Minggu, 27 Oktober 2013

SAIL KOMODO 2013 (PART 2)

Posted by Nur Fadhilah at 7:29:00 PM 3 comments
Rabu, 4 September 2013. Sore itu kami tiba di Labuan Bajo. Kami tidak akan berlama-lama di salah satu kota kecil di Nusa Tenggara Timur ini. Pesiar diizinkan hingga maghrib nanti. Kami pun secara berombongan keluar dari kapal. Layaknya manusia yang haus akan daratan. Saya memilih untuk pesiar bersama kelompokku. Oh ya, saya sampai lupa memperkenalkan kelompok terhebat dalam Sail Komodo 2013 ini. Loh, mengapa hebat? Itu akan saya ceritakan nanti!!

Sudah saya sebutkan sebelumnya bahwa seluruh peserta LNRPB/KPN dibagi menjadi 15 kelompok kecil. Masing-masing kelompok dinamai dengan nama pulau/kabupaten yang ada di Indonesia. Nagekeo harus berbangga terpilih menjadi nama kelompok kami #eh, gak terbalik tuh? :3 Sekedar informasi, Nagekeo adalah nama salah satu kabupaten di Labuan Bajo. Kelompok kami terdiri dari 19 orang. Ada Kak Nawir (ketua), Kak Lutfi, Kak Afnan, Kak Rury, Kak Seto, Kak Saha, Kak Ichsan, Kak Wahyu, Kak Dio, Kak Charlie, Jean, Efrem, Enmo, Kak Lily, Kak Etna, Kak Yulis, Kak Dijah, Kak Irfa, dan saya tentunya.


Kami memutuskan untuk pesiar bersama-sama. Sayangnya, kami dilarang untuk pesiar ke luar daerah pelabuhan. Jadilah kami hanya berkeliling-keliling pelabuhan. Pertama-tama, kami membeli kebutuhan pokok di salah dua kios yang ada di pintu masuk pelabuhan. Wah… Alhamdulillah yah, ada rezeki nomplok di sore hari. Bisa ngebayangin gak, dua kios ukuran sedang diserbu ratusan penumpang KRI Makassar 590. Hebat kan??

Air mineral? Sudah. Biskuit? Sudah. Roti? Sudah. Wafer? Sudah. Susu? Sudah. Wah… belanjaanku kok makanan semua ya? Hahaha…. Teman-teman yang lain belanjaannya sabun mandi, deterjen, pulsa, sikat gigi, saya makanan semua. Hehe… maklum, di kapal dengan suhu AC di atas rata-rata, membuat perut cepat keroncongan. Apalagi kondisi kapal yang tidak stabil, kadang miring ke kiri, kanan, depan, belakang, makan adalah satu-satunya cara untuk mencegah mabuk laut!!

Setelah belanja, dalam perjalanan kembali ke kapal, kami terpukau melihat mas penjual bakso. Bukan karena dia ganteng, melainkan karena sebuah gerobak bakso yang ada di sampingnya *ya iyyalaaahhh (tepuk jidat masing-masing!). Seketika, keinginan makan bakso membuncah di hati kami. Sudah berapa lama ya gak pernah makan bakso? Lebay deh, baru seminggu lebih perjalanan juga…

Setelah berunding sejenak, sang ketua, Kak Nawir, akhirnya mengetuk palu bahwa kami Kelompok Nagekeo akan makan bakso dahulu sebelum kembali ke kapal. Tidak lama kemudian, bakso-bakso yang kami harapkan pun datang. Setelah diseruput kuahnya, dikunyah baksonya, diresapi mienya, oh…. gini toh rasa bakso. Enak yah? Hahaha… Sumpah, setelah beberapa tahun berlalu, ini pertama kalinya lagi saya makan bakso gerobak di pinggir jalan. Selama ini kan selalu makan bakso di kawasan elit, hehe… tapi rasanya enak kok (y)

Pelan tapi pasti, satu per satu mangkuk bakso ludes isinya. Wah, gak ada air minum nih. Kami pun melirik mas penjual es teler yang nongkrong di samping mas tukang bakso. Slurp… enak juga tuh! Berapa lama ya nggak pernah makan es teler? *lebay lagi deh! Kami pun memesan bergelas-gelas es teler. Alhamdulillah…. Nikmatnya semangkuk bakso ditemani segelas es teler gak ketulungan dah!!!

Setelah kenyang plus segar, kami pun berencana kembali ke kapal. Tapi tiba-tiba beberapa teman-teman kelompok yang sudah jalan duluan memanggil kami.

“Ada apa? Ada apa?”

“Bapaknya Efrem datang!”

Wah… senangnya dijenguk orang tua. Efrem memang beruntung. Dia berasal dari Labuan Bajo. Tidak heran ketika kapal merapat di pelabuhan, orang tuanya langsung datang berkunjung. Kami sangat senang. Kedatangan sang bapak sudah kami anggap mewakili orang tua kami. Ah… jadi rindu dengan orang tua di Kendari. Tak lupa kami melakukan sesi foto bersama. Setelah bapak Efrem pulang, kami pun masih sibuk wara-wiri jeprat-jepret di sekitar kapal hingga kami dipanggil naik kembali ke kapal untuk melaksanakan ibadah Shalat Maghrib.


Malamnya, kapal pun bertolak menuju Kupang, ibu kota Nusa Tenggara Timur. Perjalanannya memakan waktu 2 hari. Hah… halo ombak *mual, huekkk.

Jumat, 6 September 2013. Tadaa… Kupang… setelah berputar-putar di laut selama berjam-jam, akhirnya KRI Makassar 590 sandari di Lantamal AL Kupang. Waktu menunjukkan pukul setengah dua waktu setempat, tapi matahari rasanya tepat pukul 12 siang. Panaaasss!!! Kata teman-teman NTT, inilah alasan mengapa kulit mereka coklat. Pantasan, suhu NTT sedemikian panasnya. Topi dan kacamata riben menjadi persenjataan wajib kami. Di sini, kacamata bukan lagi ajang untuk bergaya, melainkan suatu kebutuhan primer, hehe…


Setelah melalui serangkaian upacara ucapan selamat datang, berupa pengalungan selendang khas NTT dan topi ti’ilangga kepada komandan KRI Makassar 590, komandan satuan tugas, wakil komandan satuan tugas, dan beberapa perwakilan peserta, kami pun bergegas menuju bus kelurahan masing-masing. Oh ya, sebelumnya kami telah dibagi menjadi 3 kelompok besar. Karena kami hendak melaksanakan kegiatan home stay di Kupang, kami pun dibagi menjadi 3 kelurahan yang dengan repot-repot bersedia menampung kami selama 2 hari 3 malam (seharusnya 3 hari 3 malam, tapi karena keterlambatan kapal sandar di dermaga, maka waktunya dipotong, hiks). Kelompok-kelompoknya adalah kelompok Kelurahan Air Nona, Manutapen, dan Bakunasen. Kelompok 1 – 5 masuk dalam kelompok pertama, 6 – 10 masuk dalam kelompok kedua, dan 11 – 15 masuk dalam kelompok ketiga. Perasaan hal ini sudah kujelaskan di part pertama deh *mikir lemot*

Pertama-tama, bus yang diiringi penjagaan ketat polisi mengantarkan kami ke kantor gubernur Kupang. Sepanjang perjalanan dari pelabuhan menuju pusat kota, di sebelah kiri kami hanya melihat laut biru yang membentang luas dan di sebelah kanan tanah kering, batu karang, dan pepohonan tanpa daun. Selain Kota Kasih, Kupang juga terkenal dengan nama Kota Karang. Itulah mengapa batu-batu karang sangat mendominasi pemandangan di Kupang, di mana pun kita berada. Waktu hampir menunjukkan pukul 3 lewat, tetapi teriknya matahari layaknya pukul 1 siang. Benar-benar menyengat, ditambah lagi penumpang yang berdesak-desakan di bus (berhubung bus yang disediakan tidak sebanyak bus di Bali).

Hampir pukul setengah 4, kami tiba di kantor gubernur Kupang. Setelah melalui upacara penyambutan dari gubernur Kupang, kami lalu menari Tari Ja’I dan Gemu Fa Mi Re secara massal. Dua tarian itu adalah tarian khas NTT yang sukses kami pelajari selama perjalanan dari Bali ke Kupang di bawah bimbingan langsung para delegasi dari NTT. Tariannya sangat mudah dan sederhana. Sekali melihat pasti langsung bisa. Yang paling menarik adalah musiknya. Entah kenapa, setiap mendengar musik tari-tarian ini, badan rasanya sudah terhipnotis dan spontan bergerak mengikuti irama, hehe…


Maghrib. Kali ini kami akhirnya menuju kelurahan masing-masing. 3 bus mengantar kami Kelurahan Air Nona. Kasihan mereka di sana. Mereka sudah menunggu kami sejak pukul 4 sore tadi, tapi kami baru tiba 2 jam kemudian. Ketika iring-iringan bus sudah memasuki kawasan kantor kelurahan, terlihat sebuah tenda biru besar didirikan untuk menyambut kedatangan kami (bukan tenda kawinan loh!), lengkap dengan berbagai kue-kue ringan buah tangan ibu-ibu setempat. Mereka menyambut kami yang baru turun dari bus dengan kulit lengket, bau, dan wajah berminyak + capeknya minta ampun, dengan sorakan meriah. Mereka ternyata merindukan anak-anak antah-berantah ini untuk dijadikan anak angkat :D

Kami pun disilakan duduk dan menikmati hidangan. Ada pisang rebus dan ubi goreng (kalau gak salah). Setelah itu, nama-nama orang tua angkat beserta para peserta yang akan menjadi anak angkat mereka pun dibacakan. Deg-degan juga menunggu namaku tak kunjung dibacakan. Atau jangan-jangan tak ada yang bersedia menjadi orang tua angkatku??? Huaaa jangan… beta juga butuh mama di sini!!! Tapi akhirnya, namaku muncul juga. Walaupun sempat ada sedikit masalah sebelumnya terkait jenis kelamin yang salah tulis, saya pun bertukar posisi dengan peserta lain. Resmilah diriku menjadi anak angkat dari Mama Naura, sang ibu ketua RT 012 Kelurahan Air Nona, bersama 2 orang lainnya, Kak Ni Loeh (Bali) dan Aulia (Kalimantan Timur).

Kami pulang ke rumah mama diantar anak mama menggunakan motor satu per satu. Sesampainya di rumah, kami memperkenalkan diri masing-masing. Setelah bercakap-cakap, kami pun tahu, bahwa suami mama sudah lama meninggal. Mama dulu pernah mengalami kecelakaan yang menyebabkan matanya menjadi rabun. Mama memiliki anak perempuan dan 2 anak laki-laki. Salah satunya Mama Dina. Kami juga memanggilnya mama, karena kami tinggal bersama dia. Mama tinggal di rumah sebelah bersama Kakak Aten dan dan Kakak Andre, anak laki-lakinya. Keluarga mama sangat hangat dan baik. Serasa keluarga sendiri.

Sayangnya, di sela-sela perbincangan kami dalam rangka saling mengenal lebih jauh, tiba-tiba… aduh, perutku kok mendadak sakit ya? Tadi makan apa sih? Cuma kue doang. Sekarang malah lagi makan biskuit dan minum teh. Apa yang salah? Rasanya tuh sakiiiitttt banget! Saya pun mohon undur diri ke belakang. Tapi… ini bukan sakit perut biasa deh. Saya sudah 2 kali keluar masuk kamar mandi sebelum akhirnya dipanggil makan malam oleh mama. Jujur, makanan gak bisa masuk. Saya hanya makan 3 suap saja. Setelah itu kembali masuk kamar mandi. Saat itulah mama tahu kalau saya kurang enak badan. Asumsi kami, mungkin saya masuk angin. Maka mama membantu mengoleskan minyak kayu putih di perut. Mama menyuruh saya untuk tidur lebih awal.

Tengah malam. Saya tidak tahu pasti saat itu jam berapa. Perutku rasanya mual. Dengan cepat saya berlari ke kamar mandi. Hueekk!! Keluar semua lah beban di perut. Setelah muntah 2 kali, badan rasanya mulai enakan. Keesokan harinya, setelah berkonsultasi dengan dokter, barulah saya tahu kalau saya terkena diare. Parahnya, bukan hanya saya yang terkena penyakit ini. Banyak peserta lain yang juga mengeluhkan hal serupa. Hah… diare ini merusak malam pertamaku di rumah mama :(

Sabtu, 7 September 2013. Hari kedua kami di Kupang. Bangun pagi, roti tawar dan 3 gelas teh panas sudah tersedia di meja. Wah… di kapal mana ada ginian? Namun, berhubung perutku masih rada-rada nggak enak, setelah meminum teh, saya izin berbaring sebentar di kamar. Pukul 8 kami sudah berkumpul di depan kantor lurah Kelurahan Air Nona untuk melaksanakan kegiatan bakti sosial. Dalam satu kelompok, kami mendapat tugas yang berbeda-beda. Saya dan beberapa teman kebagian memberisihkan lingkungan sekitar kantor lurah, termasuk Kolam Air Nona. Sementara teman-teman yang lainnya kebagian mengajar di sekolah dasar yang berada tidak jauh dari kantor lurah.

Oh ya, saya belum bercerita mengenai mengapa diberi nama Kelurahan Air Nona, ya? Ternyata ada hal mistis di balik nama Air Nona. Penasaran? Nih ceritanya…


Jadi, kelurahan ini terkenal dengan kolam yang lumayan besar tepat di depan kantor lurah. Sebagian kecil kolam ini ditutupi dengan bunga teratai. Air di kolam ini sangat dingin dan sejuk. Tak heran, banyak anak-anak yang sering mandi di kolam ini. Kolam ini bersumber dari mata air yang terletak di dasar kolam. Menurut mitos yang beredar, kolam ini telah ada sebelum penduduk tinggal di daerah itu. Katanya, dulu banyak bidadari yang suka mandi di kolam itu. Lalu tak sengaja seorang lelaki terpikat dengan salah seorang bidadari dan menyembunyikan selendangnya. Dialah Jaka Tarub! *eits, ngarang euy! Pemirsa, maaf yee… bagian Jaka Tarub itu bohongan, hehe… Tapi ada satu hal yang sangat menarik perhatianku. Di salah satu sisi kolam tersebut, tumbuh pohon yang sangat besar. Terdapat lubang besar di tengah pohon tersebut. Tebak ada apa di dalamnya! Ada sebuah patung yang lumayan besar. Hiiiii…


Untungnya kegiatan cepat berakhir. Sorenya, saya, Kak Ni Loeh, dan Aulia diajak jalan-jalan keliling Kota Kupang oleh keluarga mama. Pertama, kami menuju pantai. Rencananya mau melihat sunset. Tapi telat. Ketika sampai di pantai, mataharinya sudah keburu terbenam… hiks…

Tapi nggak apa-apa. Kami tetap menikmati suasana pantai. Langit senja yang kemerah-merahan, penjual jagung bakar, muda-mudi yang berpacaran, pohon lontar yang berjejeran, dan babi yang berlarian. WHAT??! Babi yang berlarian? Hei hei… slow bebs… di Kupang, mengembalakan babi di pantai itu hal biasa. Huft! Kaget aja tiba-tiba ngelihat babi besar berlarian di depan mata. Seumur hidup, barusan ngelihat babi secara langsung, eksklusif dengan jarak sedekat itu lagi! Wow!


Setelah itu, kami diajak keliling kota lagi. Salah satunya ke Universitas Nusa Cendana. Universitas ini adalah universitas terbesar di Kupang. Cocok deh dikatain besar, secara kawasannya aja luas banget! Keren deh pokoknya. Walaupun sudah malam, kami bebas mengelilingi universitas ini. Soalnya si supir, Kak Aten, adalah salah satu staf di universitas ini. Jadi urusan nego dengan satpam, itu urusan kecil mah…

Kemudian kami diajak melihat-lihat Bandara El Tari. Sebelum pulang, kami singgah di salah satu pusat oleh-oleh Kupang. Sukiran Santoso namanya. Di sana, kami membeli beberapa makanan khas Kupang. Karena mama memberi tahu di pemilik toko bahwa kami adalah peserta Sail Komodo, maka si pemilik dengan senang hati memberikan kami perlakuan khusus. Wah… senangnya…

Minggu, 8 September 2013. Hari ini jadwal kami padat sekali. Pukul 7.30 kami sudah harus berkumpul di depan kantor lurah. Kami akan berkunjung ke Pantai Lasiana. Pukul 5, kami berkumpul lagi. Kali ini kami harus ke Gong Perdamaian untuk menghadiri acara perpisahan kami dengan masyarakat Kupang. Acaranya berupa pentas seni, baik dari kami maupun perwakilan masyarakat Kupang. Acaranya ditutup dengan sesi berfoto bersama dan menari Ja’i serta Gemu Fa Mi Re massal bersama seluruh penonton.



Sebenarnya hari ini adalah hari ulang tahun salah seorang kakak angkatku, Kak Aten. Karena kami sangat sibuk, kami tidak bisa merayakan ulang tahunnya bersama-sama. Padahal kami sudah berjanji untuk membakar ayam bersama-sama. Nyatanya, kami baru tiba di rumah pukul 11 malam lewat. Yang ada, kami hanya mengucapkan selamat ulang tahun ala kadarnya kepada Kak Aten. Kabar baiknya, mama sudah menyimpankan kami sepotong ayam bakar besar. Sluurpp, sedaaapp (y)

Senin, 9 September 2013. Pagi yang menyesakkan. Meskipun semalam begadang hingga pukul 2 pagi demi menebus ketidakhadiran kami pada sesi acara bakar-bakar ayam, pagi ini sepertinya masih belum cukup. Sedih menghadapi kenyataan harus kembali lagi ke kapal dan meninggalkan keluarga mama. Walau hanya sebentar, tapi semua rasa rindu kami pada keluarga masing-masing seakan terobati dengan kehadiran keluarga mama. Kapan lagi ya saya bisa mengunjungi keluarga mama. Mama Naura mengantar kami hingga ke kantor lurah. Beliau bahkan menangis melepas kepergian kami bertiga. Tak lupa kami memakai syal tenunan khas NTT pemberian mama semalam. Miss you Ma… *hug and kiss :*


Sebelum kembali ke kapal, kami diajak pesiar kota dulu oleh panitia. Pertama, kami diajak mengunjungi museum Kupang. Setelah itu, kami mengunjungi pasar. Kurang tahu juga sih namanya pasar apa, yang pasti tempat yang sangat cocok untuk belanja oleh-oleh khas Kupang. Siang menjelang sore, kami baru kembali ke kapal dan siap menuju Pulau Komodo!!!!


Rabu, 11 September 2013. Here we are… jeng jeng jeng… Komodo National Park, Komodo Island *lalala yeyeye* huft, deg-degan juga sih mau bertemu dengan saudara tua, hehe… so, inilah tujuan utama kami. Sepanjang perjalanan ke pulau ini, satu hal yang selalu terpikirkan olehku. Komodo itu bentuknya gimana ya? Yaa… kalau lihat fotonya sih sudah pernah. Tapi wujud aslinya itu loh, kira-kira gimana? Yang pastinya komodo pasti nyeremin. Soalnya dia tuh salah satu reptil berdarah dingin plus karnivora. Yang namanya karnivora itu kan apa aja dimakan, hiii… komodo, diriku ini hanya tulang-belulang yang penuh dosa, jangan dimakan yaaa!!!

Sebelum melihat komodo, kami harus mendengar wejangan dari pengurus Taman Nasional Komodo. Katanya, kita harus berhati-hati dan mengikuti perkataan rangers. Bukan Power Rangers loh, rangers itu tour guide para pengunjung selama berada di kawasan taman nasional ini. Terkhusus perempuan yang sedang datang bulan, sebenarnya mereka tidak diperkenankan untuk melihat komodo. Secara, penciuman komodo tuh kan tajam banget. Bau darah akan tercium dengan mudahnya. Namun, ada kebijaksanaan khusus. Mereka boleh melihat komodo tapi dari jarak yang cukup jauh, serta selalu berada dalam pengawasan rangers. Pernah kejadian loh pemirsa. Saking penasarannya dengan wujud komodo, seorang turis wanita yang sedang berhalangan terpaksa berbohong. Ia tidak mengakui dirinya yang sedang berhalangan. Akibatnya, dia dikejar komodo, hihihi… Alhamdulillah, insiden itu tidak sampai menelan korban.

Lagi-lagi kami dibagi menjadi beberapa kelompok. Tiap kelompok ditemani seorang ranger. Layaknya seorang guide, si ranger banyak bercerita tentang Pulau Komodo dan si komodonya. Pulau Komodo hanya dihuni oleh komodo. No human! Hanya beberapa penjaga taman nasional saja yang selalu berjaga-jaga tiap malam untuk menghindari terjadinya hunting komodo. Pulau ini luasnya ±30.000 are. Luas banget kan?? Populasi komodonya sekitar 100 ekor. Setiap tahunnya, jumlah komodo tidak menunjukkan peningkatan yang tajam. Pasalnya, karena mereka karnivora, mereka juga memakan sesama mereka. Jangankan sesamanya, anak sendiri pun terkadang di makan. Makanya, setiap selesai musim kawin, telur-telur para komodo disimpan di atas pohon. Mereka akan menetas dan berkembang biak di atas pohon selama ±4 tahun hingga tubuh mereka cukup besar untuk menghadapi komodo-komodo lain.

Setelah berjalan cukup jauh, tibalah kami di sebuh kawasan yang kebetulan ada beberapa komodo nongkrong di situ. Kelompok-kelompok lain juga sedang berkumpul di tempat itu. Semakin mendekat… semakin mendekat… oalah… ini toh yang namanya komodo? Wuiiihh… ckckckck… ngeri juga ya. Badan mereka besar dan panjang. Ini nih namanya kadal versi gede. Bedanya, kulit komodo lebih kasar. Mereka bergerak lambat (sewaktu-waktu bisa sangat cepat) dan selalu menjulurkan lidahnya seperti ular. Bentuk lidahnya juga sama dengan ular, bercabang dua di ujungnya. Mau tahu gak gimana suara komodo? ‘Mmmmmmm…….’ Gitu, cius deh gak boong! Kalau denger langsung bisa merinding seluruh badan. Jarak kami dengan mereka cukup dekat. Rangers selalu mengawasi kami apabila jarak kami terlalu dekat dengan komodo. Kami juga dilarang terlalu banyak gerak dan bergerak dengan tiba-tiba. Komodo adalah hewan yang sangat sensitif. Sedikit saja ada hal yang mengganggunya, mereka akan menyerang.


Sedikit kecewa sih, pasalnya kami hanya melihat 4 ekor komodo. Katanya yang lainnya tersebar di seluruh pulau. Bisa jadi mereka melihat kita, tapi kita tidak melihat mereka. Kebanyakan bersembunyi di hutan. Kabar baiknya, kedatangan kami bertepatan dengan musim kawin. Dari 4 komodo tadi, ada sepasang komodo yang sedang melakukan pedekate, ah… gak usah diceritain deh, hahahaha… oh ya, readers tahu nggak perbedaan komodo jantan dan betina? Kepala komodo betina relatif lebih kecil dibanding komodo jantan. Mudah kan?

Puas melihat komodo, kami akhirnya kembali ke kapal. Kini, kapal bersiap kembali ke Labuan Bajo untuk persiapan puncak acara Sail Komodo 2013 bersama bapak presiden. Waktu tempuh Pulau Komodo ke Labuan Bajo hanya sekitar 4 jam. Tapi kami tidak bisa merapat ke dermaga. Pelabuhan harus disterilkan sebagai persiapan kedatangan bapak presiden. KRI Makassar 590 beserta kapal-kapal perang lainnya hanya menambatkan jangkarnya di tenghn laut, tak jauh dari dermaga. Kalau mau ke darat, kami harus menaiki kapal kecil terlebih dahulu.

Hingga tanggal 13 September 2013, kebanyakan aktivitas kami lakukan di kapal. Kami menerima banyak sekali kunjungan dari para menteri. Hari Kamis malam kami mendapat kunjungan dari Bapak Roy Suryo beserta ibu diikuti 9 menteri lainnya beserta rombongannya masing-masing. Sedangkan keesokan malamnya, kami menerima kunjungan dari menteri pertahanan beserta rombongan. Bangga juga sih akhirnya bisa bertemu dengan para petinggi negara.

Dalam rangka puncak acara tanggal 14 September nanti, akan dipilih 50 pasangan dari berbagai daerah untuk menyambut presiden menggunakan pakaian adat masing-masing daerah. Sulawesi Tenggara akan diwakili Kak Sinta dan Iha. Namun tiba-tiba…

“Dek, kamu saja ya yang pakai baju adat?” pinta Kak Sinta.

WHAT??? Memang Kak Sinta kenapa?”

“Malas saja. Pakaiannya ribet!”

Huaaa… serasa mau nangis. Saya kan tidak ada persiapa apa-apa. Harus diakui, pakaian adat Buton memang sangat ribet. Akhirnya, mau tidak mau, tanggal 14 nanti, pakaian aneh itu harus aku kenakan!

Sabtu, 14 September 2013. Demi bapak presiden, diriku rela mandi pagi pukul setengah 3 dini hari. Bayangkan, setengah 3! Rekor mandi tercepatku seumur hidup. Pukul 6 pagi kami sudah harus bergerak menuju dermaga. Untung ada air hangat. Nggak kebayang kalau harus mandi sepagi itu menggunakan air dingin. Brrrrr!! Setelah itu harus ngantri di-make up-in sama Kak Etna. OMG! Banyak sekali insiden pagi itu demi menyambut bapak presiden. Akhirnya hingga saat ini, setiap melihat Pak SBY di TV atau fotonya di koran, pasti teringat tanggal 14 September 2013. Weleh weleh…

Ini dia momen yang paling ditunggu-tunggu. Berdiri di sepanjang sisi karpet merah untuk menyambut bapak presiden dan rombongan. Yang namanya karpet merah yang akan dilewati presiden itu: 1) tidak boleh diinjak, dalam arti hanya bapak presiden beserta rombongan yang boleh menginjaknya; 2) kalau terpaksa harus diinjak harus melepas sepatu/sandal terlebih dahulu; 3) karena terdapat banyak daun-daun pohon yang berguguran, juga debu yang beterbangan, makan tukang sapu akan selalu siap sedia untuk menyapu si karpet merah; 4) karpet merah akan selalu disapu paling tidak tiap 5 menit sekali. WOW kann??

Karena tidak boleh diinjak, kami harus mengambil jalan memutar sehingga bisa menyeberangi karpet merah dengan lebar ± semeter. Di bawah teriknya matahari di Pantai Pede, Labuan Bajo, 50 pasangan putra-putri daerah berbaris rapi di sisi kiri dan kanan karpet. Panasnya yang menyengat, walaupun mampu melunturkan make-up jam jam 3 pagi kami, itu semua terbayarkan ketika Pak SBY, Ibu Ani, dan para rombongan menteri lewat dan menyapa kami. Mereka melambaikan tangan dan bertanya, “Apa kabar?”. Kami tersenyum seraya melambai-lambaikan bendera merah putih di tangan kami. Akhirnya diriku bisa melihat pak presiden secara langsung dengan jarak kurang dari 1 meter.


Senin, 16 September 2013. Dalam perjalanan pulang ke Jakarta, kami kembali berlabuh di Bali. Selain untuk mengisi bahan bakar dan logistik, tentunya juga untuk memuaskan hasrat belanja kami. Hehe… mumpung udah mau nyampe Jakarta nih, uang juga masih lumayan banyak, kenapa tidak dimanfaatkan sebaik-baiknya? :D

Jadwal hari ini adalah kegiatan snorkeling dan diving. Tapi kami boleh memilih kok, mau pilih snorkeling dan diving atau shopping. Karena nggak bisa berenang, saya pun memilih untuk shopping. Bersama Muti, teman dari Bandung, kami berjalan-jalan di Pantai Sanur (lagi). Sementara teman-teman yang memilih snorkeling dan diving berkumpul di Pantai Kuta. Ada juga teman-teman yang nekat naik bus dan taksi ke Pasar Sukowati. Sebelum pulang, saya dan Muti membeli sate ikan di pinggiran pantai untuk dibawa pulang ke kapal. Kan bosan juga tuh sama menu kapal sehari-hari, hehe… tapi jangan tersinggung loh! Menu KRI Makassar 590 paling wenak tenan (y)

Keesokan paginya, kami boleh pesiar kota lagi. Kali ini kami diantar ke pusat oleh-oleh Bali, Krisna, menggunakan bus. Setelah itu, kami dibebaskan mau pesiar ke mana, asal harus kembali ke kapal paling lambat pukul 13.00. Saya dan beberapa teman lain sepakat untuk menyewa mobil angkutan. Kami memilih untuk pesiar ke Pantai Kuta saja. Rasanya lucu aja, sudah pernah ke Bali tapi belum pernah ke Pantai Kuta. Hahaha…

Yaaa… kalian pasti taulah pemandangan menarik apa yang ada di sana. Bule dengan pakaian renang ala-ala mereka, hehe… gak usah dijelasin deh!! Tak ketinggalan juga bule yang asyik main surfing. Bisa dibilang lumayan keren lah… gak keren-keren amat kok!! Tapi yang paling indah di Pantai Kuta itu adalah ombaknya. Deburan ombak yang sahut-menyahut terus terngiang-ngiang di telinga. Bahkan menulis cerita ini pun masih bisa terbayang pemandangan saat itu *gak lebay loh yaa.



Sorenya, kapal siap untuk angkat jangkar dan kembali mengarungi lautan yang ganas menuju Jakarta. Tak terasa, Sail Komodo 2013 akan berakhir!

Kamis, 19 September 2013. Hari ini akan menjadi salah satu hari paling tak terlupakan dalam hari-hariku di Sail Komodo 2013. Kalian tahu MOS? Ospek? Itulah yang kami alami hari ini. Tidak beda-beda jauh alias MIRIP!!! Bedanya, kalau di sekolah dan universitas, kegiatan ini dilakukan sebelum kegiatan belajar mengajar resmi dimulai. Nah, kalau di KRI Makassar 590, kegiatan ini dilakukan sehari sebelum kepulangan kami ke daerah masing-masing.

Pada awalnya kami memang sudah tahu akan adanya kegiatan ini. Pada kegiatan sail sebelumnya, kegiatan ini dikenal dengan sebutan Mandi Khatulistiwa, karena pada saat itu, kapal yang digunakan melewati garis Khatulistiwa saat akan kembali ke Jakarta. Tapi tahun ini beda. Namanya berganti menjadi Mandi Nusantara, karena tak melewati garis Khatulistiwa. Kami memang sudah curiga bahwa kegiatan ini akan dilaksanakan hari ini. Soalnya hari ini kami kebanyakan free, gak ada aktivitas berat sejak tanggal 18 September. Tepat setelah pentas seni kelompok selesai pukul 10 malam, tidak seperti biasanya, panitia menyuruh kami untuk langsung tidur dan tidak boleh keluar kamar. Memang setiap malamnya selalu ada peringatan seperti itu, tapi peringatan malam ini terdengar ganjil di telinga kami.

Beberapa menit setelah memasuki kamar, sedang asyik-asyiknya berganti pakaian sambil menggosip bareng teman-teman sekamar, tiba-tiba lampu padam. Lah, kan sebelumnya lampu di kapal nggak pernah padam, kok tiba-tiba gini? Lalu, terdengar suara orang tertawa dari radio. Karena posisi tempat tidurku yang sangat dekat dengan radio, otomatis saya takut dong. Dengan suaranya yang berat dan menakutkan, orang itu tertawa dan berkata bahwa ia adalah Dewa Neptunus. Katanya, saat ini kami berlayar di Laut Jawa. Dia pun menjadi sangat marah. Katanya dia akan menghukum kami semua. Kami disuruh mengenakan pakaian terjelek dan terbau yang kami punya. Lampu pun menyala kembali.

Sebenarnya sih lucu, tapi karena efek-efek petir dan suaranya yang seperti suara hantu di film-film horror, hal itu membuat kami sedikit bergidik. Maka dengan cepat kami berganti pakaian dan tidur bersama-sama di lantai. Tak ada yang berani tidur di tempat tidur. Kami bahkan tidak sempat ke kamar mandi sebelum tidur. Wajah bekas make-up juga tidak dibersihkan. Kami juga sepakat untuk tidak tidur semalaman untuk berjaga-jaga. Pintu kami kunci dari dalam. Untuk menghilangkan rasa ngantuk dan tegang, kami memilih untuk ngemil. Tak lupa kami menyiapkan alat perang. Karena mendengar isu bahwa nantinya kami akan dimandikan oli, jadi kami mengoleskan sampo di rambut kami agar tidak melengket. Untuk yang berkerudung, sebelum memakai kerudung, terlebih dahulu kami memakai kantung plastik sebagai topi. Kini kami siap kapan pun itu!!

Jam demi jam berlalu. Dari 32 orang penghuni kamar, sisa 3 orang yang terjaga, yaitu saya, Kak Susan, dan Bu Citra. Kami sepakat, kalau kegiatannya belum dimulai hingga pukul 3, maka kami akan tidur. Dan ternyata benar saja, kami ketiduran. Saya pun berbaring di lantai.

.
.
.

Tidak tahu hal apa yang membuatku terjaga. Pokoknya tepat ketika saya membuka mata, lampu sudah kembali padam. Seketika itu juga saya membangunkan teman-teman yang lain. Akhirnya dimulai juga. Tiba-tiba pintu yang sudah kami kunci dari dalam terbuka dengan sendirinya. Orang-orang di luar kamar berteriak menyuruh kami untuk keluar kamar. Kami pun dengan sigap bergandengan tangan. Pokoknya tak ada yang boleh lepas. Keadaan di luar sangat gelap. Para awak kapal menyuruh kami berjalan lebih cepat. Mereka hanya menerangi kami dengan senter di tangan mereka. Suara Dewa Neptunus kembali terdengar, menambah panik keadaan. Kami dituntun menuju Heli Deck. Sepanjang perjalanan kami bertemu dengan pocong dan hantu-hantu mengerikan lainnya. Tentu saja mereka palsu. Kami tahu itu! Tapi tetap saja ada yang menangis karena melihat tampang mengerikan hantu-hantu itu. Hahaha…

Ternyata benar dugaan kami! Wajah kami diolesi oli oleh para pengawal Dewa Neptunus. Kami lalu disuruh berbaris untuk bersalaman dengan sang dewa beserta ratu. Kemudian kami disuruh meminum air. Tentu saja bukan sembarang air. Kalau disuruh memilih, mending saya disuruh minum obat tablet yang dicairkan atau jamu pahit, disbanding meminum air itu. Rasanya tidak karuan. Tapi harus dihabiskan. Kalau tidak, maka akan disuruh meminum dua gelas. Lalu kami disuruh memasuki kolam. Itulah kolam oli. Teksturnya yang pekat, lengket, dan licin, membuat kami jijik. Tapi mau di apa. Terima saja lah…

Terakhir kami disiram dengan air laut. Asal readers tahu saja, waktu itu belum subuh, dan kami sudah basah-basahan seperti ini. Terbayang nggak dinginnya gimana? Saya hanya duduk berjongkok. Badan gemetar hebat dan gemeretak gigi yang tak mampu kusembunyikan. Benar-benar dingin! Setelah beberapa saat kemudian, akhirnya upacara ini berakhir juga. Kami dipersilakan untuk membersihkan diri.


Karena begadang, setelah Shalat Subuh saya tertidur. Ketika bangun, kami pun bersih-bersih kapal. Bekas oli masih terlihat di dinding dan di lantai. Setelah semua bersih, kami pun mulai mem-packing barang-barang kami. Besok pagi kita akan tiba di Jakarta. Nikmatilah malam ini. Ini adalah malam kami terakhir di KRI Makassar 590. Malam ramah tamah peserta LNRPB/KPN Sail Komodo 2013.


Jumat, 20 September 2013. Finally, it’s over. We are here, Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta. Saat melaksanakan upacara perpisahan. Ya, begini lah kami berpisah. Pembagian sertifikat, lencana, foto bersama, peluk-pelukan, namun kali ini tanpa air mata, melainkan dengan senyum gembira. Nangisnya sudah semalam, ketika malam ramah tamah berakhir.


Baru 3 minggu meninggalkan Kendari, namun rasanya sudah sangat lama. Kali ini Sail Komodo 2013 benar-benar berakhir, sudah berakhir. Senang bertemu kalian, wahai teman-temanku se-Nusantara. Mari kita berjumpa di lain waktu.


Oh ya, hampir lupa. Di awal saya sempat bilang kalau kelompok Nagekeo adalah kelompok terhebat. Pertengahan Januari 2014 nanti Insya Allah kami akan melaksanakan kegiatan amal di Pulau Nasi, Aceh. Kegiatan ini bukan sembarang kegiatan. Kegiatan ini sudah disetujui. Kami akan mendirikan rumah baca, membantu masyarakat di sana, dan memberiikan bantuan beasiswa kepada anak-anak berprestasi. Mohon doanya agar kegiatan kami nantinya berjalan sesuai harapan.

Jangan lupa, visit Southeast Sulawesi! (numpang promosi :D)

SALAM SAIL KOMODO 2013, see you in Sail Raja Ampat 2014!! ;)

Kamis, 03 Oktober 2013

SAIL KOMODO 2013 (PART 1) >> Special postingan ke-100

Posted by Nur Fadhilah at 1:03:00 AM 2 comments
Bali. Orang tua, kakak, dan teman-temanku pernah berkunjung ke sana. Katanya Bali itu indah. Pernah terbesit hasrat untuk jalan-jalan ke sana. Tapi kapan?

Labuan Bajo. Untuk pertama kalinya saya mendengar nama tempat ini. Letaknya di Nusa Tenggara Timur.

Kupang. Hanya tahu kalau di Kupang itu masyarakatnya mayoritas non Muslim.

Pulau Komodo. Cuma pernah kulihat di sebuah acara di salah satu televisi swasta beberapa tahun yang lalu. Pernah kulihat pulaunya tergambar di atlas yang terakhir kubuka juga beberapa tahun yang lalu. Pernah kudukung lewat sms menjadi salah satu New 7 Wonders. Tapi berkunjung ke sana? Sama sekali tak pernah kepikiran. Apalagi secara GRATIS.

Sungguh bermimpi pun tak pernah. Naik kapal perang KRI Makassar 590 mengarungi Laut Jawa menuju Bali, Labuan Bajo, Kupang, Pulau Komodo, lalu kembali ke Jakarta. Memang tak ada yang mustahil bila Allah sudah berkehendak. Tiga minggu berlayar di lautan bebas bersama teman-teman se-Nusantara yang disatukan dalam Program Lintas Nusantara Remaja dan Pemuda Bahari/Kapal Pemuda Nusantara Kementerian Pemuda dan Olahraga (LNRPB/KPN Kemenpora) Sail Komodo tanggal 27 Agustus – 20 September 2013.

Yup. Inilah alasan mengapa sebulan terakhir saya seperti menghilang di dunia per-blog-an. Satu lagi pengalaman berharga dalam hidupku yang hanya dirasakan oleh 286 pemuda se-Indonesia. Semuanya berawal dari nasibku yang hanya lolos sebagai cadangan dalam Program Pertukaran Pemuda Antar Negara (PPAN) kemarin. Saya pun ditawari untuk mengikuti kegiatan ini. Satu hal yang perlu digarisbawahi. GRATIS!! Tidak ada yang lebih menyenangkan di dunia ini selain jalan-jalan seru yang gratis.

Selasa, 27 Agustus 2013. Pagi itu kami berlima (saya, Wd. Sinta Kalsum, Taslim, Lisa Iha, dan Ma’arif) berangkat menuju Jakarta menggunakan pesawat yang telah dibooking oleh panitia. Sesampainya di sana, kami langsung menuju Pelabuhan Tanjung Priok, tempat KRI Makassar 590 berlabuh. Sempat tersesat sih, hehe… untung abang supirnya baik, jadi ngajak kita keliling Jakarta dulu. Setibanya di sana, mulutku refleks membentuk huruf ‘O’. Bagaimana tidak? Seumur hidupku, barusan kulihat kapal sebesar itu. KRI Makassar 590 merupakan salah satu kapal perang milik Indonesia made in Korea pada tahun 2007. Kapal ini memiliki panjang 122 meter dan lebar 22 meter. Menurut temanku, panjangnya melebihi lapangan sepak bola. Ada yang tahu gak berapa panjang lapangan sepak bola?


Beruntung saya ditempatkan di kamar Garut 13 atau disingkat G-13. Sebenarnya waktu awal kedatangan sempat salah masuk kamar sih, hehe… Kamar G-13 kabarnya berukuran lebih luas dibanding kamar-kamar yang lain (itu sih menurut pengakuan penghuni kamar lain yang pernah berkunjung ke kamar kami). Kamar ini dihuni 32 cewek cantik (termasuk saya) se-Nusantara. Pasalnya, di kamar kami komplit deh! Ada yang dari Aceh, Padang, Palembang, Kep. Riau, Jakarta, Bandung, SULAWESI TENGGARA, Gorontalo, NTT, NTB, Maluku, Maluku Utara, dan Jayapura. Berikut nih nama-nama penghuninya: Tiara, Salma, Kak Uci, Kak Juni, Mela, Kak Fitri, Kak Rini, Loly, Pinky, Kak Rahmi, Kak Susan, Kak Fifit, Kak Lian, Lia, saya, Kak Citra, Kak Listi, Kak Serly, Kak Jo, Kak Jenny, Kak Ijah , Kak Etna, Diva, Maria, Kak Dian, Kak Aulia, Kak Sonya, Muthi, Kak Ani, Kak Yulis, Kak Miranda, dan Kak Angel (perlu waktu berhari-hari untuk menghapal nama mereka semua #ngelapkeringat). Kak Citra adalah ketua kamar kami, sehingga namanya diganti menjadi, ‘mami’, ‘ibu kos’, atau ‘Bu Cit’. Tinggal pilih mau panggil dengan sebutan apa, dia pasti nyahut kok. Kami juga memiliki slogan: “G-13… hidungnya.. sarangheyo!!” Menurut mitos yang beredar, slogan itu muncul karena penghuninya rata-rata berhidung pesek. Haha :D


Sebelum pelayaran dimulai, kami melakukan upacara pembukaan terlebih dahulu. Upacara ini dipimpin langsung oleh Menko Kesejahteraan Masyarakat. Juga diliput berbagai stasiun tv swasta. Pelayaran pun dimulai malam harinya. Awalnya, pelayaran berjalan mulus. Lama-kelamaan ketika kanan, kiri, depan, dan belakang sudah tak tampak daratan, ombak mulai mendera, saat itu penyakit pusing-mual-muntah mulai menjangkiti seluruh peserta. Hari pertama pelayaran sangat banyak peserta yang tidak bisa mengikuti kegiatan karena mabuk laut. Termasuk diriku, hehe..


Untungnya tim dokter sudah siaga 1. Malam sebelum pelayaran, kami sudah dibekali dengan 3 butir antimo. Tapi nyatanya teteup aja banyak korban yang berjatuhan *hahahaha :D. Mereka pun mengunjungi kami satu per satu. Dokternya so sweet deh.. :*

Sebelum kami meninggalkan dermaga Tanjung Priok, kami sempat mendapat kunjungan dan materi dari artis senior, Pak Pong Harjatmo. Wih, senang banget. Malamnya, kami mendapat kunjungan dari bapak Menteri Pemuda dan Olahraga, Roy Suryo, beserta ibu. Untuk pertama kalinya, seorang menteri yang biasanya ramai dibicarakan di tv, terlihat langsung di depan mataku. Sebuah kebanggaan tersendiri.



Sabtu, 31 Agustus 2013. BALI!!!! Here we are. Pelabuhan Benoa Bali itu beda dengan pelabuhan-pelabuhan pada umumnya. Di seberang kapal kami berlabuh sebuah kapal mewah. Para turis lalu lalang. Ada yang main jet ski dan parasut air. Keren dah! Saya hanya bisa membulatkan mulut dan mengucap syukur. Tangan saya sibuk memegang handy cam untuk mengabadikan setiap detik yang ada. Can you imagine, datang ke Bali menggunakan kapal perang. Kebanyakan orang datang ke Bali menggunakan pesawat, tapi saya datang ke Bali bersama KRI Makassar setelah melewati 3 hari terombang-ambing di lautan bebas. WOW!


Minggu, 1 September 2013. Kami disambut oleh TNI AL Bali dalam sebuah upacara, tari-tarian, dan pengalungan bunga. Belasan bus sudah disediakan untuk kami. Kami pun diantar menuju Kantor Gubernur Bali untuk penyambutan. Bus kami diiringi parade motor Harley (tau gak? Nama lainnya motor gede) dan penjagaan ketat dari polisi. Beberapa jalan protokol juga dijaga oleh polisi. Wih, serasa tamu penting deh, hehe…


Sayangnya, sang gubernur yang baru dilantik beberapa hari yang lalu tidak bisa secara langsung menyambut kami. Hanya perwakilannya saja. Tapi tak mengapa. Pak gubernur sedang menunaikan tugas mengunjungi masyarakatnya yang rumahnya sedang dibedah. Keren kan?? Jadi gubernur Bali itu memiliki program ‘Bedah Rumah’ namanya. Semua rumah tak layak huni akan dibedah menjadi rumah layak huni. Wah, hebat… plok-plok. Semoga program ini juga bisa diterapkan di kota-kota lain, termasuk Kendari dan Jakarta tentunya.


Setelah duduk formal mendengarkan sambutan dari beberapa orang penting, kini saat yang ditunggu-tunggu. Pesiar kota, yeeee! Mungkin ada yang nggak familiar dengan istilah ini. Saya juga awalnya gitu. ‘Pesiar kota’ apaan sih? Kalau di Kendari mah kita bilangnya ‘jalan-jalan’, haha. Pertama, kami berkunjung ke Monumen Kemenangan Rakyat Bali yang letaknya berseberangan dengan kantor gubernur. Tempatnya berupa candi. Di sana banyak banget turis. Tapi kebanyakan turis dari Asia, seperti Cina dan Korea (sempat nguping pembicaraan mereka). Walaupun mereka berpakaian mini, kulitnya teteup aja kinclong. Saya? Baru 3 hari di atas kapal, tanda-tanda ke-belang-an mulai mewarnai kulitku *hiks*. Sayangnya saya hanya bisa menjelajahi bagian luar monumen ini saja. Soalnya, karena ini tempat suci, jadi perempuan yang sedang (maaf) menstruasi tidak boleh memasuki ruangan di dalamnya. Sekali lagi hiks. Tapi gak apa. Kata teman-teman, di dalamnya sih biasa aja. Jadi tidak usah semenyesal itu, Dhil #fiuuhh..


Setelah makan siang, kami melanjutkan perjalanan. Kami singgah ke salah satu hutan bakau di Bali untuk melakukan kegiatan penanaman pohon bakau. Dari setiap kelompok diminta 5 orang perwakilannya untuk melakukan penanaman pohon. Karena capek dan sangat panas, saya memilih untuk tetap duduk di bus.


Selanjutnya, perjalanan dilanjutkan ke pantai matahari terbit, Pantai Sanur. Mengapa disebut demikian, katanya view matahari terbit terbaik di Bali ada di pantai ini. Di pantai ini bahkan lebih banyak turis lagi yang kami lihat. Kebanyakan dari Eropa dan Amerika. Saya bersama Kak Irfa (teman sekelompok) memutuskan untuk berkeliling berdua. Foto-foto di pinggir pantai, membuat tulisan di pasir, ciprat-cipratan air, de el el. Ada satu kejadian lucu. Ketika kami sedang berjalan berdua, Kak Irfa yang bertelanjang kaki berjalan berjingkat-jingkat karena jalannya lumayan panas. Karena tak tahan panasnya, ia pun berlari menuju jalan yang lebih dingin. Pada saat yang bersamaan, beberapa orang bule guanteng-guanteng datang dari arah yang berlawanan. Melihat Kak Irfa yang berlari mendekati mereka, salah satu bule berkata dalam bahasa Indonesia yang lumayan fasih.


“Kalau mau foto 2000 ya?”

“Ha?” Saya dan Kak Irfa berpandangan.

Dalam hati kami bertanya-tanya. Maksud nih bule apaan? 2000? Oh… untungnya kita cepat tanggap. Ternyata tuh bule-bule mengira Kak Irfa berlari karena kepingin foto dengan mereka. Hahahaha *LOL*. Nih bule narsis amat sih. Siapa juga yang mau berfoto dengan mereka coba? Tapi gak apalah, kesempatan jangan disia-siakan. Istilahnya, ‘Lo jual, gue beli..’ hehe… Sayangnya, foto itu menghilang tanpa jejak. Kata Kak Irfa, foto itu tiba-tiba saja menghilang. Yaaaa…. :( padahal bulenya kan ganteng. Kapan lagi ada bule narsis ngajakin kita foto bareng? Huhuhu….

Senin, 2 September 2013. Hari ketiga di Bali. Jadwal hari ini adalah pesiar kota (again). Kali ini kami diajak mengunjungi Istana Kepresidenan Tampaksiring Bali. Lokasinya sih tidak tahu pasti, soalnya saya tertidur di bus sekitar ¾ perjalanan. Jauh sih. Pokoknya lebih jauh dari Ubud. Sepanjang perjalanan (setelah terbangun), kami disuguhi pemandangan subak (sawah yang bertingkat-tingkat) yang Subhanallah kerennya… Di Bali, sawah masih menjadi pemandangan yang biasa. Jarak sawah yang satu dengan yang lainnya tidak terlalu jauh. Perempuan-perempuan Bali lalu lalang membawa sesajen di kepala mereka. Kebetulan akan diadakan sebuah upacara keagamaan di sekitar situ. Rumah-rumah para pekerja seni juga berderet rapi. Mulai dari pembuat patung, pelukis, dan pengrajin-pengrajin seni lainnya.

Tidak lama kemudian, bus kami berbelok di sebuah bangunan yang tempat parkirnya cukup untuk menampung puluhan bus. Itulah Istana Kepresidenan Tampaksiring Bali. Dari luar tidak seperti istana sih, tetapi lebih menyerupai sebuah candi. Keren (y).

Sebelum masuk, kami dibagi menjadi 3 kelompok besar. Karena jumlah kelompok keseluruhan ada 15, maka kami dibagi menjadi 3. Kelompok 1-5 adalah kelompok pertama, kelompok 6-10 adalah kelompok kedua, dan kelompok 11-15 adalah kelompok ketiga. Kelompokku masuk ke dalam kelompok pertama. Guide kami menjelaskan beberapa peraturan yang tidak boleh dilakukan di kawasan istana. Tidak boleh membawa tas, mengenakan kacamata hitam, merokok, de el el. Untung gak dilarang bawa kamera #fiuuhhh.

Seandainya kalian bisa menyaksikan (aamiiin… kudoakan readers yang membaca suatu hari nanti bisa ke sana juga..), kawasan istana ini tuh LUAS BANGET, BANGET, BANGET!!!! Bahkan di dalamnya ada lapangan golf pula. Butuh waktu sejam untuk mengelilingi kawasan istana ini + foto-foto. Guide kami dengan sabar mengarahkan dan menjelaskan sejarah singkat istana ini. Katanya, presiden pertama Indonesia, Ir. Soekarno, beserta istri pernah tinggal di istana ini. Bangunan-bangunan di istana ini sudah banyak yang direnovasi karena sudah tua. Uniknya, semua pekerja seperti pengecat adalah perempuan. Katanya, perempuan lebih telaten dalam mengecat. Jadi kalau kalian ke Bali dan kehabisan uang, ngelamar aja jadi pekerja di istana ini! Pasti keterima kok :D.


Kawasan istana ini bagai bukit-bukit. Ada bagian yang tinggi, ada bagian yang rendah. Rumput hijau membentang luas, pepohonan besar menjulang tinggi menghiasi setiap sisi, angin sepoi-sepoi bertiup lembut, aura ketenangan menyejukkan hati. Panasnya matahari pun tidak terasa di sini. Tidak seperti di luar.


Beberapa tanaman unik juga terdapat di sini. Ada yang namanya pohon sapu tangan, beberapa bunga yang berasal dari negara lain dan tidak dijual bebas, eh, tumbuh bebas maksudku, karena hanya ada di istana ini. Juga terdapat rusa yang dikembangbiakkan oleh para pengurus istana.

Setelah makan siang, kami melanjutkan perjalanan ke Goa Gajah. Letaknya tidak terlalu jauh dari istana. Saya tidak bisa bercerita banyak tentang goa ini. Karena masih termasuk kawasan suci, perempuan yang sedang kedatangan tamu bulanan tidak boleh masuk ke dalam goa. Takutnya terjadi hal-hal mistis. Hiii… gak mau…. Maka termenunglah saya menatap kepergian teman-temanku ke dalam goa itu, hiks. Untuk mengalihkan perhatian, lebih baik shopping ajah. Goa Gajah termasuk salah satu spot turis. Jadi wajar kalau terdapat banyak pedagang.


Setelah itu, tempat terakhir yang kami kunjungi adalah jeng jeng jeng…. Pasar Sukowati… #horeee!!! Bagi kamu-kamu yang belum tahu, Pasar Sukowati is the cheapest market in Bali. 10ribu pun sudah bisa beli oleh-oleh asalkan kalian pintar ngibulin penjualnya. Inilah mesin penghisap uang terbaik di Bali, haha. Kalau ke sini, mata sebaiknya di-buta-in sementara dulu deh. Kalau tidak pandai mengontrol nafsu, bisa-bisa uang sejuta bisa habis dibelanjain dalam 5 menit.

Jadi ingat pesan para beli dan mbok Bali di kapal, “Kalau belanja di Sukowati, jangan pernah bertanya ke teman-teman yang lain harga barang yang sama dengan barang kita. Bisa bikin sakit hati. Apalagi kalau barang yang dia beli jauh lebih murah dibanding barang kita, padahal barangnya sama. Itu berarti dia lebih jago menawar dibanding kita". Tapi saking penasarannya, teteup aja di bus kita saling bertanya.

“Eh, baju Bali kamu dapet berapa?” tanya saya pada seorang teman.

“20ribu…”

“Apaaaaaa???” nangis Bombay deh. Soalnya saya beli baju yang persis sama (beda warna) harganya 60ribu, hiks… huaaaaaa!!!!

Sesampainya di kapal, rasa sakit itu bertambah ketika kami saling memamerkan barang belanjaan dengan teman-teman sekamar. Banyak yang hatinya bagai teriris belati lantaran mendengar harga miring yang didapat teman-teman lainnya. Hahaha :D Satu tip dari saya kalau mau belanja di Pasar Sukowati. Tawarlah dengan harga yang paling murah. Kalau perlu tawarlah dengan harga yang menurut Anda paling tidak masuk akal sekalipun. Baru setelah itu, dinaikin dikit-dikit. Kalau penjualnya teteup gak mau ngasih, ngancam pindah ke penjual lain aja! Pasti penjualnya langsung iya-in deh. Katanya buat penglaris, hehe #trik licik.

Selasa, 3 September 2013. Hari ini kami sudah harus bertolak ke Labuan Bajo. Dibutuhkan waktu sehari untuk tiba di sana. Good bye, Bali. Fantastis sudah pernah menginjakkan kaki di Bali (y).

Sekian dulu ceritanya ya… ceritaku masih panjang banget. Kalau diposting sekaligus bisa sangat panjang. Ini aja sudah mencapai 5 halaman Microsoft Word. Sail Komodo 2013 part 2 akan menyusul. Ditunggu yaa ceritanya…


>> Wah, sudah postingan ke-100 nih... semoga readers gak bosan membaca cerita-ceritaku ya! :) *deepbow*
 

Dhilah siBluuu Girl Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review