Bali. Orang tua, kakak, dan teman-temanku pernah berkunjung ke sana. Katanya Bali itu indah. Pernah terbesit hasrat untuk jalan-jalan ke sana. Tapi kapan?
Labuan Bajo. Untuk pertama kalinya saya mendengar nama tempat ini. Letaknya di Nusa Tenggara Timur.
Kupang. Hanya tahu kalau di Kupang itu masyarakatnya mayoritas non Muslim.
Pulau Komodo. Cuma pernah kulihat di sebuah acara di salah satu televisi swasta beberapa tahun yang lalu. Pernah kulihat pulaunya tergambar di atlas yang terakhir kubuka juga beberapa tahun yang lalu. Pernah kudukung lewat sms menjadi salah satu New 7 Wonders. Tapi berkunjung ke sana? Sama sekali tak pernah kepikiran. Apalagi secara GRATIS.
Sungguh bermimpi pun tak pernah. Naik kapal perang KRI Makassar 590 mengarungi Laut Jawa menuju Bali, Labuan Bajo, Kupang, Pulau Komodo, lalu kembali ke Jakarta. Memang tak ada yang mustahil bila Allah sudah berkehendak. Tiga minggu berlayar di lautan bebas bersama teman-teman se-Nusantara yang disatukan dalam Program Lintas Nusantara Remaja dan Pemuda Bahari/Kapal Pemuda Nusantara Kementerian Pemuda dan Olahraga (LNRPB/KPN Kemenpora) Sail Komodo tanggal 27 Agustus – 20 September 2013.
Yup. Inilah alasan mengapa sebulan terakhir saya seperti menghilang di dunia per-blog-an. Satu lagi pengalaman berharga dalam hidupku yang hanya dirasakan oleh 286 pemuda se-Indonesia. Semuanya berawal dari nasibku yang hanya lolos sebagai cadangan dalam Program Pertukaran Pemuda Antar Negara (PPAN) kemarin. Saya pun ditawari untuk mengikuti kegiatan ini. Satu hal yang perlu digarisbawahi. GRATIS!! Tidak ada yang lebih menyenangkan di dunia ini selain jalan-jalan seru yang gratis.
Selasa, 27 Agustus 2013. Pagi itu kami berlima (saya, Wd. Sinta Kalsum, Taslim, Lisa Iha, dan Ma’arif) berangkat menuju Jakarta menggunakan pesawat yang telah dibooking oleh panitia. Sesampainya di sana, kami langsung menuju Pelabuhan Tanjung Priok, tempat KRI Makassar 590 berlabuh. Sempat tersesat sih, hehe… untung abang supirnya baik, jadi ngajak kita keliling Jakarta dulu. Setibanya di sana, mulutku refleks membentuk huruf ‘O’. Bagaimana tidak? Seumur hidupku, barusan kulihat kapal sebesar itu. KRI Makassar 590 merupakan salah satu kapal perang milik Indonesia made in Korea pada tahun 2007. Kapal ini memiliki panjang 122 meter dan lebar 22 meter. Menurut temanku, panjangnya melebihi lapangan sepak bola. Ada yang tahu gak berapa panjang lapangan sepak bola?
Beruntung saya ditempatkan di kamar Garut 13 atau disingkat G-13. Sebenarnya waktu awal kedatangan sempat salah masuk kamar sih, hehe… Kamar G-13 kabarnya berukuran lebih luas dibanding kamar-kamar yang lain (itu sih menurut pengakuan penghuni kamar lain yang pernah berkunjung ke kamar kami). Kamar ini dihuni 32 cewek cantik (termasuk saya) se-Nusantara. Pasalnya, di kamar kami komplit deh! Ada yang dari Aceh, Padang, Palembang, Kep. Riau, Jakarta, Bandung, SULAWESI TENGGARA, Gorontalo, NTT, NTB, Maluku, Maluku Utara, dan Jayapura. Berikut nih nama-nama penghuninya: Tiara, Salma, Kak Uci, Kak Juni, Mela, Kak Fitri, Kak Rini, Loly, Pinky, Kak Rahmi, Kak Susan, Kak Fifit, Kak Lian, Lia, saya, Kak Citra, Kak Listi, Kak Serly, Kak Jo, Kak Jenny, Kak Ijah , Kak Etna, Diva, Maria, Kak Dian, Kak Aulia, Kak Sonya, Muthi, Kak Ani, Kak Yulis, Kak Miranda, dan Kak Angel (perlu waktu berhari-hari untuk menghapal nama mereka semua #ngelapkeringat). Kak Citra adalah ketua kamar kami, sehingga namanya diganti menjadi, ‘mami’, ‘ibu kos’, atau ‘Bu Cit’. Tinggal pilih mau panggil dengan sebutan apa, dia pasti nyahut kok. Kami juga memiliki slogan: “G-13… hidungnya.. sarangheyo!!” Menurut mitos yang beredar, slogan itu muncul karena penghuninya rata-rata berhidung pesek. Haha :D
Sebelum pelayaran dimulai, kami melakukan upacara pembukaan terlebih dahulu. Upacara ini dipimpin langsung oleh Menko Kesejahteraan Masyarakat. Juga diliput berbagai stasiun tv swasta. Pelayaran pun dimulai malam harinya. Awalnya, pelayaran berjalan mulus. Lama-kelamaan ketika kanan, kiri, depan, dan belakang sudah tak tampak daratan, ombak mulai mendera, saat itu penyakit pusing-mual-muntah mulai menjangkiti seluruh peserta. Hari pertama pelayaran sangat banyak peserta yang tidak bisa mengikuti kegiatan karena mabuk laut. Termasuk diriku, hehe..
Untungnya tim dokter sudah siaga 1. Malam sebelum pelayaran, kami sudah dibekali dengan 3 butir antimo. Tapi nyatanya teteup aja banyak korban yang berjatuhan *hahahaha :D. Mereka pun mengunjungi kami satu per satu. Dokternya so sweet deh.. :*
Sebelum kami meninggalkan dermaga Tanjung Priok, kami sempat mendapat kunjungan dan materi dari artis senior, Pak Pong Harjatmo. Wih, senang banget. Malamnya, kami mendapat kunjungan dari bapak Menteri Pemuda dan Olahraga, Roy Suryo, beserta ibu. Untuk pertama kalinya, seorang menteri yang biasanya ramai dibicarakan di tv, terlihat langsung di depan mataku. Sebuah kebanggaan tersendiri.
Sabtu, 31 Agustus 2013. BALI!!!! Here we are. Pelabuhan Benoa Bali itu beda dengan pelabuhan-pelabuhan pada umumnya. Di seberang kapal kami berlabuh sebuah kapal mewah. Para turis lalu lalang. Ada yang main jet ski dan parasut air. Keren dah! Saya hanya bisa membulatkan mulut dan mengucap syukur. Tangan saya sibuk memegang handy cam untuk mengabadikan setiap detik yang ada. Can you imagine, datang ke Bali menggunakan kapal perang. Kebanyakan orang datang ke Bali menggunakan pesawat, tapi saya datang ke Bali bersama KRI Makassar setelah melewati 3 hari terombang-ambing di lautan bebas. WOW!
Minggu, 1 September 2013. Kami disambut oleh TNI AL Bali dalam sebuah upacara, tari-tarian, dan pengalungan bunga. Belasan bus sudah disediakan untuk kami. Kami pun diantar menuju Kantor Gubernur Bali untuk penyambutan. Bus kami diiringi parade motor Harley (tau gak? Nama lainnya motor gede) dan penjagaan ketat dari polisi. Beberapa jalan protokol juga dijaga oleh polisi. Wih, serasa tamu penting deh, hehe…
Sayangnya, sang gubernur yang baru dilantik beberapa hari yang lalu tidak bisa secara langsung menyambut kami. Hanya perwakilannya saja. Tapi tak mengapa. Pak gubernur sedang menunaikan tugas mengunjungi masyarakatnya yang rumahnya sedang dibedah. Keren kan?? Jadi gubernur Bali itu memiliki program ‘Bedah Rumah’ namanya. Semua rumah tak layak huni akan dibedah menjadi rumah layak huni. Wah, hebat… plok-plok. Semoga program ini juga bisa diterapkan di kota-kota lain, termasuk Kendari dan Jakarta tentunya.
Setelah duduk formal mendengarkan sambutan dari beberapa orang penting, kini saat yang ditunggu-tunggu. Pesiar kota, yeeee! Mungkin ada yang nggak familiar dengan istilah ini. Saya juga awalnya gitu. ‘Pesiar kota’ apaan sih? Kalau di Kendari mah kita bilangnya ‘jalan-jalan’, haha. Pertama, kami berkunjung ke Monumen Kemenangan Rakyat Bali yang letaknya berseberangan dengan kantor gubernur. Tempatnya berupa candi. Di sana banyak banget turis. Tapi kebanyakan turis dari Asia, seperti Cina dan Korea (sempat nguping pembicaraan mereka). Walaupun mereka berpakaian mini, kulitnya teteup aja kinclong. Saya? Baru 3 hari di atas kapal, tanda-tanda ke-belang-an mulai mewarnai kulitku *hiks*. Sayangnya saya hanya bisa menjelajahi bagian luar monumen ini saja. Soalnya, karena ini tempat suci, jadi perempuan yang sedang (maaf) menstruasi tidak boleh memasuki ruangan di dalamnya. Sekali lagi hiks. Tapi gak apa. Kata teman-teman, di dalamnya sih biasa aja. Jadi tidak usah semenyesal itu, Dhil #fiuuhh..
Setelah makan siang, kami melanjutkan perjalanan. Kami singgah ke salah satu hutan bakau di Bali untuk melakukan kegiatan penanaman pohon bakau. Dari setiap kelompok diminta 5 orang perwakilannya untuk melakukan penanaman pohon. Karena capek dan sangat panas, saya memilih untuk tetap duduk di bus.
Selanjutnya, perjalanan dilanjutkan ke pantai matahari terbit, Pantai Sanur. Mengapa disebut demikian, katanya view matahari terbit terbaik di Bali ada di pantai ini. Di pantai ini bahkan lebih banyak turis lagi yang kami lihat. Kebanyakan dari Eropa dan Amerika. Saya bersama Kak Irfa (teman sekelompok) memutuskan untuk berkeliling berdua. Foto-foto di pinggir pantai, membuat tulisan di pasir, ciprat-cipratan air, de el el. Ada satu kejadian lucu. Ketika kami sedang berjalan berdua, Kak Irfa yang bertelanjang kaki berjalan berjingkat-jingkat karena jalannya lumayan panas. Karena tak tahan panasnya, ia pun berlari menuju jalan yang lebih dingin. Pada saat yang bersamaan, beberapa orang bule guanteng-guanteng datang dari arah yang berlawanan. Melihat Kak Irfa yang berlari mendekati mereka, salah satu bule berkata dalam bahasa Indonesia yang lumayan fasih.
“Kalau mau foto 2000 ya?”
“Ha?” Saya dan Kak Irfa berpandangan.
Dalam hati kami bertanya-tanya. Maksud nih bule apaan? 2000? Oh… untungnya kita cepat tanggap. Ternyata tuh bule-bule mengira Kak Irfa berlari karena kepingin foto dengan mereka. Hahahaha *LOL*. Nih bule narsis amat sih. Siapa juga yang mau berfoto dengan mereka coba? Tapi gak apalah, kesempatan jangan disia-siakan. Istilahnya, ‘Lo jual, gue beli..’ hehe… Sayangnya, foto itu menghilang tanpa jejak. Kata Kak Irfa, foto itu tiba-tiba saja menghilang. Yaaaa…. :( padahal bulenya kan ganteng. Kapan lagi ada bule narsis ngajakin kita foto bareng? Huhuhu….
Senin, 2 September 2013. Hari ketiga di Bali. Jadwal hari ini adalah pesiar kota (again). Kali ini kami diajak mengunjungi Istana Kepresidenan Tampaksiring Bali. Lokasinya sih tidak tahu pasti, soalnya saya tertidur di bus sekitar ¾ perjalanan. Jauh sih. Pokoknya lebih jauh dari Ubud. Sepanjang perjalanan (setelah terbangun), kami disuguhi pemandangan subak (sawah yang bertingkat-tingkat) yang Subhanallah kerennya… Di Bali, sawah masih menjadi pemandangan yang biasa. Jarak sawah yang satu dengan yang lainnya tidak terlalu jauh. Perempuan-perempuan Bali lalu lalang membawa sesajen di kepala mereka. Kebetulan akan diadakan sebuah upacara keagamaan di sekitar situ. Rumah-rumah para pekerja seni juga berderet rapi. Mulai dari pembuat patung, pelukis, dan pengrajin-pengrajin seni lainnya.
Tidak lama kemudian, bus kami berbelok di sebuah bangunan yang tempat parkirnya cukup untuk menampung puluhan bus. Itulah Istana Kepresidenan Tampaksiring Bali. Dari luar tidak seperti istana sih, tetapi lebih menyerupai sebuah candi. Keren (y).
Sebelum masuk, kami dibagi menjadi 3 kelompok besar. Karena jumlah kelompok keseluruhan ada 15, maka kami dibagi menjadi 3. Kelompok 1-5 adalah kelompok pertama, kelompok 6-10 adalah kelompok kedua, dan kelompok 11-15 adalah kelompok ketiga. Kelompokku masuk ke dalam kelompok pertama. Guide kami menjelaskan beberapa peraturan yang tidak boleh dilakukan di kawasan istana. Tidak boleh membawa tas, mengenakan kacamata hitam, merokok, de el el. Untung gak dilarang bawa kamera #fiuuhhh.
Seandainya kalian bisa menyaksikan (aamiiin… kudoakan readers yang membaca suatu hari nanti bisa ke sana juga..), kawasan istana ini tuh LUAS BANGET, BANGET, BANGET!!!! Bahkan di dalamnya ada lapangan golf pula. Butuh waktu sejam untuk mengelilingi kawasan istana ini + foto-foto. Guide kami dengan sabar mengarahkan dan menjelaskan sejarah singkat istana ini. Katanya, presiden pertama Indonesia, Ir. Soekarno, beserta istri pernah tinggal di istana ini. Bangunan-bangunan di istana ini sudah banyak yang direnovasi karena sudah tua. Uniknya, semua pekerja seperti pengecat adalah perempuan. Katanya, perempuan lebih telaten dalam mengecat. Jadi kalau kalian ke Bali dan kehabisan uang, ngelamar aja jadi pekerja di istana ini! Pasti keterima kok :D.
Kawasan istana ini bagai bukit-bukit. Ada bagian yang tinggi, ada bagian yang rendah. Rumput hijau membentang luas, pepohonan besar menjulang tinggi menghiasi setiap sisi, angin sepoi-sepoi bertiup lembut, aura ketenangan menyejukkan hati. Panasnya matahari pun tidak terasa di sini. Tidak seperti di luar.
Beberapa tanaman unik juga terdapat di sini. Ada yang namanya pohon sapu tangan, beberapa bunga yang berasal dari negara lain dan tidak dijual bebas, eh, tumbuh bebas maksudku, karena hanya ada di istana ini. Juga terdapat rusa yang dikembangbiakkan oleh para pengurus istana.
Setelah makan siang, kami melanjutkan perjalanan ke Goa Gajah. Letaknya tidak terlalu jauh dari istana. Saya tidak bisa bercerita banyak tentang goa ini. Karena masih termasuk kawasan suci, perempuan yang sedang kedatangan tamu bulanan tidak boleh masuk ke dalam goa. Takutnya terjadi hal-hal mistis. Hiii… gak mau…. Maka termenunglah saya menatap kepergian teman-temanku ke dalam goa itu, hiks. Untuk mengalihkan perhatian, lebih baik shopping ajah. Goa Gajah termasuk salah satu spot turis. Jadi wajar kalau terdapat banyak pedagang.
Setelah itu, tempat terakhir yang kami kunjungi adalah jeng jeng jeng…. Pasar Sukowati… #horeee!!! Bagi kamu-kamu yang belum tahu, Pasar Sukowati is the cheapest market in Bali. 10ribu pun sudah bisa beli oleh-oleh asalkan kalian pintar ngibulin penjualnya. Inilah mesin penghisap uang terbaik di Bali, haha. Kalau ke sini, mata sebaiknya di-buta-in sementara dulu deh. Kalau tidak pandai mengontrol nafsu, bisa-bisa uang sejuta bisa habis dibelanjain dalam 5 menit.
Jadi ingat pesan para beli dan mbok Bali di kapal, “Kalau belanja di Sukowati, jangan pernah bertanya ke teman-teman yang lain harga barang yang sama dengan barang kita. Bisa bikin sakit hati. Apalagi kalau barang yang dia beli jauh lebih murah dibanding barang kita, padahal barangnya sama. Itu berarti dia lebih jago menawar dibanding kita". Tapi saking penasarannya, teteup aja di bus kita saling bertanya.
“Eh, baju Bali kamu dapet berapa?” tanya saya pada seorang teman.
“20ribu…”
“Apaaaaaa???” nangis Bombay deh. Soalnya saya beli baju yang persis sama (beda warna) harganya 60ribu, hiks… huaaaaaa!!!!
Sesampainya di kapal, rasa sakit itu bertambah ketika kami saling memamerkan barang belanjaan dengan teman-teman sekamar. Banyak yang hatinya bagai teriris belati lantaran mendengar harga miring yang didapat teman-teman lainnya. Hahaha :D Satu tip dari saya kalau mau belanja di Pasar Sukowati. Tawarlah dengan harga yang paling murah. Kalau perlu tawarlah dengan harga yang menurut Anda paling tidak masuk akal sekalipun. Baru setelah itu, dinaikin dikit-dikit. Kalau penjualnya teteup gak mau ngasih, ngancam pindah ke penjual lain aja! Pasti penjualnya langsung iya-in deh. Katanya buat penglaris, hehe #trik licik.
Selasa, 3 September 2013. Hari ini kami sudah harus bertolak ke Labuan Bajo. Dibutuhkan waktu sehari untuk tiba di sana. Good bye, Bali. Fantastis sudah pernah menginjakkan kaki di Bali (y).
Sekian dulu ceritanya ya… ceritaku masih panjang banget. Kalau diposting sekaligus bisa sangat panjang. Ini aja sudah mencapai 5 halaman Microsoft Word. Sail Komodo 2013 part 2 akan menyusul. Ditunggu yaa ceritanya…
>> Wah, sudah postingan ke-100 nih... semoga readers gak bosan membaca cerita-ceritaku ya! :) *deepbow*
::Leave 'Words' For Me::
::Followers::
Kamis, 03 Oktober 2013
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
2 comments:
Halo mba dilla, slam kenal. Alhamdulillah tahun ini sy diberikan kesempatan yg sama karna bisa mengikuti sail raja ampat. Mba, saya mau bertanya terkait perlengkapan apa saja yg mba bawa terutama untuk hijaber?
Halo mbak Selfi. Alhamdulillah, senang rasanya bisa berbagi pengalaman dengan mbak. Maaf sekali komennya baru sy baca. Semoga kembali dengan selamat ke kota asal. Jangan lupa untuk berbagi pengalaman dengan teman-teman lainnya sepulang dari Sail Raja Ampat :)
Posting Komentar