Rabu, 4 September 2013. Sore itu kami tiba di Labuan Bajo. Kami tidak akan berlama-lama di salah satu kota kecil di Nusa Tenggara Timur ini. Pesiar diizinkan hingga maghrib nanti. Kami pun secara berombongan keluar dari kapal. Layaknya manusia yang haus akan daratan. Saya memilih untuk pesiar bersama kelompokku. Oh ya, saya sampai lupa memperkenalkan kelompok terhebat dalam Sail Komodo 2013 ini. Loh, mengapa hebat? Itu akan saya ceritakan nanti!!
Sudah saya sebutkan sebelumnya bahwa seluruh peserta LNRPB/KPN dibagi menjadi 15 kelompok kecil. Masing-masing kelompok dinamai dengan nama pulau/kabupaten yang ada di Indonesia. Nagekeo harus berbangga terpilih menjadi nama kelompok kami #eh, gak terbalik tuh? :3 Sekedar informasi, Nagekeo adalah nama salah satu kabupaten di Labuan Bajo. Kelompok kami terdiri dari 19 orang. Ada Kak Nawir (ketua), Kak Lutfi, Kak Afnan, Kak Rury, Kak Seto, Kak Saha, Kak Ichsan, Kak Wahyu, Kak Dio, Kak Charlie, Jean, Efrem, Enmo, Kak Lily, Kak Etna, Kak Yulis, Kak Dijah, Kak Irfa, dan saya tentunya.
Kami memutuskan untuk pesiar bersama-sama. Sayangnya, kami dilarang untuk pesiar ke luar daerah pelabuhan. Jadilah kami hanya berkeliling-keliling pelabuhan. Pertama-tama, kami membeli kebutuhan pokok di salah dua kios yang ada di pintu masuk pelabuhan. Wah… Alhamdulillah yah, ada rezeki nomplok di sore hari. Bisa ngebayangin gak, dua kios ukuran sedang diserbu ratusan penumpang KRI Makassar 590. Hebat kan??
Air mineral? Sudah. Biskuit? Sudah. Roti? Sudah. Wafer? Sudah. Susu? Sudah. Wah… belanjaanku kok makanan semua ya? Hahaha…. Teman-teman yang lain belanjaannya sabun mandi, deterjen, pulsa, sikat gigi, saya makanan semua. Hehe… maklum, di kapal dengan suhu AC di atas rata-rata, membuat perut cepat keroncongan. Apalagi kondisi kapal yang tidak stabil, kadang miring ke kiri, kanan, depan, belakang, makan adalah satu-satunya cara untuk mencegah mabuk laut!!
Setelah belanja, dalam perjalanan kembali ke kapal, kami terpukau melihat mas penjual bakso. Bukan karena dia ganteng, melainkan karena sebuah gerobak bakso yang ada di sampingnya *ya iyyalaaahhh (tepuk jidat masing-masing!). Seketika, keinginan makan bakso membuncah di hati kami. Sudah berapa lama ya gak pernah makan bakso? Lebay deh, baru seminggu lebih perjalanan juga…
Setelah berunding sejenak, sang ketua, Kak Nawir, akhirnya mengetuk palu bahwa kami Kelompok Nagekeo akan makan bakso dahulu sebelum kembali ke kapal. Tidak lama kemudian, bakso-bakso yang kami harapkan pun datang. Setelah diseruput kuahnya, dikunyah baksonya, diresapi mienya, oh…. gini toh rasa bakso. Enak yah? Hahaha… Sumpah, setelah beberapa tahun berlalu, ini pertama kalinya lagi saya makan bakso gerobak di pinggir jalan. Selama ini kan selalu makan bakso di kawasan elit, hehe… tapi rasanya enak kok (y)
Pelan tapi pasti, satu per satu mangkuk bakso ludes isinya. Wah, gak ada air minum nih. Kami pun melirik mas penjual es teler yang nongkrong di samping mas tukang bakso. Slurp… enak juga tuh! Berapa lama ya nggak pernah makan es teler? *lebay lagi deh! Kami pun memesan bergelas-gelas es teler. Alhamdulillah…. Nikmatnya semangkuk bakso ditemani segelas es teler gak ketulungan dah!!!
Setelah kenyang plus segar, kami pun berencana kembali ke kapal. Tapi tiba-tiba beberapa teman-teman kelompok yang sudah jalan duluan memanggil kami.
“Ada apa? Ada apa?”
“Bapaknya Efrem datang!”
Wah… senangnya dijenguk orang tua. Efrem memang beruntung. Dia berasal dari Labuan Bajo. Tidak heran ketika kapal merapat di pelabuhan, orang tuanya langsung datang berkunjung. Kami sangat senang. Kedatangan sang bapak sudah kami anggap mewakili orang tua kami. Ah… jadi rindu dengan orang tua di Kendari. Tak lupa kami melakukan sesi foto bersama. Setelah bapak Efrem pulang, kami pun masih sibuk wara-wiri jeprat-jepret di sekitar kapal hingga kami dipanggil naik kembali ke kapal untuk melaksanakan ibadah Shalat Maghrib.
Malamnya, kapal pun bertolak menuju Kupang, ibu kota Nusa Tenggara Timur. Perjalanannya memakan waktu 2 hari. Hah… halo ombak *mual, huekkk.
Jumat, 6 September 2013. Tadaa… Kupang… setelah berputar-putar di laut selama berjam-jam, akhirnya KRI Makassar 590 sandari di Lantamal AL Kupang. Waktu menunjukkan pukul setengah dua waktu setempat, tapi matahari rasanya tepat pukul 12 siang. Panaaasss!!! Kata teman-teman NTT, inilah alasan mengapa kulit mereka coklat. Pantasan, suhu NTT sedemikian panasnya. Topi dan kacamata riben menjadi persenjataan wajib kami. Di sini, kacamata bukan lagi ajang untuk bergaya, melainkan suatu kebutuhan primer, hehe…
Setelah melalui serangkaian upacara ucapan selamat datang, berupa pengalungan selendang khas NTT dan topi ti’ilangga kepada komandan KRI Makassar 590, komandan satuan tugas, wakil komandan satuan tugas, dan beberapa perwakilan peserta, kami pun bergegas menuju bus kelurahan masing-masing. Oh ya, sebelumnya kami telah dibagi menjadi 3 kelompok besar. Karena kami hendak melaksanakan kegiatan home stay di Kupang, kami pun dibagi menjadi 3 kelurahan yang dengan repot-repot bersedia menampung kami selama 2 hari 3 malam (seharusnya 3 hari 3 malam, tapi karena keterlambatan kapal sandar di dermaga, maka waktunya dipotong, hiks). Kelompok-kelompoknya adalah kelompok Kelurahan Air Nona, Manutapen, dan Bakunasen. Kelompok 1 – 5 masuk dalam kelompok pertama, 6 – 10 masuk dalam kelompok kedua, dan 11 – 15 masuk dalam kelompok ketiga. Perasaan hal ini sudah kujelaskan di part pertama deh *mikir lemot*
Pertama-tama, bus yang diiringi penjagaan ketat polisi mengantarkan kami ke kantor gubernur Kupang. Sepanjang perjalanan dari pelabuhan menuju pusat kota, di sebelah kiri kami hanya melihat laut biru yang membentang luas dan di sebelah kanan tanah kering, batu karang, dan pepohonan tanpa daun. Selain Kota Kasih, Kupang juga terkenal dengan nama Kota Karang. Itulah mengapa batu-batu karang sangat mendominasi pemandangan di Kupang, di mana pun kita berada. Waktu hampir menunjukkan pukul 3 lewat, tetapi teriknya matahari layaknya pukul 1 siang. Benar-benar menyengat, ditambah lagi penumpang yang berdesak-desakan di bus (berhubung bus yang disediakan tidak sebanyak bus di Bali).
Hampir pukul setengah 4, kami tiba di kantor gubernur Kupang. Setelah melalui upacara penyambutan dari gubernur Kupang, kami lalu menari Tari Ja’I dan Gemu Fa Mi Re secara massal. Dua tarian itu adalah tarian khas NTT yang sukses kami pelajari selama perjalanan dari Bali ke Kupang di bawah bimbingan langsung para delegasi dari NTT. Tariannya sangat mudah dan sederhana. Sekali melihat pasti langsung bisa. Yang paling menarik adalah musiknya. Entah kenapa, setiap mendengar musik tari-tarian ini, badan rasanya sudah terhipnotis dan spontan bergerak mengikuti irama, hehe…
Maghrib. Kali ini kami akhirnya menuju kelurahan masing-masing. 3 bus mengantar kami Kelurahan Air Nona. Kasihan mereka di sana. Mereka sudah menunggu kami sejak pukul 4 sore tadi, tapi kami baru tiba 2 jam kemudian. Ketika iring-iringan bus sudah memasuki kawasan kantor kelurahan, terlihat sebuah tenda biru besar didirikan untuk menyambut kedatangan kami (bukan tenda kawinan loh!), lengkap dengan berbagai kue-kue ringan buah tangan ibu-ibu setempat. Mereka menyambut kami yang baru turun dari bus dengan kulit lengket, bau, dan wajah berminyak + capeknya minta ampun, dengan sorakan meriah. Mereka ternyata merindukan anak-anak antah-berantah ini untuk dijadikan anak angkat :D
Kami pun disilakan duduk dan menikmati hidangan. Ada pisang rebus dan ubi goreng (kalau gak salah). Setelah itu, nama-nama orang tua angkat beserta para peserta yang akan menjadi anak angkat mereka pun dibacakan. Deg-degan juga menunggu namaku tak kunjung dibacakan. Atau jangan-jangan tak ada yang bersedia menjadi orang tua angkatku??? Huaaa jangan… beta juga butuh mama di sini!!! Tapi akhirnya, namaku muncul juga. Walaupun sempat ada sedikit masalah sebelumnya terkait jenis kelamin yang salah tulis, saya pun bertukar posisi dengan peserta lain. Resmilah diriku menjadi anak angkat dari Mama Naura, sang ibu ketua RT 012 Kelurahan Air Nona, bersama 2 orang lainnya, Kak Ni Loeh (Bali) dan Aulia (Kalimantan Timur).
Kami pulang ke rumah mama diantar anak mama menggunakan motor satu per satu. Sesampainya di rumah, kami memperkenalkan diri masing-masing. Setelah bercakap-cakap, kami pun tahu, bahwa suami mama sudah lama meninggal. Mama dulu pernah mengalami kecelakaan yang menyebabkan matanya menjadi rabun. Mama memiliki anak perempuan dan 2 anak laki-laki. Salah satunya Mama Dina. Kami juga memanggilnya mama, karena kami tinggal bersama dia. Mama tinggal di rumah sebelah bersama Kakak Aten dan dan Kakak Andre, anak laki-lakinya. Keluarga mama sangat hangat dan baik. Serasa keluarga sendiri.
Sayangnya, di sela-sela perbincangan kami dalam rangka saling mengenal lebih jauh, tiba-tiba… aduh, perutku kok mendadak sakit ya? Tadi makan apa sih? Cuma kue doang. Sekarang malah lagi makan biskuit dan minum teh. Apa yang salah? Rasanya tuh sakiiiitttt banget! Saya pun mohon undur diri ke belakang. Tapi… ini bukan sakit perut biasa deh. Saya sudah 2 kali keluar masuk kamar mandi sebelum akhirnya dipanggil makan malam oleh mama. Jujur, makanan gak bisa masuk. Saya hanya makan 3 suap saja. Setelah itu kembali masuk kamar mandi. Saat itulah mama tahu kalau saya kurang enak badan. Asumsi kami, mungkin saya masuk angin. Maka mama membantu mengoleskan minyak kayu putih di perut. Mama menyuruh saya untuk tidur lebih awal.
Tengah malam. Saya tidak tahu pasti saat itu jam berapa. Perutku rasanya mual. Dengan cepat saya berlari ke kamar mandi. Hueekk!! Keluar semua lah beban di perut. Setelah muntah 2 kali, badan rasanya mulai enakan. Keesokan harinya, setelah berkonsultasi dengan dokter, barulah saya tahu kalau saya terkena diare. Parahnya, bukan hanya saya yang terkena penyakit ini. Banyak peserta lain yang juga mengeluhkan hal serupa. Hah… diare ini merusak malam pertamaku di rumah mama :(
Sabtu, 7 September 2013. Hari kedua kami di Kupang. Bangun pagi, roti tawar dan 3 gelas teh panas sudah tersedia di meja. Wah… di kapal mana ada ginian? Namun, berhubung perutku masih rada-rada nggak enak, setelah meminum teh, saya izin berbaring sebentar di kamar. Pukul 8 kami sudah berkumpul di depan kantor lurah Kelurahan Air Nona untuk melaksanakan kegiatan bakti sosial. Dalam satu kelompok, kami mendapat tugas yang berbeda-beda. Saya dan beberapa teman kebagian memberisihkan lingkungan sekitar kantor lurah, termasuk Kolam Air Nona. Sementara teman-teman yang lainnya kebagian mengajar di sekolah dasar yang berada tidak jauh dari kantor lurah.
Oh ya, saya belum bercerita mengenai mengapa diberi nama Kelurahan Air Nona, ya? Ternyata ada hal mistis di balik nama Air Nona. Penasaran? Nih ceritanya…
Jadi, kelurahan ini terkenal dengan kolam yang lumayan besar tepat di depan kantor lurah. Sebagian kecil kolam ini ditutupi dengan bunga teratai. Air di kolam ini sangat dingin dan sejuk. Tak heran, banyak anak-anak yang sering mandi di kolam ini. Kolam ini bersumber dari mata air yang terletak di dasar kolam. Menurut mitos yang beredar, kolam ini telah ada sebelum penduduk tinggal di daerah itu. Katanya, dulu banyak bidadari yang suka mandi di kolam itu. Lalu tak sengaja seorang lelaki terpikat dengan salah seorang bidadari dan menyembunyikan selendangnya. Dialah Jaka Tarub! *eits, ngarang euy! Pemirsa, maaf yee… bagian Jaka Tarub itu bohongan, hehe… Tapi ada satu hal yang sangat menarik perhatianku. Di salah satu sisi kolam tersebut, tumbuh pohon yang sangat besar. Terdapat lubang besar di tengah pohon tersebut. Tebak ada apa di dalamnya! Ada sebuah patung yang lumayan besar. Hiiiii…
Untungnya kegiatan cepat berakhir. Sorenya, saya, Kak Ni Loeh, dan Aulia diajak jalan-jalan keliling Kota Kupang oleh keluarga mama. Pertama, kami menuju pantai. Rencananya mau melihat sunset. Tapi telat. Ketika sampai di pantai, mataharinya sudah keburu terbenam… hiks…
Tapi nggak apa-apa. Kami tetap menikmati suasana pantai. Langit senja yang kemerah-merahan, penjual jagung bakar, muda-mudi yang berpacaran, pohon lontar yang berjejeran, dan babi yang berlarian. WHAT??! Babi yang berlarian? Hei hei… slow bebs… di Kupang, mengembalakan babi di pantai itu hal biasa. Huft! Kaget aja tiba-tiba ngelihat babi besar berlarian di depan mata. Seumur hidup, barusan ngelihat babi secara langsung, eksklusif dengan jarak sedekat itu lagi! Wow!
Setelah itu, kami diajak keliling kota lagi. Salah satunya ke Universitas Nusa Cendana. Universitas ini adalah universitas terbesar di Kupang. Cocok deh dikatain besar, secara kawasannya aja luas banget! Keren deh pokoknya. Walaupun sudah malam, kami bebas mengelilingi universitas ini. Soalnya si supir, Kak Aten, adalah salah satu staf di universitas ini. Jadi urusan nego dengan satpam, itu urusan kecil mah…
Kemudian kami diajak melihat-lihat Bandara El Tari. Sebelum pulang, kami singgah di salah satu pusat oleh-oleh Kupang. Sukiran Santoso namanya. Di sana, kami membeli beberapa makanan khas Kupang. Karena mama memberi tahu di pemilik toko bahwa kami adalah peserta Sail Komodo, maka si pemilik dengan senang hati memberikan kami perlakuan khusus. Wah… senangnya…
Minggu, 8 September 2013. Hari ini jadwal kami padat sekali. Pukul 7.30 kami sudah harus berkumpul di depan kantor lurah. Kami akan berkunjung ke Pantai Lasiana. Pukul 5, kami berkumpul lagi. Kali ini kami harus ke Gong Perdamaian untuk menghadiri acara perpisahan kami dengan masyarakat Kupang. Acaranya berupa pentas seni, baik dari kami maupun perwakilan masyarakat Kupang. Acaranya ditutup dengan sesi berfoto bersama dan menari Ja’i serta Gemu Fa Mi Re massal bersama seluruh penonton.
Sebenarnya hari ini adalah hari ulang tahun salah seorang kakak angkatku, Kak Aten. Karena kami sangat sibuk, kami tidak bisa merayakan ulang tahunnya bersama-sama. Padahal kami sudah berjanji untuk membakar ayam bersama-sama. Nyatanya, kami baru tiba di rumah pukul 11 malam lewat. Yang ada, kami hanya mengucapkan selamat ulang tahun ala kadarnya kepada Kak Aten. Kabar baiknya, mama sudah menyimpankan kami sepotong ayam bakar besar. Sluurpp, sedaaapp (y)
Senin, 9 September 2013. Pagi yang menyesakkan. Meskipun semalam begadang hingga pukul 2 pagi demi menebus ketidakhadiran kami pada sesi acara bakar-bakar ayam, pagi ini sepertinya masih belum cukup. Sedih menghadapi kenyataan harus kembali lagi ke kapal dan meninggalkan keluarga mama. Walau hanya sebentar, tapi semua rasa rindu kami pada keluarga masing-masing seakan terobati dengan kehadiran keluarga mama. Kapan lagi ya saya bisa mengunjungi keluarga mama. Mama Naura mengantar kami hingga ke kantor lurah. Beliau bahkan menangis melepas kepergian kami bertiga. Tak lupa kami memakai syal tenunan khas NTT pemberian mama semalam. Miss you Ma… *hug and kiss :*
Sebelum kembali ke kapal, kami diajak pesiar kota dulu oleh panitia. Pertama, kami diajak mengunjungi museum Kupang. Setelah itu, kami mengunjungi pasar. Kurang tahu juga sih namanya pasar apa, yang pasti tempat yang sangat cocok untuk belanja oleh-oleh khas Kupang. Siang menjelang sore, kami baru kembali ke kapal dan siap menuju Pulau Komodo!!!!
Rabu, 11 September 2013. Here we are… jeng jeng jeng… Komodo National Park, Komodo Island *lalala yeyeye* huft, deg-degan juga sih mau bertemu dengan saudara tua, hehe… so, inilah tujuan utama kami. Sepanjang perjalanan ke pulau ini, satu hal yang selalu terpikirkan olehku. Komodo itu bentuknya gimana ya? Yaa… kalau lihat fotonya sih sudah pernah. Tapi wujud aslinya itu loh, kira-kira gimana? Yang pastinya komodo pasti nyeremin. Soalnya dia tuh salah satu reptil berdarah dingin plus karnivora. Yang namanya karnivora itu kan apa aja dimakan, hiii… komodo, diriku ini hanya tulang-belulang yang penuh dosa, jangan dimakan yaaa!!!
Sebelum melihat komodo, kami harus mendengar wejangan dari pengurus Taman Nasional Komodo. Katanya, kita harus berhati-hati dan mengikuti perkataan rangers. Bukan Power Rangers loh, rangers itu tour guide para pengunjung selama berada di kawasan taman nasional ini. Terkhusus perempuan yang sedang datang bulan, sebenarnya mereka tidak diperkenankan untuk melihat komodo. Secara, penciuman komodo tuh kan tajam banget. Bau darah akan tercium dengan mudahnya. Namun, ada kebijaksanaan khusus. Mereka boleh melihat komodo tapi dari jarak yang cukup jauh, serta selalu berada dalam pengawasan rangers. Pernah kejadian loh pemirsa. Saking penasarannya dengan wujud komodo, seorang turis wanita yang sedang berhalangan terpaksa berbohong. Ia tidak mengakui dirinya yang sedang berhalangan. Akibatnya, dia dikejar komodo, hihihi… Alhamdulillah, insiden itu tidak sampai menelan korban.
Lagi-lagi kami dibagi menjadi beberapa kelompok. Tiap kelompok ditemani seorang ranger. Layaknya seorang guide, si ranger banyak bercerita tentang Pulau Komodo dan si komodonya. Pulau Komodo hanya dihuni oleh komodo. No human! Hanya beberapa penjaga taman nasional saja yang selalu berjaga-jaga tiap malam untuk menghindari terjadinya hunting komodo. Pulau ini luasnya ±30.000 are. Luas banget kan?? Populasi komodonya sekitar 100 ekor. Setiap tahunnya, jumlah komodo tidak menunjukkan peningkatan yang tajam. Pasalnya, karena mereka karnivora, mereka juga memakan sesama mereka. Jangankan sesamanya, anak sendiri pun terkadang di makan. Makanya, setiap selesai musim kawin, telur-telur para komodo disimpan di atas pohon. Mereka akan menetas dan berkembang biak di atas pohon selama ±4 tahun hingga tubuh mereka cukup besar untuk menghadapi komodo-komodo lain.
Setelah berjalan cukup jauh, tibalah kami di sebuh kawasan yang kebetulan ada beberapa komodo nongkrong di situ. Kelompok-kelompok lain juga sedang berkumpul di tempat itu. Semakin mendekat… semakin mendekat… oalah… ini toh yang namanya komodo? Wuiiihh… ckckckck… ngeri juga ya. Badan mereka besar dan panjang. Ini nih namanya kadal versi gede. Bedanya, kulit komodo lebih kasar. Mereka bergerak lambat (sewaktu-waktu bisa sangat cepat) dan selalu menjulurkan lidahnya seperti ular. Bentuk lidahnya juga sama dengan ular, bercabang dua di ujungnya. Mau tahu gak gimana suara komodo? ‘Mmmmmmm…….’ Gitu, cius deh gak boong! Kalau denger langsung bisa merinding seluruh badan. Jarak kami dengan mereka cukup dekat. Rangers selalu mengawasi kami apabila jarak kami terlalu dekat dengan komodo. Kami juga dilarang terlalu banyak gerak dan bergerak dengan tiba-tiba. Komodo adalah hewan yang sangat sensitif. Sedikit saja ada hal yang mengganggunya, mereka akan menyerang.
Sedikit kecewa sih, pasalnya kami hanya melihat 4 ekor komodo. Katanya yang lainnya tersebar di seluruh pulau. Bisa jadi mereka melihat kita, tapi kita tidak melihat mereka. Kebanyakan bersembunyi di hutan. Kabar baiknya, kedatangan kami bertepatan dengan musim kawin. Dari 4 komodo tadi, ada sepasang komodo yang sedang melakukan pedekate, ah… gak usah diceritain deh, hahahaha… oh ya, readers tahu nggak perbedaan komodo jantan dan betina? Kepala komodo betina relatif lebih kecil dibanding komodo jantan. Mudah kan?
Puas melihat komodo, kami akhirnya kembali ke kapal. Kini, kapal bersiap kembali ke Labuan Bajo untuk persiapan puncak acara Sail Komodo 2013 bersama bapak presiden. Waktu tempuh Pulau Komodo ke Labuan Bajo hanya sekitar 4 jam. Tapi kami tidak bisa merapat ke dermaga. Pelabuhan harus disterilkan sebagai persiapan kedatangan bapak presiden. KRI Makassar 590 beserta kapal-kapal perang lainnya hanya menambatkan jangkarnya di tenghn laut, tak jauh dari dermaga. Kalau mau ke darat, kami harus menaiki kapal kecil terlebih dahulu.
Hingga tanggal 13 September 2013, kebanyakan aktivitas kami lakukan di kapal. Kami menerima banyak sekali kunjungan dari para menteri. Hari Kamis malam kami mendapat kunjungan dari Bapak Roy Suryo beserta ibu diikuti 9 menteri lainnya beserta rombongannya masing-masing. Sedangkan keesokan malamnya, kami menerima kunjungan dari menteri pertahanan beserta rombongan. Bangga juga sih akhirnya bisa bertemu dengan para petinggi negara.
Dalam rangka puncak acara tanggal 14 September nanti, akan dipilih 50 pasangan dari berbagai daerah untuk menyambut presiden menggunakan pakaian adat masing-masing daerah. Sulawesi Tenggara akan diwakili Kak Sinta dan Iha. Namun tiba-tiba…
“Dek, kamu saja ya yang pakai baju adat?” pinta Kak Sinta.
“WHAT??? Memang Kak Sinta kenapa?”
“Malas saja. Pakaiannya ribet!”
Huaaa… serasa mau nangis. Saya kan tidak ada persiapa apa-apa. Harus diakui, pakaian adat Buton memang sangat ribet. Akhirnya, mau tidak mau, tanggal 14 nanti, pakaian aneh itu harus aku kenakan!
Sabtu, 14 September 2013. Demi bapak presiden, diriku rela mandi pagi pukul setengah 3 dini hari. Bayangkan, setengah 3! Rekor mandi tercepatku seumur hidup. Pukul 6 pagi kami sudah harus bergerak menuju dermaga. Untung ada air hangat. Nggak kebayang kalau harus mandi sepagi itu menggunakan air dingin. Brrrrr!! Setelah itu harus ngantri di-make up-in sama Kak Etna. OMG! Banyak sekali insiden pagi itu demi menyambut bapak presiden. Akhirnya hingga saat ini, setiap melihat Pak SBY di TV atau fotonya di koran, pasti teringat tanggal 14 September 2013. Weleh weleh…
Ini dia momen yang paling ditunggu-tunggu. Berdiri di sepanjang sisi karpet merah untuk menyambut bapak presiden dan rombongan. Yang namanya karpet merah yang akan dilewati presiden itu: 1) tidak boleh diinjak, dalam arti hanya bapak presiden beserta rombongan yang boleh menginjaknya; 2) kalau terpaksa harus diinjak harus melepas sepatu/sandal terlebih dahulu; 3) karena terdapat banyak daun-daun pohon yang berguguran, juga debu yang beterbangan, makan tukang sapu akan selalu siap sedia untuk menyapu si karpet merah; 4) karpet merah akan selalu disapu paling tidak tiap 5 menit sekali. WOW kann??
Karena tidak boleh diinjak, kami harus mengambil jalan memutar sehingga bisa menyeberangi karpet merah dengan lebar ± semeter. Di bawah teriknya matahari di Pantai Pede, Labuan Bajo, 50 pasangan putra-putri daerah berbaris rapi di sisi kiri dan kanan karpet. Panasnya yang menyengat, walaupun mampu melunturkan make-up jam jam 3 pagi kami, itu semua terbayarkan ketika Pak SBY, Ibu Ani, dan para rombongan menteri lewat dan menyapa kami. Mereka melambaikan tangan dan bertanya, “Apa kabar?”. Kami tersenyum seraya melambai-lambaikan bendera merah putih di tangan kami. Akhirnya diriku bisa melihat pak presiden secara langsung dengan jarak kurang dari 1 meter.
Senin, 16 September 2013. Dalam perjalanan pulang ke Jakarta, kami kembali berlabuh di Bali. Selain untuk mengisi bahan bakar dan logistik, tentunya juga untuk memuaskan hasrat belanja kami. Hehe… mumpung udah mau nyampe Jakarta nih, uang juga masih lumayan banyak, kenapa tidak dimanfaatkan sebaik-baiknya? :D
Jadwal hari ini adalah kegiatan snorkeling dan diving. Tapi kami boleh memilih kok, mau pilih snorkeling dan diving atau shopping. Karena nggak bisa berenang, saya pun memilih untuk shopping. Bersama Muti, teman dari Bandung, kami berjalan-jalan di Pantai Sanur (lagi). Sementara teman-teman yang memilih snorkeling dan diving berkumpul di Pantai Kuta. Ada juga teman-teman yang nekat naik bus dan taksi ke Pasar Sukowati. Sebelum pulang, saya dan Muti membeli sate ikan di pinggiran pantai untuk dibawa pulang ke kapal. Kan bosan juga tuh sama menu kapal sehari-hari, hehe… tapi jangan tersinggung loh! Menu KRI Makassar 590 paling wenak tenan (y)
Keesokan paginya, kami boleh pesiar kota lagi. Kali ini kami diantar ke pusat oleh-oleh Bali, Krisna, menggunakan bus. Setelah itu, kami dibebaskan mau pesiar ke mana, asal harus kembali ke kapal paling lambat pukul 13.00. Saya dan beberapa teman lain sepakat untuk menyewa mobil angkutan. Kami memilih untuk pesiar ke Pantai Kuta saja. Rasanya lucu aja, sudah pernah ke Bali tapi belum pernah ke Pantai Kuta. Hahaha…
Yaaa… kalian pasti taulah pemandangan menarik apa yang ada di sana. Bule dengan pakaian renang ala-ala mereka, hehe… gak usah dijelasin deh!! Tak ketinggalan juga bule yang asyik main surfing. Bisa dibilang lumayan keren lah… gak keren-keren amat kok!! Tapi yang paling indah di Pantai Kuta itu adalah ombaknya. Deburan ombak yang sahut-menyahut terus terngiang-ngiang di telinga. Bahkan menulis cerita ini pun masih bisa terbayang pemandangan saat itu *gak lebay loh yaa.
Sorenya, kapal siap untuk angkat jangkar dan kembali mengarungi lautan yang ganas menuju Jakarta. Tak terasa, Sail Komodo 2013 akan berakhir!
Kamis, 19 September 2013. Hari ini akan menjadi salah satu hari paling tak terlupakan dalam hari-hariku di Sail Komodo 2013. Kalian tahu MOS? Ospek? Itulah yang kami alami hari ini. Tidak beda-beda jauh alias MIRIP!!! Bedanya, kalau di sekolah dan universitas, kegiatan ini dilakukan sebelum kegiatan belajar mengajar resmi dimulai. Nah, kalau di KRI Makassar 590, kegiatan ini dilakukan sehari sebelum kepulangan kami ke daerah masing-masing.
Pada awalnya kami memang sudah tahu akan adanya kegiatan ini. Pada kegiatan sail sebelumnya, kegiatan ini dikenal dengan sebutan Mandi Khatulistiwa, karena pada saat itu, kapal yang digunakan melewati garis Khatulistiwa saat akan kembali ke Jakarta. Tapi tahun ini beda. Namanya berganti menjadi Mandi Nusantara, karena tak melewati garis Khatulistiwa. Kami memang sudah curiga bahwa kegiatan ini akan dilaksanakan hari ini. Soalnya hari ini kami kebanyakan free, gak ada aktivitas berat sejak tanggal 18 September. Tepat setelah pentas seni kelompok selesai pukul 10 malam, tidak seperti biasanya, panitia menyuruh kami untuk langsung tidur dan tidak boleh keluar kamar. Memang setiap malamnya selalu ada peringatan seperti itu, tapi peringatan malam ini terdengar ganjil di telinga kami.
Beberapa menit setelah memasuki kamar, sedang asyik-asyiknya berganti pakaian sambil menggosip bareng teman-teman sekamar, tiba-tiba lampu padam. Lah, kan sebelumnya lampu di kapal nggak pernah padam, kok tiba-tiba gini? Lalu, terdengar suara orang tertawa dari radio. Karena posisi tempat tidurku yang sangat dekat dengan radio, otomatis saya takut dong. Dengan suaranya yang berat dan menakutkan, orang itu tertawa dan berkata bahwa ia adalah Dewa Neptunus. Katanya, saat ini kami berlayar di Laut Jawa. Dia pun menjadi sangat marah. Katanya dia akan menghukum kami semua. Kami disuruh mengenakan pakaian terjelek dan terbau yang kami punya. Lampu pun menyala kembali.
Sebenarnya sih lucu, tapi karena efek-efek petir dan suaranya yang seperti suara hantu di film-film horror, hal itu membuat kami sedikit bergidik. Maka dengan cepat kami berganti pakaian dan tidur bersama-sama di lantai. Tak ada yang berani tidur di tempat tidur. Kami bahkan tidak sempat ke kamar mandi sebelum tidur. Wajah bekas make-up juga tidak dibersihkan. Kami juga sepakat untuk tidak tidur semalaman untuk berjaga-jaga. Pintu kami kunci dari dalam. Untuk menghilangkan rasa ngantuk dan tegang, kami memilih untuk ngemil. Tak lupa kami menyiapkan alat perang. Karena mendengar isu bahwa nantinya kami akan dimandikan oli, jadi kami mengoleskan sampo di rambut kami agar tidak melengket. Untuk yang berkerudung, sebelum memakai kerudung, terlebih dahulu kami memakai kantung plastik sebagai topi. Kini kami siap kapan pun itu!!
Jam demi jam berlalu. Dari 32 orang penghuni kamar, sisa 3 orang yang terjaga, yaitu saya, Kak Susan, dan Bu Citra. Kami sepakat, kalau kegiatannya belum dimulai hingga pukul 3, maka kami akan tidur. Dan ternyata benar saja, kami ketiduran. Saya pun berbaring di lantai.
.
.
.
Tidak tahu hal apa yang membuatku terjaga. Pokoknya tepat ketika saya membuka mata, lampu sudah kembali padam. Seketika itu juga saya membangunkan teman-teman yang lain. Akhirnya dimulai juga. Tiba-tiba pintu yang sudah kami kunci dari dalam terbuka dengan sendirinya. Orang-orang di luar kamar berteriak menyuruh kami untuk keluar kamar. Kami pun dengan sigap bergandengan tangan. Pokoknya tak ada yang boleh lepas. Keadaan di luar sangat gelap. Para awak kapal menyuruh kami berjalan lebih cepat. Mereka hanya menerangi kami dengan senter di tangan mereka. Suara Dewa Neptunus kembali terdengar, menambah panik keadaan. Kami dituntun menuju Heli Deck. Sepanjang perjalanan kami bertemu dengan pocong dan hantu-hantu mengerikan lainnya. Tentu saja mereka palsu. Kami tahu itu! Tapi tetap saja ada yang menangis karena melihat tampang mengerikan hantu-hantu itu. Hahaha…
Ternyata benar dugaan kami! Wajah kami diolesi oli oleh para pengawal Dewa Neptunus. Kami lalu disuruh berbaris untuk bersalaman dengan sang dewa beserta ratu. Kemudian kami disuruh meminum air. Tentu saja bukan sembarang air. Kalau disuruh memilih, mending saya disuruh minum obat tablet yang dicairkan atau jamu pahit, disbanding meminum air itu. Rasanya tidak karuan. Tapi harus dihabiskan. Kalau tidak, maka akan disuruh meminum dua gelas. Lalu kami disuruh memasuki kolam. Itulah kolam oli. Teksturnya yang pekat, lengket, dan licin, membuat kami jijik. Tapi mau di apa. Terima saja lah…
Terakhir kami disiram dengan air laut. Asal readers tahu saja, waktu itu belum subuh, dan kami sudah basah-basahan seperti ini. Terbayang nggak dinginnya gimana? Saya hanya duduk berjongkok. Badan gemetar hebat dan gemeretak gigi yang tak mampu kusembunyikan. Benar-benar dingin! Setelah beberapa saat kemudian, akhirnya upacara ini berakhir juga. Kami dipersilakan untuk membersihkan diri.
Karena begadang, setelah Shalat Subuh saya tertidur. Ketika bangun, kami pun bersih-bersih kapal. Bekas oli masih terlihat di dinding dan di lantai. Setelah semua bersih, kami pun mulai mem-packing barang-barang kami. Besok pagi kita akan tiba di Jakarta. Nikmatilah malam ini. Ini adalah malam kami terakhir di KRI Makassar 590. Malam ramah tamah peserta LNRPB/KPN Sail Komodo 2013.
Jumat, 20 September 2013. Finally, it’s over. We are here, Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta. Saat melaksanakan upacara perpisahan. Ya, begini lah kami berpisah. Pembagian sertifikat, lencana, foto bersama, peluk-pelukan, namun kali ini tanpa air mata, melainkan dengan senyum gembira. Nangisnya sudah semalam, ketika malam ramah tamah berakhir.
Baru 3 minggu meninggalkan Kendari, namun rasanya sudah sangat lama. Kali ini Sail Komodo 2013 benar-benar berakhir, sudah berakhir. Senang bertemu kalian, wahai teman-temanku se-Nusantara. Mari kita berjumpa di lain waktu.
Oh ya, hampir lupa. Di awal saya sempat bilang kalau kelompok Nagekeo adalah kelompok terhebat. Pertengahan Januari 2014 nanti Insya Allah kami akan melaksanakan kegiatan amal di Pulau Nasi, Aceh. Kegiatan ini bukan sembarang kegiatan. Kegiatan ini sudah disetujui. Kami akan mendirikan rumah baca, membantu masyarakat di sana, dan memberiikan bantuan beasiswa kepada anak-anak berprestasi. Mohon doanya agar kegiatan kami nantinya berjalan sesuai harapan.
Jangan lupa, visit Southeast Sulawesi! (numpang promosi :D)
SALAM SAIL KOMODO 2013, see you in Sail Raja Ampat 2014!! ;)
::Leave 'Words' For Me::
::Followers::
Minggu, 27 Oktober 2013
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
3 comments:
ahhh...tulisan yg membuat rindu! seperti dejavu waktu bacabya...dik dhilah yg slalu dirindukan, smoga kita punya kesempatan bertemu lagi. secepatnya!
Iya nih kak, barusan kubaca lagi kok jadi rindu sangat yak? :D
Aamiiin... smoga kita bisa bertemu lagi kak. Aamiiin ya Rob... O:)
Hard Rock Hotel and Casino Las Vegas - MapyRO
Find 경산 출장마사지 reviews, hours, directions, and reviews for Hard Rock Hotel and 전라북도 출장샵 Casino Las Vegas in Las 광양 출장안마 Vegas, NV. Rating: 당진 출장안마 3.8 · 포항 출장마사지 341 votes
Posting Komentar