Piala ini adalah piala lomba esai pertamaku. Kaget, senang, bercampur haru. Baru ikutan, langsung menang. Meskipun hanya meraih juara 3, tapi saya bersyukur banget. Ini baru langkah awal, ya nggak apalah. Nanti harus lebih ditingkatkan lagi kemampuan menulis dan analisisnya. Untuk esai pertamaku ini, saya mengangkat judul 'Meluruskan Salah Kaprah Tentang E-Learning'. Judul ini terinspirasi dari teman-teman kelasku, ANALYSIS, yang belakangan selalu mengeluh dengan metode belajar baru bin ajaib yaitu electronic learning (e-learning).
Ehm, terima kasih juga kuucapkan buat Kak Syarifatul Umam yang telah meluangkan waktu untuk mengoreksi esaiku. Ribet sih. Soalnya Kak Syari tengah kuliah di Universitas Gajah Mada, Yogyakarta. Jadi, aku kirimin dia lewat e-mail, terus telfon-telfonan, terus dikirim balik lagi hasil koreksinya. Pokoknya, Kak Syari berjasa banget deh.
Bertepatan dengan lomba ini, saya juga mengikuti lomba karya tulis ilmiah bersama Dewi Sundari Sucipta dan Ibrahim Fantry. Kedua lomba ini diselenggarakan oleh Lingkar Studi Penalaran Ilmiah (LSIP) Universitas Haluoleo Kendari. Alhamdulillah juga, dalam LKTI ini, kami bertiga berhasil meraih juara ke-2, dengan mengusung judul 'Peranan Pemuda Dengan Memanfaatkan TIK Sebagai Upaya Menanggulangi Penanggulangan HIV/AIDS'.
Alhamdulillah ya, sesuatu banget. Ini namanya sekali mendayung, dua tiga pulau terlampaui. Hehehe....
Acara penutupan pada Hari Minggu, tanggal 20 November 2011 dirangkaikan dengan jalan santai dalam rangka memperingati Hari AIDS Sedunia yang jatuh setiap tanggal 1 Desember.
Uhhh, trophy I luph u deh!!!
::Leave 'Words' For Me::
::Followers::
Senin, 26 Desember 2011
Esai - Meluruskan ‘Salah Kaprah’ Tentang E-learning
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang sangat pesat mendorong berbagai lembaga pendidikan memanfaatkan sistem electronic learning (e-learning) untuk meningkatkan efektivitas dan fleksibilitas pembelajaran.
Sekilas perlu dikaji ulang apa e-learning itu sebenarnya. E-learning adalah pembelajaran jarak jauh (distance learning) yang memanfaatkan teknologi komputer, jaringan komputer, dan internet.
E-learning memungkinkan pembelajar untuk belajar melalui komputer di tempat mereka tanpa harus mengikuti pelajaran di kelas secara fisik. E-learning sering pula dipahami sebagai suatu bentuk pembelajaran berbasis web yang bisa diakses dari intranet di jaringan lokal atau internet. Sebenarnya materi e-learning tidak harus didistribusikan secara on line baik melalui jaringan lokal maupun internet, distribusi secara off line menggunakan media CD/DVD pun termasuk pola e-learning. Dalam hal ini, aplikasi dan materi belajar dikembangkan sesuai kebutuhan dan didistribusikan melalui media CD/DVD, selanjutnya pembelajar dapat memanfatkan CD/DVD tersebut dan belajar di tempat di mana dia berada.
Banyak pengertian berkaitan dengan e-learning. E-learning merupakan suatu jenis belajar-mengajar yang memungkinkan tersampaikannya bahan ajar ke siswa dengan menggunakan media internet, intranet, atau media jaringan komputer lain (Hartley, 2001). E-learning juga berarti sistem pendidikan yang menggunakan aplikasi elektronik untuk mendukung belajar-mengajar dengan media internet, jaringan komputer, maupun komputer standalone (Glossary, 2001).
Meskipun banyak hasil penelitian menunjukkan bahwa efektivitas pembelajaran menggunakan sistem e-learning cenderung sama bila dibanding dengan pembelajaran konvensional atau klasikal, tetapi keuntungan yang bisa diperoleh dengan e-learning adalah dalam hal fleksibilitasnya. Melalui e-learning, materi pembelajaran dapat diakses kapan dan di mana saja. Di samping itu, materi yang dapat diperkaya dengan berbagai sumber belajar termasuk multimedia dengan cepat dapat diperbaharui oleh pengajar.
Di Indonesia, e-learning mulai berkembang sejak tahun 1999 dengan menggunakan Jaringan Internet (Jarnet). E-learning pun terus mengalami perkembangan signifikan yang ditandai dengan semakin canggihnya alat-alat yang digunakan. Dalam sejarah perkembangannya, e-learning pernah dikembangkan menggunakan Jaringan Informasi Sekolah (JIS) pada tahun 2000, Wide Area Network (WAN) Kota pada tahun 2002, Information and Communication Technology (ICT) Center pada tahun 2004, Indonesia Higher Education Network pada tahun 2006, Jejaring Pendidikan Nasional (Jardiknas) pada tahun 2007 hingga sekarang, dan Southeast Asian Education Network (SEA EduNet) pada tahun 2008 hingga sekarang.
Meskipun perkembangan e-learning tergolong cukup lama di Indonesia, akan tetapi program e-learning masih tabu bagi sebagian pelajar Indonesia. Hal ini disebabkan oleh sosialisasi yang tidak merata di berbagai daerah di Indonesia. Umumnya, e-learning berkembang pesat di daerah barat Indonesia. Akibatnya, terjadi ketimpangan pemikiran antara pelajar di daerah barat dan timur Indonesia.
Oleh karena perkembangan e-learning yang relatif masih baru di daerah timur Indonesia, penafsiran dan implementasi sistem e-learning sangatlah bervariasi dan belum ada standard yang baku, sehingga timbul pro dan kontra di kalangan pelajar.
Tidak perlu menilik daerah pedesaan atau pinggiran. Di daerah perkotaan pun e-learning masih terbilang tabu. Sebut saja Kota Kendari, Sulawesi Tenggara. Berdasarkan penelitian yang dilakukan penulis, delapan dari sepuluh siswa yang bersekolah di sekolah favorit yang berbeda menyatakan tidak menyetujui adanya program e-learning. Sebagian besar beralasan bahwa program e-learning sulit untuk dipahami dan hanya membuat siswa menjadi pasif.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pasif adalah berifat menerima saja, tidak giat, dan tidak aktif. Dengan kata lain, pasif berarti malas. Akan tetapi, apabila dikaji lebih lanjut, bukanlah e-learning yang membuat siswa menjadi malas, tapi memang siswa sendiri yang malas untuk mengkaji materi e-learning.
Siswa tidak sepenuhnya dapat disalahkan dalam hal ini, begitu pula dengan e-learning. Harus ada jalan tengah dalam mengatasi permasalahan ini. Siswa telah ‘salah kaprah’ mengenai apa itu e-learning, maksud, dan tujuannya. Hal ini disebabkan karena siswa tidak diberi pemahaman oleh pihak sekolah sebelum diberikan materi e-learning.
Meskipun implementasi sistem e-learning yang ada sekarang ini sangat bervariasi, namun semua itu didasarkan atas suatu prinsip atau konsep bahwa e-learning dimaksudkan sebagai upaya pendistribusian materi pembelajaran melalui media elektronik atau internet sehingga siswa dapat mengaksesnya kapan dan di mana saja. Ciri pembelajaran dengan e-learning adalah terciptanya lingkungan belajar yang fleksibel dan terdistribusi.
Fleksibilitas menjadi kata kunci dalam sistem e-learning. Siswa menjadi sangat fleksibel dalam memilih waktu dan tempat belajar karena mereka tidak harus datang di suatu tempat, misalnya sekolah, pada waktu tertentu. Di lain pihak, guru dapat memperbaharui materi pembelajarannya kapan dan di mana saja. Dari segi isi, materi pembelajaran pun dapat dibuat sangat fleksibel mulai dari bahan ajar yang berbasis teks sampai materi pembelajaran yang sarat dengan komponen multimedia, seperti gambar dan lain-lain.
Distributed learning menunjuk pada pembelajaran di mana guru, siswa, dan materi pembelajaran terletak di lokasi yang berbeda, sehingga mahasiswa dapat belajar kapan saja dan di mana saja.
Sistem e-learning dapat diimplementasikan dalam bentuk asynchronous, synchronous, atau campuran antara keduanya. Asynchronous adalah model belajar terpisah antara guru dan siswa yang dilakukan tidak dalam waktu bersamaan sehingga siswa dapat mengatur sendiri kecepatan waktu belajarnya. Sedangkan synchronous adalah bentuk belajar yang terpisah jarak antara guru dan siswa, tetapi dilakukan secara bersamaan. Dengan demikian, aspek jarak diabaikan, tetapi aspek waktu masih dipertahankan.
Contoh e-learning asynchronous banyak dijumpai di internet. Sedangkan dalam e-learning synchronous, guru dan siswa harus berada di depan komputer secara bersama-sama karena proses pembelajaran dilaksanakan secara langsung (live), baik melalui video maupun audio conference. Selanjutnya dikenal pula istilah blended learning yakni bentuk pembelajaran campuran antara asynchronous dan synchronous. Misalnya on line, live, maupun konvensional (tatap muka).
E-learning berfungsi sebagai pendukung proses pembelajaran bagi peserta didik yang dapat meminimalkan kendala waktu, jarak, dan ruang. E-learning bertujuan untuk menjembatani guru dengan siswa dalam proses belajar mengajar di luar jam sekolah.
E-learning juga memiliki payung hukum yang sah, yaitu Undang-undang RI No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pada pasal 31 yang berbunyi sebagai berikut.
1. Pendidikan jarak jauh berfungsi memberikan layanan pendidikan kepada kelompok masyarakat yang tidak dapat mengikuti pendidikan secara tatap muka atau reguler.
2. Pendidikan jarak jauh diselenggarakan pada semua jalur, jenjang, dan jenis pendidikan.
3. Pendidikan jarak jauh diselenggarakan dalam berbagai bentuk, modus, dan cakupan yang didukung oleh sarana dan layanan belajar serta sistem penilaian yang menjamin mutu lulusan sesuai dengan standar nasional pendidikan.
4. Bentuk pendidikan jarak jauh mencakup program pendidikan tertulis (korespondensi), radio, audio/video, televisi, dan/atau berbasis jaringan komputer.
Perlu ditekankan bahwa belajar menggunakan e-learning bukan berarti harus meninggalkan cara belajar konvensional. Mengkombinasikan antara pertemuan secara tatap muka dengan pembelajaran elektronik dapat meningkatkan kontribusi dan interaktifitas antar peserta didik. Melalui tatap muka peserta didik dapat mengenal sesama peserta didik dan guru pendampingnya. Keakraban ini sangat menunjang kerja kolaborasi mereka secara virtual. Persiapan matang sebelum mengimplementasikan sebuah pembelajaran berbasis multimedia memegang peran penting demi kelancaran proses pembelajaran. Segala persiapan seperti penjadwalan sampai dengan penentuan teknis komunikasi selama proses pembelajaran merupakan tahapan penting dalam melaksanakan pembelajaran berbasis web.
Memang terdapat perbedaan mendasar antara pembelajaran konvensional dan e-learning, yaitu, dalam pembelajaran konvensional, guru dianggap sebagai orang yang serba tahu dan ditugaskan untuk menyalurkan ilmu pengetahuan kepada siswa, sedangkan dalam pembelajaran e-learning fokus utamanya adalah siswa. Siswa mandiri pada waktu tertentu dan bertanggung jawab untuk pembelajarannya. Suasana pembelajaran e-learning akan memaksa pelajar memainkan peranan yang lebih aktif dalam pembelajarannya. Pelajar membuat perancangan dan mencari materi dengan usaha, dan inisiatif sendiri.
Khoe Yao Tung (2000) mengatakan bahwa setelah kehadiran guru dalam arti sebenarnya, internet akan menjadi suplemen dan komplemen dalam menjadikan wakil guru yang mewakili sumber belajar yang penting di dunia.
Dengan kata lain, e-learning tidak membuat siswa menjadi pasif, akan tetapi sebaliknya. E-learning akan memperluas wawasan siswa karena siswa terpacu untuk terus mencari jawaban dari permasalahannya. E-learning mengajarkan agar siswa tidak selalu bergantung pada kehadiran guru. Tanpa guru, siswa juga dapat belajar sendiri.
Sekilas perlu dikaji ulang apa e-learning itu sebenarnya. E-learning adalah pembelajaran jarak jauh (distance learning) yang memanfaatkan teknologi komputer, jaringan komputer, dan internet.
E-learning memungkinkan pembelajar untuk belajar melalui komputer di tempat mereka tanpa harus mengikuti pelajaran di kelas secara fisik. E-learning sering pula dipahami sebagai suatu bentuk pembelajaran berbasis web yang bisa diakses dari intranet di jaringan lokal atau internet. Sebenarnya materi e-learning tidak harus didistribusikan secara on line baik melalui jaringan lokal maupun internet, distribusi secara off line menggunakan media CD/DVD pun termasuk pola e-learning. Dalam hal ini, aplikasi dan materi belajar dikembangkan sesuai kebutuhan dan didistribusikan melalui media CD/DVD, selanjutnya pembelajar dapat memanfatkan CD/DVD tersebut dan belajar di tempat di mana dia berada.
Banyak pengertian berkaitan dengan e-learning. E-learning merupakan suatu jenis belajar-mengajar yang memungkinkan tersampaikannya bahan ajar ke siswa dengan menggunakan media internet, intranet, atau media jaringan komputer lain (Hartley, 2001). E-learning juga berarti sistem pendidikan yang menggunakan aplikasi elektronik untuk mendukung belajar-mengajar dengan media internet, jaringan komputer, maupun komputer standalone (Glossary, 2001).
Meskipun banyak hasil penelitian menunjukkan bahwa efektivitas pembelajaran menggunakan sistem e-learning cenderung sama bila dibanding dengan pembelajaran konvensional atau klasikal, tetapi keuntungan yang bisa diperoleh dengan e-learning adalah dalam hal fleksibilitasnya. Melalui e-learning, materi pembelajaran dapat diakses kapan dan di mana saja. Di samping itu, materi yang dapat diperkaya dengan berbagai sumber belajar termasuk multimedia dengan cepat dapat diperbaharui oleh pengajar.
Di Indonesia, e-learning mulai berkembang sejak tahun 1999 dengan menggunakan Jaringan Internet (Jarnet). E-learning pun terus mengalami perkembangan signifikan yang ditandai dengan semakin canggihnya alat-alat yang digunakan. Dalam sejarah perkembangannya, e-learning pernah dikembangkan menggunakan Jaringan Informasi Sekolah (JIS) pada tahun 2000, Wide Area Network (WAN) Kota pada tahun 2002, Information and Communication Technology (ICT) Center pada tahun 2004, Indonesia Higher Education Network pada tahun 2006, Jejaring Pendidikan Nasional (Jardiknas) pada tahun 2007 hingga sekarang, dan Southeast Asian Education Network (SEA EduNet) pada tahun 2008 hingga sekarang.
Meskipun perkembangan e-learning tergolong cukup lama di Indonesia, akan tetapi program e-learning masih tabu bagi sebagian pelajar Indonesia. Hal ini disebabkan oleh sosialisasi yang tidak merata di berbagai daerah di Indonesia. Umumnya, e-learning berkembang pesat di daerah barat Indonesia. Akibatnya, terjadi ketimpangan pemikiran antara pelajar di daerah barat dan timur Indonesia.
Oleh karena perkembangan e-learning yang relatif masih baru di daerah timur Indonesia, penafsiran dan implementasi sistem e-learning sangatlah bervariasi dan belum ada standard yang baku, sehingga timbul pro dan kontra di kalangan pelajar.
Tidak perlu menilik daerah pedesaan atau pinggiran. Di daerah perkotaan pun e-learning masih terbilang tabu. Sebut saja Kota Kendari, Sulawesi Tenggara. Berdasarkan penelitian yang dilakukan penulis, delapan dari sepuluh siswa yang bersekolah di sekolah favorit yang berbeda menyatakan tidak menyetujui adanya program e-learning. Sebagian besar beralasan bahwa program e-learning sulit untuk dipahami dan hanya membuat siswa menjadi pasif.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pasif adalah berifat menerima saja, tidak giat, dan tidak aktif. Dengan kata lain, pasif berarti malas. Akan tetapi, apabila dikaji lebih lanjut, bukanlah e-learning yang membuat siswa menjadi malas, tapi memang siswa sendiri yang malas untuk mengkaji materi e-learning.
Siswa tidak sepenuhnya dapat disalahkan dalam hal ini, begitu pula dengan e-learning. Harus ada jalan tengah dalam mengatasi permasalahan ini. Siswa telah ‘salah kaprah’ mengenai apa itu e-learning, maksud, dan tujuannya. Hal ini disebabkan karena siswa tidak diberi pemahaman oleh pihak sekolah sebelum diberikan materi e-learning.
Meskipun implementasi sistem e-learning yang ada sekarang ini sangat bervariasi, namun semua itu didasarkan atas suatu prinsip atau konsep bahwa e-learning dimaksudkan sebagai upaya pendistribusian materi pembelajaran melalui media elektronik atau internet sehingga siswa dapat mengaksesnya kapan dan di mana saja. Ciri pembelajaran dengan e-learning adalah terciptanya lingkungan belajar yang fleksibel dan terdistribusi.
Fleksibilitas menjadi kata kunci dalam sistem e-learning. Siswa menjadi sangat fleksibel dalam memilih waktu dan tempat belajar karena mereka tidak harus datang di suatu tempat, misalnya sekolah, pada waktu tertentu. Di lain pihak, guru dapat memperbaharui materi pembelajarannya kapan dan di mana saja. Dari segi isi, materi pembelajaran pun dapat dibuat sangat fleksibel mulai dari bahan ajar yang berbasis teks sampai materi pembelajaran yang sarat dengan komponen multimedia, seperti gambar dan lain-lain.
Distributed learning menunjuk pada pembelajaran di mana guru, siswa, dan materi pembelajaran terletak di lokasi yang berbeda, sehingga mahasiswa dapat belajar kapan saja dan di mana saja.
Sistem e-learning dapat diimplementasikan dalam bentuk asynchronous, synchronous, atau campuran antara keduanya. Asynchronous adalah model belajar terpisah antara guru dan siswa yang dilakukan tidak dalam waktu bersamaan sehingga siswa dapat mengatur sendiri kecepatan waktu belajarnya. Sedangkan synchronous adalah bentuk belajar yang terpisah jarak antara guru dan siswa, tetapi dilakukan secara bersamaan. Dengan demikian, aspek jarak diabaikan, tetapi aspek waktu masih dipertahankan.
Contoh e-learning asynchronous banyak dijumpai di internet. Sedangkan dalam e-learning synchronous, guru dan siswa harus berada di depan komputer secara bersama-sama karena proses pembelajaran dilaksanakan secara langsung (live), baik melalui video maupun audio conference. Selanjutnya dikenal pula istilah blended learning yakni bentuk pembelajaran campuran antara asynchronous dan synchronous. Misalnya on line, live, maupun konvensional (tatap muka).
E-learning berfungsi sebagai pendukung proses pembelajaran bagi peserta didik yang dapat meminimalkan kendala waktu, jarak, dan ruang. E-learning bertujuan untuk menjembatani guru dengan siswa dalam proses belajar mengajar di luar jam sekolah.
E-learning juga memiliki payung hukum yang sah, yaitu Undang-undang RI No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pada pasal 31 yang berbunyi sebagai berikut.
1. Pendidikan jarak jauh berfungsi memberikan layanan pendidikan kepada kelompok masyarakat yang tidak dapat mengikuti pendidikan secara tatap muka atau reguler.
2. Pendidikan jarak jauh diselenggarakan pada semua jalur, jenjang, dan jenis pendidikan.
3. Pendidikan jarak jauh diselenggarakan dalam berbagai bentuk, modus, dan cakupan yang didukung oleh sarana dan layanan belajar serta sistem penilaian yang menjamin mutu lulusan sesuai dengan standar nasional pendidikan.
4. Bentuk pendidikan jarak jauh mencakup program pendidikan tertulis (korespondensi), radio, audio/video, televisi, dan/atau berbasis jaringan komputer.
Perlu ditekankan bahwa belajar menggunakan e-learning bukan berarti harus meninggalkan cara belajar konvensional. Mengkombinasikan antara pertemuan secara tatap muka dengan pembelajaran elektronik dapat meningkatkan kontribusi dan interaktifitas antar peserta didik. Melalui tatap muka peserta didik dapat mengenal sesama peserta didik dan guru pendampingnya. Keakraban ini sangat menunjang kerja kolaborasi mereka secara virtual. Persiapan matang sebelum mengimplementasikan sebuah pembelajaran berbasis multimedia memegang peran penting demi kelancaran proses pembelajaran. Segala persiapan seperti penjadwalan sampai dengan penentuan teknis komunikasi selama proses pembelajaran merupakan tahapan penting dalam melaksanakan pembelajaran berbasis web.
Memang terdapat perbedaan mendasar antara pembelajaran konvensional dan e-learning, yaitu, dalam pembelajaran konvensional, guru dianggap sebagai orang yang serba tahu dan ditugaskan untuk menyalurkan ilmu pengetahuan kepada siswa, sedangkan dalam pembelajaran e-learning fokus utamanya adalah siswa. Siswa mandiri pada waktu tertentu dan bertanggung jawab untuk pembelajarannya. Suasana pembelajaran e-learning akan memaksa pelajar memainkan peranan yang lebih aktif dalam pembelajarannya. Pelajar membuat perancangan dan mencari materi dengan usaha, dan inisiatif sendiri.
Khoe Yao Tung (2000) mengatakan bahwa setelah kehadiran guru dalam arti sebenarnya, internet akan menjadi suplemen dan komplemen dalam menjadikan wakil guru yang mewakili sumber belajar yang penting di dunia.
Dengan kata lain, e-learning tidak membuat siswa menjadi pasif, akan tetapi sebaliknya. E-learning akan memperluas wawasan siswa karena siswa terpacu untuk terus mencari jawaban dari permasalahannya. E-learning mengajarkan agar siswa tidak selalu bergantung pada kehadiran guru. Tanpa guru, siswa juga dapat belajar sendiri.
Categories
Pengetahuan siBluuu
BAKSOS AIR MATA
Sabtu, 24 Desember 2011. Seperti yang telah dirapatkan sebelumnya, hari ini ANALYSIS (Anak Loyal-Solid Olimpiade Sains) SMAN 4 Kendari mengadakan bakti sosial di salah satu panti asuhan di Kota Kendari. Kami mengumpulkan uang senilai Rp10.000-Rp20.000/orang untuk membeli berbagai kebutuhan pangan. Seperti beras, minyak goreng, mie instant, dan telur beberapa rak. Kami juga mengumpulkan pakaian-pakaian bekas, mukena, mainan, buku-buku, tas, dan tempat pensil yang masih layak pakai tentunya.
Sore hari kami sudah selesai menyiapkan segala sesuatunya. Semua barang yang akan kami sumbangkan diangkut menuju mobil angkutan umum yang telah kami sewa. Dua angkot cukuplah. Kebetulan ada beberapa dari kami yang berhalangan hadir.
Di perjalanan, kami sibuk bercerita mengenai keadaan panti asuhan tersebut. Afriyanti S. Lamuru, Hikmawati Madjid, dan Desty Triyaswati lah yang paling banyak bercerita. Soalnya mereka bertiga sudah pernah berkunjung ke panti asuhan tersebut. Mendengar cerita mereka, saya semakin penasaran dengan keadaan panti asuhan tersebut. Memang ini adalah kali keempat saya berkunjung ke panti asuhan. Tapi menurutku inilah yang mungkin akan paling mengesankan. Soalnya saya terlibat langsung di dalamnya. Tidak seperti tiga kunjungan yang lalu.
Ternyata medan yang kami lalui tidaklah mudah. Letak panti asuhan yang kami tuju sangatlah tertutup alias terpencil. Meskipun terletak di kawasan Pasar Baruga Kendari, tapi kenyataannya tidak banyak yang tahu di mana posisi panti asuhan tersebut.
Akhirnya tiba juga di panti asuhan ini. Awalnya saya sempat sangsi kalau tempat tersebut adalah panti asuhan. Pasalnya tidak ada tanda-tanda yang menunjukkan kalau tempat ini adalah panti asuhan. Tempat ini sangat tertutup. Tidak ada papan namanya. Tapi sebenarnya bangunannya cukup bagus, walaupun bangunannya belum selesai dikerjakan.
Tempat ini dikelilingi oleh dinding yang terbuat dari batako yang sudah disemen setinggi ±2 m. Di dalamnya terdiri dari tiga bangunan. Dua bangunan belum selesai dikerjakan. Salah satunya sangat menarik perhatian. Dalam bangunan terbut tidak terdapat ruangan, tapi kolam. Saya tidak tahu persis apa fungsi kolam ini dulunya. Yang jelas, sekarang warna airnya telah berubah menjadi warna hitam seperti air got. Di kolam dan sekelilingnya bertumpuk sampah yang dapat menghilangkan selera makan kalau seseorang makan di hadapannya. Sungguh sangat kotor dan mengeluarkan bau menyengat. Seorang temanku, Mangedi Saputra, menunjukkan kepada kami bangkai seekor ikan lele raksasa yang panjangnya ±50 cm yang tergeletak mengapung di kolam tersebut.
Awalnya kami ragu untuk masuk ke dalam ruangan yang penuh dengan anak-anak kecil yang sedang bermain itu. Tapi Nizar Fauzan mengajak kami masuk dan memposisikan diri sebagai pengganti wali kelas kami, Pak Hartono, yang berhalangan hadir.
Kesan pertamaku ketika memasuki ruangan tersebut adalah bau. Memang bukan bau menyengat, tapi ada tercium bau yang kurang sedap. Ya, persis seperti cerita yang kudengar di angkot tadi. Sedikit jijik mungkin ada. Tapi semua perasaan itu langsung sirna tatkala anak-anak yatim piatu itu menyambut kedatangan kami dengan shalawat nabi sambil menyalami tangan kami satu persatu. Tidak tahu perasaan apa yang timbul. Sepertinya ada setetes air mata yang ingin jatuh tapi masih bisa kutahan. Bahkan ada beberapa temanku yang sudah menitikkan air mata. Kami pun menyalami ibu panti.
Sambil menunggu kedatangan Darmalianti Rahim dan Annisa Nurul Ilmi (sebelum ke panti asuhan, mereka menyempatkan diri untuk membeli sekarung beras lagi), kami pun bermain-main dengan anak-anak panti. Saya pun berkeliling dan melihat spanduk bertuliskan ‘Panti Asuhan Al-Ikhlas’. Oh, ternyata panti asuhan ini bernama Al-Ikhlas, baru tahu saya. Lalu mata saya tertuju pada sesosok bayi yang sedang tidur berjenis kelamin laki-laki. Bayinya masih merah. Sepertinya tidurnya tidak nyenyak, karena dia dikerumuni lalat dari tadi.
Setelah bertanya, saya pun tahu kalau bayi itu didapat di luar panti asuhan ini. Sepertinya dia memang sengaja ditinggal. Kata ibu panti, mungkin orang tuanya tidak mampu menghidupinya. Hah, jadi iba melihat bayi itu. Umurnya baru satu bulan, tapi sudah mengalami cobaan berat seperti ini. Teringat keponakanku di rumah. Di kala umurnya baru satu bulan, semua orang-orang yang menyayanginya selalu berada di sampingnya. Saya sampai-sampai selau telat ke sekolah dan ingin pulang lebih cepat, karena saya selaku ingin menjaga si adik bayi.
Saya lalu bermain-main dengan anak-anak yang lebih besar. Mereka sangat pemalu. Ada yang mau diajak berkenalan, ada juga yang tidak. Tapi ada seorang anak yang sangat menarik perhatian saya. Namanya Abu. Kurasa dialah yang paling kakak di panti ini. Ketika saya bertanya mengenai umurnya, dia bilang tidak tahu. Kalau diperkirakan umurnya ±8 tahun. Abu orangnya sangat pendiam dan kurang bersosialisasi dengan teman-temannya yang lain. Tapi ketika tersenyum wajah anak ini sangat manis. Selanjutnya saya juga berkenalan dengan Mirna, Asep, dan Usuf.
Lalu, saya juga bermain dengan Irma. Sepertinya anak ini baru berumur 1 tahun. Awalnya kukira dia itu laki-laki, tapi ternyata dia adalah perempuan. Hahaha, lucu juga mengingat ekspresi kaget teman-teman mengetahui dia itu perempuan.
Saya baru menyadari ada yang unik dari anak-anak perempuan di panti ini. Mereka mengenakan baju yang sama dan rambut mereka dipotong pendek selayaknya rambut anak laki-laki. Menurutku, hal itu sengaja dilakukan agar mereka tidak kesusahan mengurus rambut mereka.
Saya juga sangat salut pada ibu panti. Mereka tidak ingin anak-anak panti ini diadopsi. Mereka takut anak-anak tersebut dipekerjakan atau malah diperdagangkan.
Akhirnya Lia dan Ilmi datang juga. Kami lalu membentuk formasi duduk melingkar. Nizar selaku pengganti pak guru, membuka pembicaraan. Tak lupa kami menyuguhkan kue yang telah susah payah dibuat oleh Afri dan Desty. Sebelum makan, anak-anak itu berdoa. Kami pun ikut berdoa. Subhanallah, mereka sangat pandai berdoa, sampai-sampai air mata yang sudah kubendung dari awal memasuki ruangan ini akhirnya terjatuh juga. Saya terus menangis sepanjang mereka memanjatkan doa. Karena tak tahan, saya lalu berbaik ke belakang dan menangis lagi. Tidak hanya saya, teman-teman yang lain juga ikut menangis. Anak-anak itu mungkin tidak mengerti mengapa kami menangis. Tapi tangisan ini membuatku mengerti akan arti penting keluarga. Saya bersyukur masih memiliki keluarga utuh hingga saat ini. Saya bersyukur termasuk anak-anak yang beruntung.
Selesai berdoa, mereka langsung memakan kue-kue yang kami sajikan dengan sangat lahap. Sangat bahagia melihat mereka makan. Walaupun sebenarnya kami ngiler juga melihat kue-kue buatan Afri dan Desty. Sungguh mengundang selera makan. Tapi, melihat anak-anak panti yang makan hingga kenyang, perut serasa ikut kenyang juga jadinya. Acara dilanjutkan dengan penyerahan bantuan secara simbolis yang diwakili oleh Nizar, saya, dan Afri.
Sebenarnya kami sudah ingin pulang, tapi ternyata banyak teman-teman yang sedang dalam perjalanan menuju panti ini. Mereka memiliki beberapa urusan yang harus diselesaikan sehingga tidak dapat datang bersama-sama kami.
Sambil menunggu mereka, kami mengajak anak-anak panti membuka dos yang berisi mainan. Mereka tampak sangat antusias mendengar kata mainan. Maklum, mainan mereka sangat sedikit dan terkadang membuat mereka bertengkar karena memperebutkan mainan itu. Ketika dos sudah dibuka, mereka saling memperebutkan mainan. Sangat lucu melihat tingkah mereka. Lalu datang seorang anak melihat isi dos yang berisi mainan tadi. Anak itu tampak sangat kecewa dan sedih melihat dos itu telah kosong. Ternyata dia tidak kebagian mainan. Untung ada kakaknya yang bersedia berbagi mainan. Hah, pemandangan yang sangat indah :)
Akhirnya yang ditunggu datang juga. Setelah membiarkan mereka bermain-main sebentar dengan anak-anak panti, kami pun pamit pulang. Kasihan supir mobil yang sudah menunggu dari tadi. Tapi sebelum pulang, ada satu ritual yang wajib dilakukan sebelum pulang. Yaitu, foto bareng anak-anak panti. Kami pun mengatur formasi, sementara Ibrahim Fantri dan Lia sibuk mempersiapkan kamera. Mereka menggunakan pengaturan self timer. Waktunya 10 detik. Lalu mereka buru-buru masuk ke formasi untuk ikut berfoto. Klikk!!!!!!!!!!!Sedih rasanya harus berpisah dengan dengan anak-anak panti. Ingin rasanya tinggal lebih lama lagi bersama mereka. Kami pun bersalam-salaman dan melakukan high five (ces/tos). Daaahh, semoga lain waktu kita bisa bertemu lagi. Doa kami, semoga di masa depan mereka bisa menjadi orang-orang yang sukses. Aamiiin!!
Sore hari kami sudah selesai menyiapkan segala sesuatunya. Semua barang yang akan kami sumbangkan diangkut menuju mobil angkutan umum yang telah kami sewa. Dua angkot cukuplah. Kebetulan ada beberapa dari kami yang berhalangan hadir.
Di perjalanan, kami sibuk bercerita mengenai keadaan panti asuhan tersebut. Afriyanti S. Lamuru, Hikmawati Madjid, dan Desty Triyaswati lah yang paling banyak bercerita. Soalnya mereka bertiga sudah pernah berkunjung ke panti asuhan tersebut. Mendengar cerita mereka, saya semakin penasaran dengan keadaan panti asuhan tersebut. Memang ini adalah kali keempat saya berkunjung ke panti asuhan. Tapi menurutku inilah yang mungkin akan paling mengesankan. Soalnya saya terlibat langsung di dalamnya. Tidak seperti tiga kunjungan yang lalu.
Ternyata medan yang kami lalui tidaklah mudah. Letak panti asuhan yang kami tuju sangatlah tertutup alias terpencil. Meskipun terletak di kawasan Pasar Baruga Kendari, tapi kenyataannya tidak banyak yang tahu di mana posisi panti asuhan tersebut.
Akhirnya tiba juga di panti asuhan ini. Awalnya saya sempat sangsi kalau tempat tersebut adalah panti asuhan. Pasalnya tidak ada tanda-tanda yang menunjukkan kalau tempat ini adalah panti asuhan. Tempat ini sangat tertutup. Tidak ada papan namanya. Tapi sebenarnya bangunannya cukup bagus, walaupun bangunannya belum selesai dikerjakan.
Tempat ini dikelilingi oleh dinding yang terbuat dari batako yang sudah disemen setinggi ±2 m. Di dalamnya terdiri dari tiga bangunan. Dua bangunan belum selesai dikerjakan. Salah satunya sangat menarik perhatian. Dalam bangunan terbut tidak terdapat ruangan, tapi kolam. Saya tidak tahu persis apa fungsi kolam ini dulunya. Yang jelas, sekarang warna airnya telah berubah menjadi warna hitam seperti air got. Di kolam dan sekelilingnya bertumpuk sampah yang dapat menghilangkan selera makan kalau seseorang makan di hadapannya. Sungguh sangat kotor dan mengeluarkan bau menyengat. Seorang temanku, Mangedi Saputra, menunjukkan kepada kami bangkai seekor ikan lele raksasa yang panjangnya ±50 cm yang tergeletak mengapung di kolam tersebut.
Awalnya kami ragu untuk masuk ke dalam ruangan yang penuh dengan anak-anak kecil yang sedang bermain itu. Tapi Nizar Fauzan mengajak kami masuk dan memposisikan diri sebagai pengganti wali kelas kami, Pak Hartono, yang berhalangan hadir.
Kesan pertamaku ketika memasuki ruangan tersebut adalah bau. Memang bukan bau menyengat, tapi ada tercium bau yang kurang sedap. Ya, persis seperti cerita yang kudengar di angkot tadi. Sedikit jijik mungkin ada. Tapi semua perasaan itu langsung sirna tatkala anak-anak yatim piatu itu menyambut kedatangan kami dengan shalawat nabi sambil menyalami tangan kami satu persatu. Tidak tahu perasaan apa yang timbul. Sepertinya ada setetes air mata yang ingin jatuh tapi masih bisa kutahan. Bahkan ada beberapa temanku yang sudah menitikkan air mata. Kami pun menyalami ibu panti.
Sambil menunggu kedatangan Darmalianti Rahim dan Annisa Nurul Ilmi (sebelum ke panti asuhan, mereka menyempatkan diri untuk membeli sekarung beras lagi), kami pun bermain-main dengan anak-anak panti. Saya pun berkeliling dan melihat spanduk bertuliskan ‘Panti Asuhan Al-Ikhlas’. Oh, ternyata panti asuhan ini bernama Al-Ikhlas, baru tahu saya. Lalu mata saya tertuju pada sesosok bayi yang sedang tidur berjenis kelamin laki-laki. Bayinya masih merah. Sepertinya tidurnya tidak nyenyak, karena dia dikerumuni lalat dari tadi.
Setelah bertanya, saya pun tahu kalau bayi itu didapat di luar panti asuhan ini. Sepertinya dia memang sengaja ditinggal. Kata ibu panti, mungkin orang tuanya tidak mampu menghidupinya. Hah, jadi iba melihat bayi itu. Umurnya baru satu bulan, tapi sudah mengalami cobaan berat seperti ini. Teringat keponakanku di rumah. Di kala umurnya baru satu bulan, semua orang-orang yang menyayanginya selalu berada di sampingnya. Saya sampai-sampai selau telat ke sekolah dan ingin pulang lebih cepat, karena saya selaku ingin menjaga si adik bayi.
Saya lalu bermain-main dengan anak-anak yang lebih besar. Mereka sangat pemalu. Ada yang mau diajak berkenalan, ada juga yang tidak. Tapi ada seorang anak yang sangat menarik perhatian saya. Namanya Abu. Kurasa dialah yang paling kakak di panti ini. Ketika saya bertanya mengenai umurnya, dia bilang tidak tahu. Kalau diperkirakan umurnya ±8 tahun. Abu orangnya sangat pendiam dan kurang bersosialisasi dengan teman-temannya yang lain. Tapi ketika tersenyum wajah anak ini sangat manis. Selanjutnya saya juga berkenalan dengan Mirna, Asep, dan Usuf.
Lalu, saya juga bermain dengan Irma. Sepertinya anak ini baru berumur 1 tahun. Awalnya kukira dia itu laki-laki, tapi ternyata dia adalah perempuan. Hahaha, lucu juga mengingat ekspresi kaget teman-teman mengetahui dia itu perempuan.
Saya baru menyadari ada yang unik dari anak-anak perempuan di panti ini. Mereka mengenakan baju yang sama dan rambut mereka dipotong pendek selayaknya rambut anak laki-laki. Menurutku, hal itu sengaja dilakukan agar mereka tidak kesusahan mengurus rambut mereka.
Saya juga sangat salut pada ibu panti. Mereka tidak ingin anak-anak panti ini diadopsi. Mereka takut anak-anak tersebut dipekerjakan atau malah diperdagangkan.
Akhirnya Lia dan Ilmi datang juga. Kami lalu membentuk formasi duduk melingkar. Nizar selaku pengganti pak guru, membuka pembicaraan. Tak lupa kami menyuguhkan kue yang telah susah payah dibuat oleh Afri dan Desty. Sebelum makan, anak-anak itu berdoa. Kami pun ikut berdoa. Subhanallah, mereka sangat pandai berdoa, sampai-sampai air mata yang sudah kubendung dari awal memasuki ruangan ini akhirnya terjatuh juga. Saya terus menangis sepanjang mereka memanjatkan doa. Karena tak tahan, saya lalu berbaik ke belakang dan menangis lagi. Tidak hanya saya, teman-teman yang lain juga ikut menangis. Anak-anak itu mungkin tidak mengerti mengapa kami menangis. Tapi tangisan ini membuatku mengerti akan arti penting keluarga. Saya bersyukur masih memiliki keluarga utuh hingga saat ini. Saya bersyukur termasuk anak-anak yang beruntung.
Selesai berdoa, mereka langsung memakan kue-kue yang kami sajikan dengan sangat lahap. Sangat bahagia melihat mereka makan. Walaupun sebenarnya kami ngiler juga melihat kue-kue buatan Afri dan Desty. Sungguh mengundang selera makan. Tapi, melihat anak-anak panti yang makan hingga kenyang, perut serasa ikut kenyang juga jadinya. Acara dilanjutkan dengan penyerahan bantuan secara simbolis yang diwakili oleh Nizar, saya, dan Afri.
Sebenarnya kami sudah ingin pulang, tapi ternyata banyak teman-teman yang sedang dalam perjalanan menuju panti ini. Mereka memiliki beberapa urusan yang harus diselesaikan sehingga tidak dapat datang bersama-sama kami.
Sambil menunggu mereka, kami mengajak anak-anak panti membuka dos yang berisi mainan. Mereka tampak sangat antusias mendengar kata mainan. Maklum, mainan mereka sangat sedikit dan terkadang membuat mereka bertengkar karena memperebutkan mainan itu. Ketika dos sudah dibuka, mereka saling memperebutkan mainan. Sangat lucu melihat tingkah mereka. Lalu datang seorang anak melihat isi dos yang berisi mainan tadi. Anak itu tampak sangat kecewa dan sedih melihat dos itu telah kosong. Ternyata dia tidak kebagian mainan. Untung ada kakaknya yang bersedia berbagi mainan. Hah, pemandangan yang sangat indah :)
Akhirnya yang ditunggu datang juga. Setelah membiarkan mereka bermain-main sebentar dengan anak-anak panti, kami pun pamit pulang. Kasihan supir mobil yang sudah menunggu dari tadi. Tapi sebelum pulang, ada satu ritual yang wajib dilakukan sebelum pulang. Yaitu, foto bareng anak-anak panti. Kami pun mengatur formasi, sementara Ibrahim Fantri dan Lia sibuk mempersiapkan kamera. Mereka menggunakan pengaturan self timer. Waktunya 10 detik. Lalu mereka buru-buru masuk ke formasi untuk ikut berfoto. Klikk!!!!!!!!!!!Sedih rasanya harus berpisah dengan dengan anak-anak panti. Ingin rasanya tinggal lebih lama lagi bersama mereka. Kami pun bersalam-salaman dan melakukan high five (ces/tos). Daaahh, semoga lain waktu kita bisa bertemu lagi. Doa kami, semoga di masa depan mereka bisa menjadi orang-orang yang sukses. Aamiiin!!
Categories
Pengalaman siBluuu
Langganan:
Postingan (Atom)