Selasa, 08 November 2011

KTP Chukkahamnida ^^

Posted by Nur Fadhilah at 6:20:00 PM
Selasa, 8 November 2011. Hari ini adalah hari aku membuat Kartu Tanda Penduduk (KTP). Ya, walaupun sebenarnya hari ini umurku belum ‘ganjil’ 17 tahun, tapi tak apalah.
Awalnya sih aku tidak mau, padahal sudah dibujuk 1000 macam rayuan oleh ayahku tercinta (cie ile…), tapi hatiku tak goyah. Aku ingin membuat KTP tepat di usia 17 tahun (sebulan lagi, sebulan lagi!!). Ternyata, keluarga besarku akan mengurus KTP hari ini. Jadi, kalau tidak mau ngurus sendiri ya harus ikut, deh.
Ayahku berkata, kalau ada pelajaran yang kosong, aku disuruh pulang ke rumah. Nah, kebetulan sekali, ada pelajaran kosong di jam terakhir. Yee, kan enak bisa sekalian pulang ke rumah terus nggak balik-balik lagi ke sekolah. Hehe..
Jadilah aku pulang pukul 12.00 Wita. Sampai di pos satpam, aku menunjukkan surat izin yang kuambil di BK. Terus pak satpam bertanya, “Kamu mau pulang naik ojek?” Kujawab, “Sepertinya begitu, pak.” “Nih ada ojek, naik saja!” Wah, Alhamdulillah ya, sesuatu banget. Langsung deh aku naik ojek itu.
Tiba di rumah. Ternyata, ayahku terlambat ngambil nomor di Kantor Camat Kadia. Dapat nomor sih, tapi nomor 96. Wow. Nomor 96 kira-kira sore baru mendapat giliran. Eh, tadinya izin pulang ke rumah buat ngurus KTP, jadinya buat tidur. Hahaha…
Pukul 16.00 Wita, kami sekeluarga (ayah, ibu, kakak I, dan keponakanku Aiz) pergi ke P2ID. Ayahku naik motor, sedangkan sisanya naik taksi (SISA???!!). Ketika taksi masuk ke gerbang P2ID, jadi terbayang masa lalu. Terakhir kali aku ke sini sekitar usia TK. Dahulu kala, P2ID digunakan sebagai tempat promosi dan pameran budaya. Tempatnya juga unik. Pernah ke Keraton Buton tidak?? Hehe, aku juga belum pernah. Tapi pernah penelitian di sana (aduh gimana ceritanya tuh???). Tapi lagi, bukan aku yang pergi, tapi (lagi-lagi) temanku. Aku hanya melihat keadaan di sana lewat video yang direkam oleh temanku. Tapi sayang, ternyata tanah di P2ID bermasalah. Makanya hingga sekarang, P2ID sudah tidak difungsikan lagi. Keberadaannya juga yang jauh dari keramaian membuat tempat ini seperti tidak pernah ada.
SUDAH!! Kembali ke ceritaku tadi. Suasana di P2ID mirip dengan suasana di Keraton Buton. Gerbang P2ID dibangun ala benteng pertahanan, seperti Keraton Buton. Di dalam P2ID juga terdapat beberapa rumah masyarakat. Banyak rumah-rumah adat (asli) yang ada di sini. Ada juga lho tiruan tiang bendera Keraton Buton. Hanya kalau di keraton kan tiang benderanya setinggi 20 meter. Kalau tiruannya kukira tidak mencapai 10 meter. Terdapat lapangan bola juga, yang ramai dikunjungi baik dari kalangan anak-anak dan remaja laki-laki.
Nah, di samping lapangan bola itulah letaknya Kantor Camat Kadia. Di sebelahnya masih terdapat satu kantor lagi, yaitu Kantor Pariwisata. Di atas pintu masuk Kantor Camat Kadia, terdapat spanduk bertuliskan KTP elektronik bla bla bla (maaf aku tidak hapal ^^).
Ternyata giliran kami belum tiba. Masih ada beberapa nomor lagi. Ketika tiba giliran kami, datang tetangga belakang rumah bersama keluarganya. Sayang, gilirannya sudah lewat. Masuklah kami ke suatu ruangan. Ruangannya lumayan luas, tapi penataan perabot yang kurang tepat sehingga terlihat sangat sempit. Terdapat 4 kursi tunggu dan 4 petugas. Dua perempuan dan dua laki-laki. Kedua perempuan itu bertugas sebagai petugas yang melayani masyarakat apabila ada masalah, sedangkan kedua laki-laki itu sebagai tukang foto.
Pertama, foto giliran ayahku, lalu ibuku, terakhir aku. Proses pembuatan KTP elektronik ini sangat berbeda dengan pembuatan KTP biasa (ya iyalah..). Selain foto wajah, petugas juga meminta sidik jari dan memfoto bagian mata. Pengalaman ini membuatku deg-degan. Soalnya ini kan pengalaman pertama dan terakhir. Sewaktu di rumah, aku sengaja memilih pakaian yang bagus. Karena kalau di foto, foto itu yang akan ku pakai seumur hidup. Jadi harus cantik dong fotonya. Hehe..
Lalu tiba-tiba, seorang petugas laki-laki masuk bersama seorang perempuan. Ternyata perempuan itu adalah tetangga dekat rumah yang baru datang tadi. Ternyata dia protes karena ada seorang perempuan yang baru datang tapi kok tidak ngantri, langsung masuk ke ruangan pengambilan foto. Oh ya, sewaktu kami masuk ke ruangan ini, kami diikuti oleh seorang perempuan juga. Sebenarnya aku sempat mendengar percakapan antara perempuan itu dan salah satu petugas perempuan di ruangan tersebut. Sepertinya mereka adalah kerabat. Tidak adilnya, si petugas ini memperbolehkan kerabatnya itu masuk duluan tanpa nomor antrian. Jadi, wajar dong kalau ada yang protes.
Ya, sekianlah pengalamanku membuat KTP. Sebenarnya tadi tidak ada minat buat nulis di blog, makanya aku tidak menyertakan foto P2ID, karena memang aku tidak mengambil foto sewaktu di sana. Tapi kupikir, ini adalah pengalaman yang perlu ditulis. Jadi kutulis saja. Semoga Anda suka..

0 comments:

Posting Komentar

 

Dhilah siBluuu Girl Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review