Sabtu, 24 Desember 2011. Seperti yang telah dirapatkan sebelumnya, hari ini ANALYSIS (Anak Loyal-Solid Olimpiade Sains) SMAN 4 Kendari mengadakan bakti sosial di salah satu panti asuhan di Kota Kendari. Kami mengumpulkan uang senilai Rp10.000-Rp20.000/orang untuk membeli berbagai kebutuhan pangan. Seperti beras, minyak goreng, mie instant, dan telur beberapa rak. Kami juga mengumpulkan pakaian-pakaian bekas, mukena, mainan, buku-buku, tas, dan tempat pensil yang masih layak pakai tentunya.
Sore hari kami sudah selesai menyiapkan segala sesuatunya. Semua barang yang akan kami sumbangkan diangkut menuju mobil angkutan umum yang telah kami sewa. Dua angkot cukuplah. Kebetulan ada beberapa dari kami yang berhalangan hadir.
Di perjalanan, kami sibuk bercerita mengenai keadaan panti asuhan tersebut. Afriyanti S. Lamuru, Hikmawati Madjid, dan Desty Triyaswati lah yang paling banyak bercerita. Soalnya mereka bertiga sudah pernah berkunjung ke panti asuhan tersebut. Mendengar cerita mereka, saya semakin penasaran dengan keadaan panti asuhan tersebut. Memang ini adalah kali keempat saya berkunjung ke panti asuhan. Tapi menurutku inilah yang mungkin akan paling mengesankan. Soalnya saya terlibat langsung di dalamnya. Tidak seperti tiga kunjungan yang lalu.
Ternyata medan yang kami lalui tidaklah mudah. Letak panti asuhan yang kami tuju sangatlah tertutup alias terpencil. Meskipun terletak di kawasan Pasar Baruga Kendari, tapi kenyataannya tidak banyak yang tahu di mana posisi panti asuhan tersebut.
Akhirnya tiba juga di panti asuhan ini. Awalnya saya sempat sangsi kalau tempat tersebut adalah panti asuhan. Pasalnya tidak ada tanda-tanda yang menunjukkan kalau tempat ini adalah panti asuhan. Tempat ini sangat tertutup. Tidak ada papan namanya. Tapi sebenarnya bangunannya cukup bagus, walaupun bangunannya belum selesai dikerjakan.
Tempat ini dikelilingi oleh dinding yang terbuat dari batako yang sudah disemen setinggi ±2 m. Di dalamnya terdiri dari tiga bangunan. Dua bangunan belum selesai dikerjakan. Salah satunya sangat menarik perhatian. Dalam bangunan terbut tidak terdapat ruangan, tapi kolam. Saya tidak tahu persis apa fungsi kolam ini dulunya. Yang jelas, sekarang warna airnya telah berubah menjadi warna hitam seperti air got. Di kolam dan sekelilingnya bertumpuk sampah yang dapat menghilangkan selera makan kalau seseorang makan di hadapannya. Sungguh sangat kotor dan mengeluarkan bau menyengat. Seorang temanku, Mangedi Saputra, menunjukkan kepada kami bangkai seekor ikan lele raksasa yang panjangnya ±50 cm yang tergeletak mengapung di kolam tersebut.
Awalnya kami ragu untuk masuk ke dalam ruangan yang penuh dengan anak-anak kecil yang sedang bermain itu. Tapi Nizar Fauzan mengajak kami masuk dan memposisikan diri sebagai pengganti wali kelas kami, Pak Hartono, yang berhalangan hadir.
Kesan pertamaku ketika memasuki ruangan tersebut adalah bau. Memang bukan bau menyengat, tapi ada tercium bau yang kurang sedap. Ya, persis seperti cerita yang kudengar di angkot tadi. Sedikit jijik mungkin ada. Tapi semua perasaan itu langsung sirna tatkala anak-anak yatim piatu itu menyambut kedatangan kami dengan shalawat nabi sambil menyalami tangan kami satu persatu. Tidak tahu perasaan apa yang timbul. Sepertinya ada setetes air mata yang ingin jatuh tapi masih bisa kutahan. Bahkan ada beberapa temanku yang sudah menitikkan air mata. Kami pun menyalami ibu panti.
Sambil menunggu kedatangan Darmalianti Rahim dan Annisa Nurul Ilmi (sebelum ke panti asuhan, mereka menyempatkan diri untuk membeli sekarung beras lagi), kami pun bermain-main dengan anak-anak panti. Saya pun berkeliling dan melihat spanduk bertuliskan ‘Panti Asuhan Al-Ikhlas’. Oh, ternyata panti asuhan ini bernama Al-Ikhlas, baru tahu saya. Lalu mata saya tertuju pada sesosok bayi yang sedang tidur berjenis kelamin laki-laki. Bayinya masih merah. Sepertinya tidurnya tidak nyenyak, karena dia dikerumuni lalat dari tadi.
Setelah bertanya, saya pun tahu kalau bayi itu didapat di luar panti asuhan ini. Sepertinya dia memang sengaja ditinggal. Kata ibu panti, mungkin orang tuanya tidak mampu menghidupinya. Hah, jadi iba melihat bayi itu. Umurnya baru satu bulan, tapi sudah mengalami cobaan berat seperti ini. Teringat keponakanku di rumah. Di kala umurnya baru satu bulan, semua orang-orang yang menyayanginya selalu berada di sampingnya. Saya sampai-sampai selau telat ke sekolah dan ingin pulang lebih cepat, karena saya selaku ingin menjaga si adik bayi.
Saya lalu bermain-main dengan anak-anak yang lebih besar. Mereka sangat pemalu. Ada yang mau diajak berkenalan, ada juga yang tidak. Tapi ada seorang anak yang sangat menarik perhatian saya. Namanya Abu. Kurasa dialah yang paling kakak di panti ini. Ketika saya bertanya mengenai umurnya, dia bilang tidak tahu. Kalau diperkirakan umurnya ±8 tahun. Abu orangnya sangat pendiam dan kurang bersosialisasi dengan teman-temannya yang lain. Tapi ketika tersenyum wajah anak ini sangat manis. Selanjutnya saya juga berkenalan dengan Mirna, Asep, dan Usuf.
Lalu, saya juga bermain dengan Irma. Sepertinya anak ini baru berumur 1 tahun. Awalnya kukira dia itu laki-laki, tapi ternyata dia adalah perempuan. Hahaha, lucu juga mengingat ekspresi kaget teman-teman mengetahui dia itu perempuan.
Saya baru menyadari ada yang unik dari anak-anak perempuan di panti ini. Mereka mengenakan baju yang sama dan rambut mereka dipotong pendek selayaknya rambut anak laki-laki. Menurutku, hal itu sengaja dilakukan agar mereka tidak kesusahan mengurus rambut mereka.
Saya juga sangat salut pada ibu panti. Mereka tidak ingin anak-anak panti ini diadopsi. Mereka takut anak-anak tersebut dipekerjakan atau malah diperdagangkan.
Akhirnya Lia dan Ilmi datang juga. Kami lalu membentuk formasi duduk melingkar. Nizar selaku pengganti pak guru, membuka pembicaraan. Tak lupa kami menyuguhkan kue yang telah susah payah dibuat oleh Afri dan Desty. Sebelum makan, anak-anak itu berdoa. Kami pun ikut berdoa. Subhanallah, mereka sangat pandai berdoa, sampai-sampai air mata yang sudah kubendung dari awal memasuki ruangan ini akhirnya terjatuh juga. Saya terus menangis sepanjang mereka memanjatkan doa. Karena tak tahan, saya lalu berbaik ke belakang dan menangis lagi. Tidak hanya saya, teman-teman yang lain juga ikut menangis. Anak-anak itu mungkin tidak mengerti mengapa kami menangis. Tapi tangisan ini membuatku mengerti akan arti penting keluarga. Saya bersyukur masih memiliki keluarga utuh hingga saat ini. Saya bersyukur termasuk anak-anak yang beruntung.
Selesai berdoa, mereka langsung memakan kue-kue yang kami sajikan dengan sangat lahap. Sangat bahagia melihat mereka makan. Walaupun sebenarnya kami ngiler juga melihat kue-kue buatan Afri dan Desty. Sungguh mengundang selera makan. Tapi, melihat anak-anak panti yang makan hingga kenyang, perut serasa ikut kenyang juga jadinya. Acara dilanjutkan dengan penyerahan bantuan secara simbolis yang diwakili oleh Nizar, saya, dan Afri.
Sebenarnya kami sudah ingin pulang, tapi ternyata banyak teman-teman yang sedang dalam perjalanan menuju panti ini. Mereka memiliki beberapa urusan yang harus diselesaikan sehingga tidak dapat datang bersama-sama kami.
Sambil menunggu mereka, kami mengajak anak-anak panti membuka dos yang berisi mainan. Mereka tampak sangat antusias mendengar kata mainan. Maklum, mainan mereka sangat sedikit dan terkadang membuat mereka bertengkar karena memperebutkan mainan itu. Ketika dos sudah dibuka, mereka saling memperebutkan mainan. Sangat lucu melihat tingkah mereka. Lalu datang seorang anak melihat isi dos yang berisi mainan tadi. Anak itu tampak sangat kecewa dan sedih melihat dos itu telah kosong. Ternyata dia tidak kebagian mainan. Untung ada kakaknya yang bersedia berbagi mainan. Hah, pemandangan yang sangat indah :)
Akhirnya yang ditunggu datang juga. Setelah membiarkan mereka bermain-main sebentar dengan anak-anak panti, kami pun pamit pulang. Kasihan supir mobil yang sudah menunggu dari tadi. Tapi sebelum pulang, ada satu ritual yang wajib dilakukan sebelum pulang. Yaitu, foto bareng anak-anak panti. Kami pun mengatur formasi, sementara Ibrahim Fantri dan Lia sibuk mempersiapkan kamera. Mereka menggunakan pengaturan self timer. Waktunya 10 detik. Lalu mereka buru-buru masuk ke formasi untuk ikut berfoto. Klikk!!!!!!!!!!!Sedih rasanya harus berpisah dengan dengan anak-anak panti. Ingin rasanya tinggal lebih lama lagi bersama mereka. Kami pun bersalam-salaman dan melakukan high five (ces/tos). Daaahh, semoga lain waktu kita bisa bertemu lagi. Doa kami, semoga di masa depan mereka bisa menjadi orang-orang yang sukses. Aamiiin!!
::Leave 'Words' For Me::
::Followers::
Senin, 26 Desember 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 comments:
Posting Komentar