Jumat, 13 April 2012

~ SSSTT!! INI RUMAH SAKIT ~

Posted by Nur Fadhilah at 6:28:00 AM
Selasa, 10 April 2012. Sejak dua hari yang lalu, teman kami, Kadek Ayu Purwanti, terbaring lemah di rumah sakit akibat keracunan makanan. Padahal, kurang dari seminggu lagi kami akan menghadapi Ujian Akhir Nasional (UAN) 2012. Hah, kami, Anak Loyal-Solid Olimpiade Sains (ANALYSIS), turut bersedih atas kejadian yang menimpa teman kami itu.
Menurut cerita Ilmi dan Esty (mereka telah menjenguk Kadek pada hari Senin, 9 April 2012), Kadek terlihat sangat lemah. Terdapat 4 jarum infus yang tertanam di tubuhnya. Ia juga tidak selera makan. Ditambah lagi, sosok Kadek memang seorang perempuan yang fisiknya termasuk lumayan lemah. Tapi ada yang lucu di balik musibah ini. Jika Kadek ditanya, “Kadek, keracunan apa?” maka dia akan tertawa sambil berkata, “Haha, nasi kuning.”
Awalnya saya juga tidak mengerti, apa yang lucu dengan nasi kuning. Kata teman-teman saya, nasi kuning dianggap sebagai makanan yang kurang elit dan lucu apabila keracunan karena memakannya. Hahaha.. #tapi jujur, saya masih belum mengerti di mana letak kelucuannya, hah, abaikan!
Hari ini, kami memutuskan untuk menjenguk Kadek dengan jumlah pasukan yang lebih banyak. Dari 39 siswa kelas XII Olimpiade, hanya 14 orang yang ikut menjenguk Kadek dan seluruhnya perempuan. Yaitu, Afrianti S. Lamuru, Annisa Nurul Ilmi, Darmalianti Rahim, Desty Triyaswati, Dwi Rahmawati, Grace Hanna Christian, Hikmawati Madjid, Indah Eva Yuashari Widya Astuti, Ishmah Nurul, Nur Choiriyah Damastuti, saya tentunya (Nur Fadhilah), Pawestry Ramadhani, Ranny Stefany, dan Risqah Fadilah.
Kami lalu mengumpulkan uang sebesar Rp****,00,- (sensor) per orang untuk membelikan Kadek buah-buahan. Kan kesannya jadi bagus tuh, menjenguk orang sakit bawa buah pakai keranjang rotan yang dihiasi kertas kado transparan, disertai bunga #gubrak! Khayalan tingkat tinggi tuh! –kembali ke awal cerita- Kenyataannya, kami hanya membawa kantung plastik putih polos tanpa hiasan, yang isinya adalah buah-buahan dari hasil kerja keras Titi dan Ishmah yang siang-siang bolong, panasnya minta ampun, jalan kaki ke pasar buah. Salut buat perjuangan kalian ^_^ v
Setelah semua siap, kami lalu berjalan menuju gerbang utama SMAN 4 Kendari, untuk mencari mobil kosong yang bersedia menampung 13 orang gadis-gadis manis nan cantik jelita ini. Seorang lagi membawa kendaraan pribadi. Tapi, dalam perjalanan kami menuju gerbang, kami dicegat oleh seorang lelaki bertubuh tegap, jreng jreng, dialah wali kelas tercinta XII Olimpiade, Pak Hartono. Terjadilah dialog singkat antara kami dan Pak Hartono.
“Mau ke mana, nak?”
“Jenguk Kadek, pak!”
Eh, lupa kalau di situ terdapat seorang guru lagi yang tidak tau siapa namanya (aduh, siswa macam apa diriku ini!!). Dia bertanya, “Memangnya dia kenapa?”
“Keracunan, bu!”
“Keracunan apa?”
“Keracunan nasi kuning! Hahahaha….. #di sinilah saya tidak mengerti letak kelucuannya di mana.
-Kembali ke Pak Hartono-
“Di rumah sakit mana?”
“Rumah Sakit Provinsi, pak!”
“Ruangan apa?”
Bla… bla… bla… (maaf ya, di sini dipotong, terlalu panjang)
“Apa yang kalian bawakan?”
Saya menjawab, “Apel, pak!”
“Oh, seharusnya kalian bawakan roti.”
Esty menjawab, “Dia tidak selera makan, pak!”
“Iya, tapi tetap harus dibawakan roti.”
Kami pun saling berpandangan. Masa kami harus mengumpul uang lagi untuk membeli roti…
“Atau begini, tolong saya diwakilkan saja, mohon maaf saya tidak bisa datang.” Pak Hartono lalu mengeluarkan dompet, jantung kami berdegub kencang. Apakah pak guru akan memberikan kami biaya transportasi?? Kekeke… “Ini, tolong kalian belikan saja roti di Toko Roti Dhiba!” Seraya menyodorkan selembar 50ribuan kepada kami. “Tolong juga sampaikan salam saya untuk Kadek, ya!”
Terlihat teman-teman saling sikut-menyikut, tidak ada yang berani mengambil uang itu. Melihat hal tersebut, saya pun bertindak. Dengan cantiknya, saya maju menghampiri pak guru dan mengambil uang tersebut (ya ampun, pedenya diriku ini).
“Tenang saja pak, uang ini pasti akan tiba dengan selamat di kasir Toko Roti Dhiba. Percayakan uang bapak pada kami!” #Kenyataannya, dialog ini tidak pernah saya ucapkan, hehehe…
Ahh, Pak Hartono sungguh baik. Sangat perhatian pada muridnya. Jarang loh ada wali kelas seperti beliau. Pokoknya, ANALYSIS semakin cinta dan sayang deh sama bapak!!
Setibanya di rumah sakit, kami langsung menuju ke ruangan Kadek. Tapi betapa kagetnya kami melihat papan yang bertuliskan bahwa jam besuk sudah berakhir sejak pukul 12.00 Wita dan akan dibuka lagi pada pukul 16.00 Wita nanti. Saya lalu menyikut Risqah, “Ris, kamu baca tulisan tadi, tidak?” “Iya, kenapa?” “Ih, bagaimana ini? Jam besuk sudah selesai.” “Tidak apa-apa. Lakukan saja apa yang saya lakukan! Jalanlah dengan lebih cepat, pandangan lurus ke depan, dan pasang senyum yang manis.” “Oh, begitu? Ok!” Maka saya pun melakukan apa yang disarankan oleh Risqah.
Akhirnya, kami tiba juga dengan selamat di ruangan Kadek tanpa mendapat satu pun teguran dari para perawat yang kami temui di sepanjang perjalanan. Wah, ternyata saran dari Risqah berhasil juga :)
“Halo, Kadek!” Eh, ternyata Kadek sudah lebih sehat. Dia kini sudah tidak terbaring lemah lagi di atas tempat tidur, tapi kini sudah bisa duduk di kursi. Infusnya juga sudah berkurang, yang tadinya 4 menjadi 1. Dia juga tersenyum senang dan kaget melihat kedatangan kami. Pasalnya, kami tidak memberitahu perihal kedatangan kami. Saat kami datang, di sana ada 2 orang sahabat Kadek dari kelas yang berbeda dengan kami, yaitu Fani dan Vidya. Juga ada kakak, ibu, dan kekasih Kadek. Cie cie..
Kami lalu menyerahkan buah-buahan yang tadi kami beli. Ibunya sangat senang dengan kedatangan kami dan meminta maaf karena telah merepotkan, sampai-sampai harus membawakan buah-buahan segala. Sumpah, baru kali ini saya bertemu dengan ibu dan kakak Kadek. Mereka bertiga begitu mirip. Terlebih Kadek dan ibunya. Mereka seperti kembaran. Hanya beda warna kulit saja. Kulit Kadek lebih cerah daripada ibunya. Ckck, benar-benar sungguh mirip. Tidak seperti saya dan ibuku. Berbeda jauh sekali. Bahkan menurutku, tidak ada kemiripan wajah sama sekali pada kami. Ibuku cantik, sementara saya… ‘lebih cantik’! Hahaha, mama, damai..
Kami pun bercanda ria, tertawa, makan, bergosip, bercerita apa saja. Sampai-sampai kami lupa kalau kami berada di rumah sakit, dan di ruangan itu terdapat 2 pasien lain selain Kadek, yang sedang tertidur. “Ssstt!! Ini rumah sakit. Kita jangan terlalu ribut, kata kami apabila kami tersadar dari segala dosa-dosa kami. Lalu, beberapa menit setelahnya, kami ribut kembali. Hahaha!!! (Adegan berbahaya, jangan ditiru!)
Eh, tunggu dulu, sepertinya kami tidak lengkap deh, ada yang hilang. Siapa ya?? Ya ampun, Afri. Di mana anak itu? Dia pasti telah tersesat entah di mana. Karena mengendarai motor, jadi kami menugaskan dia untuk singgah di Toko Roti Dhiba untuk membeli beberapa roti. Tak lupa kami tadi mengancam dia, “Ini uangnya. Belikan seluruh uang ini roti. Rotinya yang enak. Jangan beli susu, cukup roti saja. Ingat, ini adalah amanah dari Pak Hartono. Harus beli di Toko Roti Dhiba. Tidak boleh di tempat lain. Dan jangan coba-coba membeli bensin menggunakan uang ini!!” Wih, kejam ya. Afri hanya mengangguk tanda mengerti.
Tapi, ke mana dia? Masa tersesat? Kan tidak lucu, tersesat di kota tempat dirimu dibesarkan, Kendari kota bertakwa. Akhirnya, beberapa orang pun kami utus untuk menunggui Afri di depan rumah sakit. Beberapa menit kemudian, mereka pun kembali dan berhasil membawa Afri dengan selamat. Dia lalu menyerahkan roti titipan dari Pak Hartono dan menyampaikan permohonan maaf dan salam dari beliau. Ternyata, dari tadi dia sudah tiba di rumah sakit. Dia pun mencari-cari kami, tapi tidak ketemu. Dia lalu bertanya kepada perawat, tapi sayangnya dia pun lupa nama ruangan Kadek. Afri, Afri, dirimu betul-betul kami khawatirkan.
Berhubung saya membawa kamera, maka seperti yang dapat pembaca tebak (memang ada yang berniat menebak??), ruangan itu dalam sekejap kami rubah menjadi sebuah studio foto. Jepret sana, jepret sini, dengan berbagai macam gaya dan rupa.
Kadek, obatnya diminum, ya! Biar cepat sembuh ^^
Ada satu lagi kejadian lucu. Saat itu, Ilmi sedang menyetel self timer (10 detik) di kameraku. Lalu meletakkannya di jendela. Kami pun mulai berpose ria. Tiba-tiba, datang seorang penjenguk pasien lain (seorang ibu dan anaknya). Berhubung kami semua berkumpul di depan pintu masuk, ia lalu bertanya pada kami, “Ada apa ini?”. Parahnya, si ibu itu menghalangi Desty dan Lia yang juga lagi berpose. Si ibu itu malah diam di tempatnya (mungkin bingung melihat kami berpose sementara dia tidak melihat kamera). Waktu 10 detik mulai habis. Desty dan Lia kesulitan mencari-cari celah agar mereka berdua bisa terlihat, berhubung si ibu tadi memiliki postur tubuh yang besar. Mungkin si ibu lalu menyadari keberadaan kamera lalu pindah dari tempatnya. KLIK! 10 detik habis, tepat setelah si ibu berjalan meninggalkan tempatnya. Alhasil Desty dan Lia pun tak perlu risau karena terhalang oleh si ibu tadi. Haha!!
Tak terasa, hampir sejam kami menemani Kadek. Waktunya untuk pulang. Karena sebentar sore masih ada les tambahan di sekolah. Maklum, kami kan sudah kelas tiga dan sebentar lagi akan menghadapi UAN, lalu lulus, lalu kuliah, lalu kerja, lalu menikah, lalu punya anak, lalu… Hoho, kebanyakan mengkhayal lagi nih.
Ehm, mungkin itu saja cerita menarik dari pengalamanku kali ini. Tak lupa, saya minta doa restu pembaca agar tahun ini, kami bisa mengerjakan soal UAN dengan baik dan lulus 100%. Aamiiin… Bye~

0 comments:

Posting Komentar

 

Dhilah siBluuu Girl Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review