Jumat, 26 Juli 2013

ANALYSIS COME BACK!!

Posted by Nur Fadhilah at 6:06:00 AM 0 comments
Hai hai hai… lama tak jumpa dengan Analysis (Anak Loyal Solid Olimpiade Sains). Kelompok remaja aneh bin ajaib ini sudah vakum sekitar setahun lamanya. Kegiatan terakhir kami adalah silaturrahmi setelah Ramadhan 2012 dan masak-masak bareng di rumah Risqah.

Masih pada ingat Analysis nggak? Kalau lupa keterlaluan loh… padahal selalu kusebut-sebut dulu waktu masih SMA :’( Ya udah, kalau lupa, sini tak ingetin. Analysis terbentuk karena rasa kesolidan kami satu sama lain selama 2 tahun bersama di bangku SMA. Awalnya bernama Anak Loyal Solid IPA Satu, setahun kemudian berubah menjadi Anak Loyal Solid Olimpiade Sains.

Langsung aja yee… karena sudah lama nggak ngumpul nih, maklum, setelah lulus kuliah, hanya beberapa yang keep stay in Kendari. Yang lainnya merantau di kota lain. Mulai dari Makassar, Jakarta, Bandung, Surabaya, Depok, Yogyakarta, de el el. Karena dipertemukan kembali di bulan yang suci ini, kami membuat rencana untuk mengadakan bakti sosial alias baksos.

Rencana ini muncul secara tidak sengaja. Sekitar sebulan yang lalu kami silaturrahmi ke SMA kami, SMAN 4 Kendari. Setelah itu lanjut makan-makan di KFC. Nah, di situlah untuk pertama kali tercetus rencana ini. Dimulai dari mengumpulkan dana kecil-kecilan, 10ribu/orang. Ada juga yang ngasih dana lebih *kucuran uang dari orang tua belum turun saat itu, hiks. Kami pun berencana untuk memutar uang itu agar jumlahnya menjadi berlipat. Kami pun menyusun rencana untuk berjualan es melon di Taman Kota. Alhamdulillah, 2 hari berjualan ditambah sumbangan dari teman-teman di luar kota via ATM, dana yang terkumpul mencapai sejuta lebih *yeah.

Rapat pun berkali-kali digelar untuk mempermantap niat kami mengadakan baksos. Kami sepakat untuk mengadakannya di Panti Jompo Minaulah. Cek lokasi pun dilakukan. Selanjutnya belanja barang-barang yang akan di-baksos-kan. Sayangnya, saya harus melewatkan kesempatan ini, karena saat itu, saya sedang liburan di luar kota. Hehehe…

Sudah sepakat. Baksos diadakan Hari Selasa, 16 Juli 2013. Namun, Tuhan berkata lain. Kami terpaksa mengundur kegiatan kami hingga 5 hari lamanya diakibatkan banjir besar yang melanda Kota Kendari dan sekitarnya pada Senin malam 15 Juli 2013. Banjir berlangsung hingga 3 hari lamanya. Itu pun belum di semua titik banjir airnya surut. Tapi lumayan lah. Rumah kakakku bahkan menjadi salah satu korbannya. Ketinggian air mencapai lutut orang dewasa. Itu masih mending. Di daerah lain, apalagi di sekitar bantaran Kali Wanggu, air bahkan menenggelamkan rumah-rumah warga sekitar. Beberapa teman-teman Analysis pun turut terkena banjir. Alhamdulillah, rumahku aman :)

Sempat tercetus ide untuk mengalihkan bantuan baksos kami ke korban banjir. Tapi kami sudah terlanjur membuat janji dengan pengurus panti jompo. Akhirnya kami meneguhkan niat kami. Janji adalah janji. Baksos tetap diadakan di panti jompo tersebut.

Minggu, 21 Juli 2013. Kami sepakat untuk melaksanakan kegiatan kami hari ini. Walaupun hari sempat diawali dengan gerimis hujan, namun jam 9 matahari sudah bersinar terik sekali. Kami janjian berkumpul di depan Swalayan MGM. Kebetulan panti jompo yang akan kami tuju terletak di daerah Ranomeeto.

Satu per satu teman-teman berdatangan, yaa… walaupun tidak semua sih. Setengah dari kami hadir dalam event kali ini. Yang lain? Ada yang masih di tanah rantauan atau bahkan tidak pulang ke Kendari Ramadhan tahun ini *hiks, tega nian kalian… kami kan rinduuu… huaaa!!


Senang rasanya bisa berkumpul seperti ini lagi. Rindu teman-teman sekelas yang dulu gayanya gak ketulungan. Sekarang udah pada mature semua nih, hehe… ada yang tambah gemuk, tambah kurus, tambah tinggi, tambah pendek *nah loh?, tambah cantik, tambah ganteng, cuman tambah jelek yang gak ada :D

Mulai dari Mangedi yang semakin bijak, Arif yang rambutnya kayak Superman, Adi yang pipinya pingin tak cubitin saking tembemnya, Gode yang bodinya aduhai kini *peace :D, Mamat yang semakin putih *sampe Titi nanya: “Mat, di Jogja AC semua ya? Kamu kok putih niaannn…?”, Dwi yang semakin dewasa, Nur yang semakin anggun, de el el. Bahkan ada yang gak berubah sama sekali. Nining yang centil, Lia yang asli pede, Grace dengan logat Kendari khas Bali, Afri yang tetap rada-rada gitu deh *rada-rada apa yaa??, dan juga teman-teman yang lain termasuk diriku ini…

Sekitar pukul 11 Wita, kami pun berangkat bersama-sama ke panti jompo. Alhamdulillah, Lia sudah bisa mengemudikan mobil. Jadi sembako yang akan kami sumbangkan tinggal dinaikin aja ke mobilnya. Beberapa teman yang tidak membawa kendaraan juga nebeng di mobil Lia. Sisanya boncengan dengan teman-teman yang mengendarai motor.

Kedatangan kami di sana diawali dengan sesi foto-foto. Bukan Analysis namanya kalau nggak foto-foto gokil B-) Setelah itu kami pun memasuki ruangan pertemuan (mungkin aula). Di sana sudah berkumpul para penghuni panti jompo. Nenek-nenek dan kakek-kakek. Total keseluruhan ada 90 orang. Tapi tidak semua dapat hadir di ruangan tersebut. Soalnya sudah banyak kakek dan nenek yang sudah tidak bisa berjalan lagi karena terkena penyakit tua. Seperti lumpuh dan buta.


Kesan pertamaku melihat mereka adalah sedih, pingin nangis tapi kutahan. Selalu kuhiasi wajahku dengan senyuman agar air mata itu tertahan. Saya pun menyibukkan diri dengan meng-jepret teman-teman yang lain. Ibe meminta saya untuk menjadi pembawa acara. Mendadak sih, tapi demi kelancaran acara maka harus kulakukan.


Acara pertama adalah sambutan dari pihak kami dan panti. Pihak Analysis diwakili oleh Ibe alias Ibrahim, sedangkan pihak panti diwakili oleh bapak pengurus *anonim, hehe… Acara kedua adalah penyerahan bantuan dari kami yang diwakili oleh Lia dan Ibe. Penyerahan dilakukan secara simbolis kepada seorang kakek dan nenek. Bantuan kami memang tidak banyak. Hanya 3 kardus indomie, sekarung beras, 3 kaleng biskuit, beberapa rak telur, beberapa kotak teh, 5 kg gula, dan 2 jerigen minyak goreng *ada yang kurang? Tapi Insya Allah kami ikhlas. Acara ketiga adalah salam-salaman. Kami berjalan berkeliling ruangan untuk menyalami semua kakek dan nenek yang hadir. Kondisi mereka sungguh memprihatinkan. Ada yang buta, ada yang sudah berada di panti ini selama belasan tahun, bahkan banyak di antara mereka yang tidak berasal dari Sulawesi Tenggara. Mereka kebanyakan berasal dari Jawa. Namun pemerintah mengirim mereka ke sini.


Selanjutnya, kami minta izin untuk berkunjung ke wisma-wisma penghuni panti jompo ini. Alhamdulillah diizinkan. Ada yang menarik. Dalam perjalanan, kami bertemu dengan sekelompok bapak-bapak yang juga akan mengadakan baksos di panti ini. Katanya almamater yang kami gunakan mirip dengan baju si King of Pop, Michael Jackson. Hahaha… yang benar aja om =D


Kami pun mengunjungi satu per satu wisma. Ada Wisma Aman, Makmur, de el el. Untuk ukuran Kota Kendari, panti jompo ini terbilang asri. Lokasinya yang masih sepi dan jauh dari pusat kota, juga pepohonan, tumbuhan , dan hamparan rumput yang terbentang luas, membuat kami serasa di kampung halaman. Udaranya sejuk. Sangat baik untuk kesehatan para orang tua di sini.


Kami akhirnya masuk di sebuah wisma yang terletak paling belakang. Kami mencoba masuk di beberapa kamar. Ternyata suasananya tidak seasri suasana di luar seperti yang saya gambarkan tadi. Tidak jauh beda dengan panti jompo yang kalian sering lihat beritanya di tv. Kotor dan bau. Lalat berterbangan di mana-mana. Jujur saya adalah orang yang mudah jijik akan sesuatu. Tapi rasa jijik itu sirna ketika bertemu dengan penghuni jompo di wisma itu. Salah satunya Nenek Tukemmi. Dia berasal dari Ponorogo. Umurnya sudah 70-an tahun. Ia adalah sosok nenek yang sangat bersemangat dan menyenangkan. Suami dan anak-anaknya sudah tiada. Ia bahkan pandai bergaya ala Cherybelle *you are beautiful, Nek!


Sudah kukatakan sebelumnya kalau rasa-rasanya saya ingin menangis. Dan benar saja. Air mataku jatuh tatkala Nenek Tukemmi memelukku. Ya Allah… kapan terakhir nenekku memelukku? Saat itu saya masih duduk di bangku SD kelas 2 atau 3 kalau tidak salah. Kini saya tidak memiliki kakek dan nenek lagi. Baik dari pihak mama dan bapakku. Bahkan saya tidak pernah melihat wajah kakek dari pihak bapakku. Saya hanya bertemu dengan nenek dari bapakku sekali atau dua kali kalau liburan ke Polewali, Sulawesi Barat. Itulah yang membuat air mataku berderai hebat. Ditambah lagi Nenek Tukemmi yang juga menangis karena melihatku menangis. Katanya, kami adalah cucunya.


Juga Nenek Enah. Umurnya terbilang lebih muda dari Nenek Tukemmi. Tapi fisiknya lebih lemah daripada Nenek Tukemmi. Nenek Enah berjalan menggunakan tongkat. Jalannya pun teramat sangat lambat sekali. Saking lambatnya, saya dan Ranny harus memegang kedua tangannya saat akan kembali ke wismanya. Sementara Lia membawakan kardus yang dipegangnya. Ia berasal dari Bandung. Terkadang kami tidak mengerti apa yang dibicarakannya. Soalnya dia sering menggunakan bahasa Sunda. Saya suku Bugis dan Lia suku Muna, di mana ketemunya coba?? Hehe… Tapi kami sedikit mengerti apa yang diceritakannya. Dia dijodohkan ketika masih kelas 6 SD. Karena masih sangat muda, pernikahannya kandas di tengah jalan. Sejak saat itu ia tidak mau lagi menikah sampai sekarang. Makanya ia tidak mempunyai anak seorang pun. Ia lalu melanjutkan sekolahnya hingga SMA. Ia dikirim oleh pemerintah ke sini. Hebatnya, di umurnya yang setua itu, ia belum mengenakan kacamata. Ia masih bisa membaca Al-Quran dengan mata telanjang. Ia juga masih kuat berpuasa. Hobinya adalah mendengarkan radio. Tapi sayang hal itu tidak dilakukannya lagi belakangan ini karena ia sudah tidak mempunyai baterai. Maka sebelum pamit, kami menyisihkan sedikit uang untuknya.


Lain lagi cerita dari Lia. Tanpa sengaja, ia bertemu dengan kakeknya di panti jompo ini. Memang bukan kakek dari pihak ibu atau bapaknya, tapi masih merupakan keluarga. Katanya, sang kakek berada di sini bukan karena sudah tidak ada yang sanggup mengurusnya. Tapi karena beliau ingin mencari ketenangan dan beristirahat di panti ini.


Tinggal di panti jompo tidak selamanya menderita loh… Hal ini diakui oleh seorang kakek yang kami temui selepas Shalat Dzuhur. Istrinya telah meninggal sebelum ia masuk ke panti jompo ini. Dan ternyata, eng ing eng… dia dipertemukan dengan pujaan hatinya di panti ini. Mereka pun menikah dan tinggal di satu kamar. Katanya, “Kulit boleh keriput, tapi saya masih kuat kok…” *eh? Hahahaha… Kek, kek… ngomongnya ngawur ah.


Tidak terasa, sudah 2 jam berlalu. Kami pun memutuskan untuk pulang. Eits, karena datang disambut dengan kamera, pulang dilepas dengan kamera juga dong. Jepret, jepret! Cieile… cakep dah. Ya sudah, itulah cerita baksos Analysis tahun ini. Semoga kita diberi umur panjang sehingga kembali dipertemukan pada Ramadhan tahun depan. Insya Allah… Selamat menunaikan ibadah puasa!!!

 

Dhilah siBluuu Girl Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review