Kamis, 24 Maret 2011

Makalah - Pudarnya Pesona Seni Budaya Sulawesi Tenggara

Posted by Nur Fadhilah at 9:57:00 PM
BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang
Seni budaya dapat dikatakan sebagai jiwa sebuah bangsa. Bangsa-bangsa yang kemudian kita kenal sebagai bangsa besar adalah bangsa-bangsa yang besar pula seni budayanya.
Harus diakui, dalam sepuluh tahun terakhir ini, pembangunan fisik Kota Kendari sebagai wajah Sulawesi Tenggara menunjukkan kemajuan sangat pesat. Jalan-jalan membentang, menggelindingkan roda perekonomian warga. Stadion dan lapangan berbagai cabang olahraga juga sudah ada dengan fasilitas yang cukup lengkap pula. Namun, hingga saat ini provinsi yang terdiri atas beragam kelompok etnik yang memiliki khazanah budaya yang kaya ini belum juga memiliki gedung kesenian yang dengan jadwal tetap menyelenggarakan kegiatan-kegiatan untuk menyalurkan kreativitas seni budaya. Kesenian dan acara-acara budaya masih dilaksanakan sebatas ‘dalam rangka’. Ini jauh berbeda dengan program pembinaan dan pengembangan bidang olahraga. Perhatian pemerintah terhadap bidang yang satu ini bukan main seriusnya, dengan dukungan dana yang tidak main-main pula.
Perhatian besar terhadap olahraga tentu tidak lepas dari bagusnya manajemen organisasi dan pengelolaan kegiatan olahraga oleh induk-induk organisasi setiap cabang olahraga. Namun, kenyataan bahwa bidang seni budaya belum mendapat perhatian sebesar perhatian pemerintah terhadap olahraga, menyisakan sebuah ironi.
Bila masyarakat bersungguh-sungguh memajukan seni budaya Sulawesi Tenggara, maka bukan suatu hal yang mustahil seni budaya Sulawesi Tenggara dapat diakui dan bersaing dengan seni budaya lainnya baik di kancah nasional maupun internasional.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini, sebagai berikut.
1. Apa yang menyebabkan pudarnya pesona seni budaya Sulawesi Tenggara dan dampaknya terhadap generasi Sulawesi Tenggara?
2. Bagaimana upaya memajukan seni budaya Sulawesi Tenggara?

C. Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini, sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui penyebab dan upaya untuk menanggulangi penyebab pudarnya pesona seni budaya Sulawesi Tenggara.
2. Untuk memajukan seni budaya Sulawesi Tenggara sehingga diakui dan mampu bersaing dengan seni budaya lainnya.

D. Manfaat
Adapun manfaat dari makalah ini, sebagai berikut.
1. Dapat manjadi sumber informasi bagi masyarakat Sulawesi Tenggara dalam menanggulangi penyebab pudarnya pesona seni budaya Sulawesi Tenggara.
2. Dapat membantu mengurangi resiko pudarnya pesona seni budaya Sulawesi Tenggara.
3. Dapat manjadi sumber informasi dalam memajukan seni budaya Sulawesi Tenggara.
4. Dapat menggalang persatuan dan kesatuan di dalam masyarakat Sulawesi Tenggara dalam memajukan seni budaya Sulawesi Tenggara.

BAB II
METODE PENELITIAN


Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan studi kepustakaan dan metode wawancara. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan terhadap variabel yang data-datanya sudah ada tanpa proses manipulasi (data masa lalu dan sekarang).
Penelitian deskriptif merupakan metode penelitian yang berusaha menggambarkan dan menginterpretasi objek sesuai apa adanya (Best,1982:119). Penelitian ini juga sering disebut noneksperimen. Karena pada penelitian ini tidak melakukan kontrol dan manipulasi variabel penelitian. Penelitian deskriptif dilaksanakan dengan tujuan memperoleh dukungan dari masyarakat Sulawesi Tenggara dalam memajukan seni budaya Sulawesi Tenggara.
Studi kepustakaan adalah studi yang memanfaatkan sumber perpustakaan untuk memperoleh data penelitian tanpa melakukan riset lapangan. Studi kepustakaan dilakukan dengan mengkaji literatur, buku, web site, artikel atau esai yang relevan dengan masalah yang dibahas dalam penelitian.
Metode wawancara dilakukan kepada siswa siswi SMA Negeri 4 Kendari. Melalui metode ini, diharapkan narasumber dapat memberikan pernyataan yang relevan sehingga membantu penyusunan makalah ini.

BAB III
LANDASAN TEORI

A. Pengertian Seni dan Budaya
Sebelum penulis mengemukakan pengertian seni budaya Sulawesi Tenggara, terlebih dahulu dikemukakan pengertian seni dan budaya secara umum.
1. Pengertian Seni
Seni adalah ide, gagasan, perasaan, suara hati dan gejolak jiwa yang diwujudkan atau diekspresikan melalui unsur-unsur tertentu yang bersifat indah untuk memenuhi kebutuhan manusia, walaupun banyak juga karya seni yang digunakan untuk binatang. Seni indah menurut ukuran yang menikmati. Adapun pengertian seni menurut para ahli sebagai berikut.
a. Menurut Alexander Baum Garton, seni adalah keindahan dan seni adalah tujuan yang positif menjadikan penikmat merasa dalam kebahagiaan.
b. Menurut Emanuel Kant, seni adalah sebuah impian karena rumus-rumus tidak dapat mengikhtiarkan kenyataan.
c. Menurut Leo Tolstoy, seni adalah menimbulkan kembali perasaan yang pernah dialami.
d. Menurut Aristoteles, seni adalah bentuk pengungkapan dan penampilan yang tidak pernah menyimpang dari kenyataan dan seni itu adalah meniru alam.
e. Menurut Ki Hajar Dewantara, seni merupakan hasil keindahan sehingga dapat menggerakkan perasaan indah orang yang melihatnya. Oleh karena itu, perbuatan manusia yang dapat mempengaruhi dapat menimbulkan perasaan indah disebut seni (http://grou.ps/marufbicara/blogs/).

2. Pengertian Budaya
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian,
bangunan dan karya seni (http://id.wikipedia.org/wiki/Budaya#Definisi_Budaya).
Dari pengertian seni dan budaya di atas, dapat dikemukakan pengertian seni budaya Sulawesi Tenggara secara umum. Seni budaya Sulawesi Tenggara adalah seni yang lahir dari kebiasaan masyarakat Sulawesi Tenggara yang diwariskan dari generasi ke generasi.
Untuk lebih dapat memahami seni budaya Sulawesi Tenggara, maka harus diketahui terlebih dahulu macam-macam seni budaya Sulawesi Tenggara. Sulawesi Tenggara memiliki sejumlah kelompok bahasa daerah dengan dialek yang berbeda-beda. Seperti dialek Bahasa Tolaki, Muna, Pongana, Buton, Cia-cia dan Suai.
Untuk mengatur hubungan kehidupan antarmasyarakat, telah berlaku hukum adat yang senantiasa dipatuhi oleh warga masyarakat. Jenis hukum adat tersebut antara lain adalah hukum tanah, hukum pergaulan masyarakat, hukum perkawinan dan hukum waris. Provinsi Sulawesi Tenggara memiliki berbagai jenis kesenian yang potensial sehingga memperkaya khazanah kebudayaan Indonesia. Jenis-jenis kesenian tersebut adalah seni tari, seni ukir, seni lukis, seni suara dan seni bunyi. Seni tari, merupakan tarian masyarakat yang dipersembahkan pada setiap upacara tradisional maupun menjemput tamu-tamu agung yang diiringi oleh alat musik tradisional seperti gong, kecapi dan alat tiup suling bambu (http://www.indonesia.go.id).

B. Seni Budaya Sulawesi Tenggara
Dalam rubrik Kendari Pos, seorang penyair terkenal Syaifuddin Gani menulis, “dunia tercengang ketika utusan Sulawesi Tenggara yang diwakili Kabupaten Wakatobi memainkan kabhanti dilengkapi instrumen gambus di Gedung Kesenian Jakarta, tahun silam. Penonton terpesona ketika mendengar puisi kabhanti dilantunkan yang memiliki kekuatan estetik dan puitik yang agung”. Dia juga menulis, “dunia mengakui bahwa Sulawesi Tenggara memiliki khazanah besar (sastra khususnya dan seni budaya umumnya), yang bernilai lokal dan universal”. Gani mencontohkan, betapa kesusastraan Buton, sastra lisan Tolaki, Muna dan Moronene (sekadar menyebut beberapa nama) adalah aset besar seni budaya Sulawesi Tenggara.
Tak bisa dipungkiri, ternyata masih ada sejumlah sanggar seni di Sulawesi Tenggara yang belum mendapatkan bantuan dari pihak Departemen Pariwisata Pusat. Walaupun menurut Ketua Komisi IV DPRD Sulawesi Tenggara, Yaudu Salam Ajo, S. Pi., pihak Pariwisata Pusat sudah bersedia memberikan bantuan terhadap sanggar seni yang ada di Sulawesi Tenggara demi kemajuan seni dan budaya, akan tetapi keterlambatan ini menimbulkan persepsi kurang diperhatikannya seni budaya Sulawesi Tenggara (Kendari News, 2010).

BAB IV
PEMBAHASAN


A. Pudarnya Seni Budaya Sulawesi Tenggara
1. Penyebab Pudarnya Seni Budaya Sulawesi Tenggara
Harus diakui, dalam sepuluh tahun terakhir ini pembangunan fisik Kota Kendari, sebagai wajah Sulawesi Tenggara, menunjukkan kemajuan sangat pesat. Akan tetapi, kemajuan tersebut tidak diiringi dengan kemajuan dalam bidang seni budaya. Sulawesi Tenggara belum memiliki gedung kesenian yang dengan jadwal tetap menyelenggarakan kegiatan-kegiatan untuk menyalurkan kreativitas seni budaya. Kesenian dan acara-acara budaya masih dilaksanakan sebatas “dalam rangka”.
Hal ini jauh berbeda bila dibandingkan dengan kemajuan bidang olahraga. Betapa besar dana yang dikucurkan pemerintah pada penyelenggaraan Porda terakhir yang berlangsung di ibukota Kabupaten Muna. Pasti bukan jumlah yang sedikit. Belum lagi Pekan Olahraga Nasional dan lain-lain.
Perhatian besar terhadap bidang olahraga tentu tidak lepas dari bagusnya manajemen organisasi dan pengelolaan kegiatan olahraga oleh induk-induk organisasi setiap cabang olahraga. Namun kenyataannya, bidang seni budaya belum mendapat perhatian sebesar perhatian pemerintah terhadap bidang olahraga ini menyisakan sebuah ironi, karena baik di tingkat provinsi maupun di kabupaten/kota, setidaknya ada satu badan atau dinas yang secara struktural mempunyai tugas dan kewajiban menyelenggarakan program pembinaan dan pengembangan seni budaya. Hal-hal ini lama-kelamaan dapat menyebabkan pudarnya seni budaya Sulawesi Tenggara.
Adapun penyebab pudarnya seni budaya Sulawesi Tenggara sebagai berikut.
a. Kurangnya perhatian dari pemerintah Sulawesi Tenggara dan pemerintah pusat terhadap seni budaya Sulawesi Tenggara. Pemerintah terlalu sibuk dalam mengurusi bidang politik, sehingga lupa akan seni budaya yang mulai pudar di kalangan masyarakat.
b. Kurangnya kemauan dari generasi muda Sulawesi Tenggara untuk mempelajari seni budaya Sulawesi Tenggara. Hal ini disebabkan oleh terpengaruhnya generasi muda terhadap gaya hidup bangsa luar (globalisasi).
c. Adanya stereotif di kalangan masyarakat Sulawesi Tenggara, khususnya dari kalangan generasi muda, bahwa seni budaya Sulawesi Tenggara tidak mencerminkan suatu kemodernan. Seni budaya Sulawesi Tenggara dianggap sebagai sesuatu yang kuno. Padahal, seni budaya Sulawesi Tenggara juga dapat disesuaikan dengan perkembangan zaman, asalkan tidak meninggalkan ciri khas dari seni budaya tersebut.
d. Kurangnya penghargaan dari masyarakat Sulawesi Tenggara terhadap kebudayaannya sendiri. Banyak masyarakat yang merasa kurang percaya diri dengan seni budaya daerah sendiri. Sehingga masyarakat lebih menghargai seni budaya daerah atau bangsa lain daripada seni budaya daerah sendiri.
e. Kurang gencarnya pemerintah Sulawesi Tenggara dalam mensosialisasikan seni budaya daerah. Sehingga karena ketidakpedulian tersebut, masyarakat juga menjadi tidak peduli. Akibatnya, seni budaya Sulawesi Tenggara semakin pudar dari hari ke hari.
f. Kurangnya apresiasi pemerintah Sulawesi Tenggara terhadap karya anak daerah sendiri.
g. Program pemerintah yang tidak jelas dan penempatan pejabat yang bukan ahli di bidang seni budaya.
h. Tidak adanya regenerasi budaya. Dalam hal ini, tidak adanya pewarisan budaya yang dilakukan oleh orang tua kepada anaknya. Sehingga pengetahuan tentang seni budaya daerah akan semakin menurun dan bisa saja menghilang.

2. Dampak Pudarnya Seni Budaya Sulawesi Tenggara terhadap Generasi Penerus
Pudarnya seni budaya Sulawesi Tenggara membawa dampak bagi masyarakat khususnya generasi penerus Sulawesi Tenggara. Berdasarkan wawancara yang dilakukan terhadap tiga puluh orang siswa siswi, tim penulis menemukan bahwa ternyata masih sangat banyak siswa siswi SMA Negeri 4 Kendari yang kurang dan bahkan tidak mengetahui seni budaya apa saja yang dimiliki oleh Sulawesi Tenggara.
Hal ini menunjukkan minimnya pengetahuan dan minat generasi muda terhadap seni budaya Sulawesi Tenggara. Tentu hal ini merupakan hal yang sangat mengejutkan. Bagaimana mungkin putra putri daerah tidak mengenal seni budaya daerah mereka sendiri. Jika hal ini dibiarkan terus-menerus, maka bukan merupakan suatu hal yang mustahil apabila generasi Sulawesi Tenggara lima sampai sepuluh tahun ke depan, sudah tidak mengenal seni budaya Sulawesi Tenggara lagi.

B. Upaya Memajukan Seni Budaya Sulawesi Tenggara
Melihat kenyataan yang ada sekarang ini, maka upaya memajukan seni budaya Sulawesi Tenggara merupakan hal yang sangat sulit untuk dilakukan. Tapi bila kita bersungguh-sungguh melakukannya, maka hal tersebut bukan suatu hal yang mustahil.
Banyak upaya yang dapat dilakukan untuk memajukan seni budaya Sulawesi Tenggara. Upaya tersebut dapat dimulai dari lingkup yang paling kecil, yaitu diri sendiri dan keluarga. Upaya yang dapat dilakukan adalah mengikuti sanggar seni atau belajar bahasa daerah. Orang tua pun dapat ikut berperan dalam hal ini. Orang tua dapat mengajarkan bahasa daerah, tarian daerah, lagu daerah atau bahkan cerita rakyat Sulawesi Tenggara. Hal ini dapat menjaga dan melestarikan seni budaya Sulawesi Tenggara.
Pemerintah juga dapat berupaya memajukan seni budaya Sulawesi Tenggara, dengan cara menggencarkan sosialisasi dan menjadwalkan kegiatan-kegiatan tetap agar masyarakat dapat menyalurkan kreativitas seni budaya mereka. Sehingga kegiatan seni budaya tidak lagi dilaksanakan hanya sebatas “dalam rangka”. Pemerintah juga harus menyediakan fasilitas yang memadai sehingga seni budaya Sulawesi Tenggara dapat maju dan berkembang. Misalnya, pemerintah Sulawesi Tenggara dapat membangun gedung kesenian yang ramai dengan berbagai pertunjukan dan diskusi seni serta galeri lukisan yang menjadi pusat pertumbuhan seni rupa.

Tidak hanya masyarakat dan pemerintah. Sekolah juga memiliki andil memajukan seni budaya Sulawesi Tenggara. Di sekolah hendaknya diadakan pelajaran seni budaya yang khusus mempelajari seni budaya Sulawesi Tenggara. Siswa siswi dapat diajarkan menenun, bermain musik bambu, berbahasa daerah atau menari khas daerah. Misalnya Tari Mowindahako atau Tari Linda.
Sebenarnya tidak sulit untuk memajukankan seni budaya Sulawesi Tenggara. Hanya diperlukan kesadaran dari setiap individu masyarakat. Bukan tidak mungkin pada suatu acara nasional di Jakarta atau di daerah lain, ikon Sulawesi bukan lagi diwakili oleh lagu Angin Mamiri atau poco-poco, tetapi oleh nyanyian dari Sulawesi Tenggara dan tarian Lulo misalnya. Atau mungkin, dalam suatu acara internasional, bukan Bali lagi yang menjadi ikon Indonesia, tetapi Sulawesi Tenggaralah yang menjadi ikon Indonesia. Bukan suatu hal yang mustahil bila kita bersungguh-sungguh memajukan seni budaya kita, tentunya.

BAB V
PENUTUP


A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari makalah ini, sebagai berikut.
1. Penyebab pudarnya pesona seni budaya Sulawesi Tenggara dapat berasal dari pemerintah dan masyarakat Sulawesi Tenggara sendiri. Pudarnya seni budaya Sulawesi Tenggara dapat berdampak buruk bagi generasi penerus Sulawesi Tenggara.
2. Tidak hanya pemerintah yang dapat berupaya memajukan seni budaya Sulawesi Tenggara. Masyarakat dan sekolah juga ikut andil memajukan seni budaya Sulawesi Tenggara.

B. Saran
Sulawesi Tenggara memiliki beragam seni budaya yang memperkaya khazanah kebudayaan Indonesia. Sayangnya, pesona seni budaya Sulawesi Tenggara yang begitu berpotensi, mulai pudar karena tidak adanya perhatian baik dari pemerintah dan masyarakat. Maka diperlukan upaya untuk memajukan seni budaya Sulawesi Tenggara. Partisipasi positif dari semua pihak sangat diharapkan. Sehingga upaya tersebut dapat terwujud dengan baik dan memberikan manfaat yang besar bagi Sulawesi Tenggara.

2 comments:

Unknown mengatakan...

menurut saya tulisan ini masih kurang mendetailkan mengenai solusi apa yang harus dilakukan oleh pihak berwenang misalnya saran bagi pemerintah daerah untuk sering-sering mengadakan lomba tarian daerah atau yg berhubungan dengan budayanya

Nur Fadhilah mengatakan...

Trims atas sarannya. Makalah ini sebenarnya merupakan tugas Bahasa Indonesia dan penelitian yang dilakukan memang kurang mendetail. Saya & teman-teman hanya mengambil garis besarnya saja. Btw, trims sudah berkunjung :)

Posting Komentar

 

Dhilah siBluuu Girl Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review