorang perempuan yang fisiknya termasuk lumayan lemah. Tapi ada yang lucu di balik musibah ini. Jika Kadek ditanya, “Kadek, keracunan apa?” maka dia akan tertawa sambil berkata, “Haha, nasi kuning.”
Awalnya saya juga tidak mengerti, apa yang lucu dengan nasi kuning. Kata teman-teman saya, nasi kuning dianggap sebagai makanan yang kurang elit dan lucu apabila keracunan karena memakannya. Hahaha.. #tapi jujur, saya masih belum mengerti di mana letak kelucuannya, hah, abaikan!
Hari ini, kami memutuskan untuk menjenguk Kadek dengan jumlah pasukan yang lebih banyak. Dari 39 siswa kelas XII Olimpiade, hanya 14 orang yang ikut menjenguk Kadek dan seluruhnya perempuan. Yaitu, Afrianti S. Lamuru, Annisa Nurul Ilmi, Darmalianti Rahim, Desty Triyaswati, Dwi Rahmawati, Grace Hanna Christian, Hikmawati Madjid, Indah Eva Yuashari Widya Astuti, Ishmah Nurul, Nur Choiriyah Damastuti, saya tentunya (Nur Fadhilah), Pawestry Ramadhani, Ranny Stefany, dan Risqah Fadilah.
Kami lalu mengumpulkan uang sebesar Rp****,00,- (sensor) per orang untuk membelikan Kadek buah-buahan. Kan kesannya jadi bagus tuh, menjenguk orang sakit bawa buah pakai keranjang rotan yang dihiasi kertas kado transparan, disertai bunga #gubrak! Khayalan tingkat tinggi tuh! –kembali ke awal cerita- Kenyataannya, kami hanya membawa kantung plastik putih polos tanpa hiasan, yang isinya adalah buah-buahan dari hasil kerja keras Titi dan Ishmah yang siang-siang bolong, panasnya minta ampun, jalan kaki ke pasar buah. Salut buat perjuangan kalian ^_^ v
Setelah semua siap, kami lalu berjalan menuju gerbang utama SMAN 4 Kendari, untuk mencari mobil kosong yang bersedia menampung 13 orang gadis-gadis manis nan cantik jelita ini. Seorang lagi membawa kendaraan pribadi. Tapi, dalam perjalanan kami menuju gerbang, kami dicegat oleh seorang lelaki bertubuh tegap, jreng jreng, dialah wali kelas tercinta XII Olimpiade, Pak Hartono. Terjadilah dialog singkat antara kami dan Pak Hartono.
“Mau ke mana, nak?”
“Jenguk Kadek, pak!”
Eh, lupa kalau di situ terdapat seorang guru lagi yang tidak tau siapa namanya (aduh, siswa macam apa diriku ini!!). Dia bertanya, “Memangnya dia kenapa?”
“Keracunan, bu!”
“Keracunan apa?”
“Keracunan nasi kuning! Hahahaha….. #di sinilah saya tidak mengerti letak kelucuannya di mana.
-Kembali ke Pak Hartono-
“Di rumah sakit mana?”
“Rumah Sakit Provinsi, pak!”
“Ruangan apa?”
Bla… bla… bla… (maaf ya, di sini dipotong, terlalu panjang)
“Apa yang kalian bawakan?”
Saya menjawab, “Apel, pak!”
“Oh, seharusnya kalian bawakan roti.”
Esty menjawab, “Dia tidak selera makan, pak!”
“Iya, tapi tetap harus dibawakan roti.”
Kami pun saling berpandangan. Masa kami harus mengumpul uang lagi untuk membeli roti…
“Atau begini, tolong saya diwakilkan saja, mohon maaf saya tidak bisa datang.” Pak Hartono lalu mengeluarkan dompet, jantung kami berdegub kencang. Apakah pak guru akan memberikan kami biaya transportasi?? Kekeke… “Ini, tolong kalian belikan saja roti di Toko Roti Dhiba!” Seraya menyodorkan selembar 50ribuan kepada kami. “Tolong juga sampaikan salam saya untuk Kadek, ya!”
Terlihat teman-teman saling sikut-menyikut, tidak ada yang berani mengambil uang itu. Melihat hal tersebut, saya pun bertindak. Dengan cantiknya, saya maju menghampiri pak guru dan mengambil uang tersebut (ya ampun, pedenya diriku ini).
“Tenang saja pak, uang ini pasti akan tiba dengan selamat di kasir Toko Roti Dhiba. Percayakan uang bapak pada kami!” #Kenyataannya, dialog ini tidak pernah saya ucapkan, hehehe…
Ahh, Pak Hartono sungguh baik. Sangat perhatian pada muridnya. Jarang loh ada wali kelas seperti beliau. Pokoknya, ANALYSIS semakin cinta dan sayang deh sama bapak!!
Setibanya di rumah sakit, kami langsung menuju ke ruangan Kadek. Tapi betapa kagetnya kami melihat papan yang bertuliskan bahwa jam besuk sudah berakhir sejak pukul 12.00 Wita dan akan dibuka lagi pada pukul 16.00 Wita nanti. Saya lalu menyikut Risqah, “Ris, kamu baca tulisan tadi, tidak?” “Iya, kenapa?” “Ih, bagaimana ini? Jam besuk sudah selesai.” “Tidak apa-apa. Lakukan saja apa yang saya lakukan! Jalanlah dengan lebih cepat, pandangan lurus ke depan, dan pasang senyum yang manis.” “Oh, begitu? Ok!” Maka saya pun melakukan apa yang disarankan oleh Risqah.
Akhirnya, kami tiba juga dengan selamat di ruangan Kadek tanpa mendapat satu pun teguran dari para perawat yang kami temui di sepanjang perjalanan. Wah, ternyata saran dari Risqah berhasil juga :)
“Halo, Kadek!” Eh, ternyata Kadek sudah lebih sehat. Dia kini sudah tidak terbaring lemah lagi di atas tempat tidur, tapi kini sudah bisa duduk di kursi. Infusnya juga sudah berkurang, yang tadinya 4 menjadi 1. Dia juga tersenyum senang dan kaget melihat kedatangan kami. Pasalnya, kami tidak memberitahu perihal kedatangan kami. Saat kami datang, di sana ada 2 orang sahabat Kadek dari kelas yang berbeda dengan kami, yaitu Fani dan Vidya. Juga ada kakak, ibu, dan kekasih Kadek. Cie cie..
Kami lalu menyerahkan buah-buahan yang tadi kami beli. Ibunya sangat senang dengan kedatangan kami dan meminta maaf karena telah merepotkan, sampai-sampai harus membawakan buah-buahan segala. Sumpah, baru kali ini saya bertemu dengan ibu dan kakak Kadek. Mereka bertiga begitu mirip. Terlebih Kadek dan ibunya. Mereka seperti kembaran. Hanya beda warna kulit saja. Kulit Kadek lebih cerah daripada ibunya. Ckck, benar-benar sungguh mirip. Tidak seperti saya dan ibuku. Berbeda jauh sekali. Bahkan menurutku, tidak ada kemiripan wajah sama sekali pada kami. Ibuku cantik, sementara saya… ‘lebih cantik’! Hahaha, mama, damai..
Kami pun bercanda ria, tertawa, makan, bergosip, bercerita apa saja. Sampai-sampai kami lupa kalau kami berada di rumah sakit, dan di ruangan itu terdapat 2 pasien lain selain Kadek, yang sedang tertidur. “Ssstt!! Ini rumah sakit. Kita jangan terlalu ribut, kata kami apabila kami tersadar dari segala dosa-dosa kami. Lalu, beberapa menit setelahnya, kami ribut kembali. Hahaha!!! (Adegan berbahaya, jangan ditiru!)
Eh, tunggu dulu, sepertinya kami tidak lengkap deh, ada yang hilang. Siapa ya?? Ya ampun, Afri. Di mana anak itu? Dia pasti telah tersesat entah di mana. Karena mengendarai motor, jadi kami menugaskan dia untuk singgah di Toko Roti Dhiba untuk membeli beberapa roti. Tak lupa kami tadi mengancam dia, “Ini uangnya. Belikan seluruh uang ini roti. Rotinya yang enak. Jangan beli susu, cukup roti saja. Ingat, ini adalah amanah dari Pak Hartono. Harus beli di Toko Roti Dhiba. Tidak boleh di tempat lain. Dan jangan coba-coba membeli bensin menggunakan uang ini!!” Wih, kejam ya. Afri hanya mengangguk tanda mengerti.
Tapi, ke mana dia? Masa tersesat? Kan tidak lucu, tersesat di kota tempat dirimu dibesarkan, Kendari kota bertakwa. Akhirnya, beberapa orang pun kami utus untuk menunggui Afri di depan rumah sakit. Beberapa menit kemudian, mereka pun kembali dan berhasil membawa Afri dengan selamat. Dia lalu menyerahkan roti titipan dari Pak Hartono dan menyampaikan permohonan maaf dan salam dari beliau. Ternyata, dari tadi dia sudah tiba di rumah sakit. Dia pun mencari-cari kami, tapi tidak ketemu. Dia lalu bertanya kepada perawat, tapi sayangnya dia pun lupa nama ruangan Kadek. Afri, Afri, dirimu betul-betul kami khawatirkan.
Berhubung saya membawa kamera, maka seperti yang dapat pembaca tebak (memang ada yang berniat menebak??), ruangan itu dalam sekejap kami rubah menjadi sebuah studio foto. Jepret sana, jepret sini, dengan berbagai macam gaya dan rupa.
Kadek, obatnya diminum, ya! Biar cepat sembuh ^^
Ada satu lagi kejadian lucu. Saat itu, Ilmi sedang menyetel self timer (10 detik) di kameraku. Lalu meletakkannya di jendela. Kami pun mulai berpose ria. Tiba-tiba, datang seorang penjenguk pasien lain (seorang ibu dan anaknya). Berhubung kami semua berkumpul di depan pintu masuk, ia lalu bertanya pada kami, “Ada apa ini?”. Parahnya, si ibu itu menghalangi Desty dan Lia yang juga lagi berpose. Si ibu itu malah diam di tempatnya (mungkin bingung melihat kami berpose sementara dia tidak melihat kamera). Waktu 10 detik mulai habis. Desty dan Lia kesulitan mencari-cari celah agar mereka berdua bisa terlihat, berhubung si ibu tadi memiliki postur tubuh yang besar. Mungkin si ibu lalu menyadari keberadaan kamera lalu pindah dari tempatnya. KLIK! 10 detik habis, tepat setelah si ibu berjalan meninggalkan tempatnya. Alhasil Desty dan Lia pun tak perlu risau karena terhalang oleh si ibu tadi. Haha!!
Tak terasa, hampir sejam kami menemani Kadek. Waktunya untuk pulang. Karena sebentar sore masih ada les tambahan di sekolah. Maklum, kami kan sudah kelas tiga dan sebentar lagi akan menghadapi UAN, lalu lulus, lalu kuliah, lalu kerja, lalu menikah, lalu punya anak, lalu… Hoho, kebanyakan mengkhayal lagi nih.
Ehm, mungkin itu saja cerita menarik dari pengalamanku kali ini. Tak lupa, saya minta doa restu pembaca agar tahun ini, kami bisa mengerjakan soal UAN dengan baik dan lulus 100%. Aamiiin… Bye~
 

Dhilah siBluuu Girl Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review