Senin, 18 April 2011

BERBURU PIALA HINGGA KE KOTA PHINISI

Posted by Nur Fadhilah at 9:03:00 PM
Pertama-tama, saya mau minta maaf dulu. Soalnya, pengalaman ini seharusnya saya publikasikan sejak beberapa minggu yang lalu. Tapi, berhubung karena ulangan yang menumpuk, jadi nulisnya harus ditunda.
Hmm, pengalaman ini adalah pengalamanku berburu piala kedua kalinya ke luar daerah (Alhamdulillah). Kalau awalnya ke Kota Batavia, kali ini berburunya ke Kota Phinisi, alias Makassar. Kali ini lebih mengasyikkan, soalnya yang pergi rata-rata teman sekelas. Jadi seru!!
Selasa, 29 Maret 2011. Hari ini tidak terlalu repot. Untungnya, kemarin malam sudah packing. Tetap masih disempatin pergi ke sekolah buat mengejar nilai pelajaran penjaskes. Berhubung, sudah dua kali pertemuan saya tidak masuk, jadi pertemuan kali ini harus masuk. Sebenarnya sudah mendapat teguran dari gurunya (he he). Lagi asyik olahraga, tiba-tiba temanku, Ibrahim memanggil dari kejauhan. Dia berkata kalau Pak Mangalisu (wakasek kesiswaan) marah-marah. Konon, beliau marah-marah karena mengetahui bahwa saya dan teman-teman belum pulang ke rumah. Padahal pesawatnya siang ini. Eh, malah masih nyantai di sekolah. Kalau terlambat ke bandara, gimana?
Berkumpullah kami di sekolah pukul 13.30 WITA lengkap dengan koper suber besar dan gandengan super banyak. Kayak orang mau pindah rumah segala. Setelah pamit dan mohon doa restu pada guru dan teman-teman seantero sekolah, jadilah kami ke bandara dikawal mobil super banyak. Jumlah kami cuma 11 orang (Arif Rachman Halid, Chitra Aryani Anwar, Darmalianti Rahim, Dewi Sundari Sucipta, Hikmawati Madjid, Ibrahim Fantri Tedy Kurniawan, Indah Eva Yuashari Widya Astuti, Nur Fadhilah, Risqah Fadilah, St. Nur Amalia Asnuri dan guru pendamping Pak Arimappa, S.Pd), tapi mobil yang mengantar 5 buah. Banyak benar!!
Menunggu lama di bandara bosan juga. Tapi kami berhasil mengusirnya dengan cara main kartu dan daring pakai modem. Ditambah lagi ada pemandangan menarik. Orang bule. Mereka mau ke Jakarta naik pesawat yang sama dengan kami, Batavia Air. Akhirnya, jadi juga kami berangkat. Sebelum naik pesawat, tak lupa saya menelepon orang tua minta doa restu agar pesawatnya sampai dengan selamat di tujuan.
Alhamdulillah, sekitar pukul 16.30 WITA pesawat mendarat di Bandara Sultan Hasanuddin. Perjalanan kemudian dilanjutkan ke kediaman pak guru di Jalan Nusantara Baru. Kami ke sana naik mobil sewaan, lewat jalan tol. Sesampainya di sana, kami lalu digiring ke sebuah kantor. Kami menginap di lantai dua kantor itu, karena rumah pak guru tidak mencukupi untuk menampung kami. Tempatnya nyaman. Ada televisi, kipas angin, kamar ganti dan kamar mandi. Ya, walaupun kami harus tidur berdesak-desakkan, tapi menyenangkan. Shalat kami lakukan di sebuah masjid yang tak jauh dari kantor dan saat jam makan kami ke rumah pak guru. Makanan di rumah pak guru enak dan bergizi, lho!
Rabu, 30 Maret 2011. Paginya, setelah Shalat Shubuh dan beres-beres, kami memutuskan untuk jogging. Jadilah kami berjalan-jalan menyusuri jalan yang masih lumayan sepi. Tak lupa, ritual wajib kami, berfoto. Sebenarnya kami ingin melihat matahari terbit di pinggir laut. Sayangnya, kami takut masuk ke pelabuhan. Soalnya, lautnya tertutupi oleh pelabuhan. Jadi, kami hanya berfoto-foto di depan pelabuhan saja. Setelah merasa capai, kami memutuskan untuk pulang. Ketika mendekati kantor, kami melihat pak guru sedang menunggu kami dan memanggil kami untuk sarapan. Senang rasanya, mengingat perut yang sudah meronta-ronta sedari tadi. Alhamdulillah, kami diberi makan kue. Ada kue dadar dan jalangkote. Tak lupa tehnya. Setelah kenyang, kami mengantri untuk mandi.
Setelah Shalat Dzuhur di masjid, kami dan pak guru pindah ke Universitas Hasanuddin. Eh, jadi lupa. Prioritas utama kami ke Makassar adalah untuk mengikuti lomba yang diadakan oleh Lembaga Pers Mahasiswa Hukum Universitas Hasanuddin (LPMH-UH). Tapi sayang, perjalanan ± 1 jam yang ditempuh dengan menggunankan mobil angkutan umum ini kurang mengasyikkan. Pasalnya, kala itu turun hujan. Deras sekali. Tapi, tak apalah. Namanya juga rahmat dari Allah SWT.
Tibalah kami di UH. Jantungku berdegup kencang. Saya takut bertemu dengan mahasiswa UH. Ditambah lagi supir yang minta ampun cerewetnya. Menambah keruh suasana. Tapi, suasana seketika itu cair ketika datang seorang mahasiswa menjemput kami. Temanku, Dewi, langsung dibuat kelepek-kelepek oleh sosoknya. Sebenarnya kalau menurutku biasa-biasa saja. Tapi kata teman-teman…. Aduh, tidak usah membahas soal itu!
Lanjut. Kami lalu diarahkan menuju asrama mahasiswa yang oleh penghuninya, disingkat ramsis. Melihat kami yang datang dengan menenteng tas dan koper, panitia yang tak tegaan pun bersedia untuk membawakan koper kami hingga lantai dua. Mengapa lantai dua? Karena kami akan menginap di sana. Kami lalu memilih kamar masing-masing. Dua orang sekamar. Tapi kami sangat sedih. Karena ternyata, kamar kami akan dipisah. Kami akan sekamar dengan peserta dari sekolah dan daerah lain. Parahnya lagi, sekamar berempat. Jujur, kami sangat tidak setuju dengan kesewenang-wenangan itu. Tapi, apa daya, tangan tak sampai?
Tiba-tiba, pintu kamar diketuk. Ternyata ada pembagian makanan. Perut juga sudah minta makan dari tadi. Makanlah kami berjamaah. Pada pukul 21.00 WITA, semua peserta digiring ke Ruang Promosi Doktor, Lt. 3 Fakultas Hukum UNHAS untuk technical meeting. Dalam tm ini, kami dijelaskan seluk-beluk lomba dan disiplin selama menjadi penghuni ramsis. Tak lupa perkenalan diri dan panitia. Ternyata, mahasiswa yang membuat Dewi cenat cenut bernama Kak Dimas, mahasiswa angkatan 2007 asal Gorontalo. Kami juga diberikan buku catatan dan pulpen untuk persiapan menerima materi nantinya. Lalu, kamar dibagi. Saya termasuk penghuni kamar 07. Saya sekamar dengan Ghina dari SMAN 1 Makale, Aisyah dari SMAN 2 Tinggi Moncong dan seorang lagi dari SMAN 22 Makassar, sayangnya dia tidak datang. Pendamping kamar kami adalah Kakak Nova Anwar dan Kakak Lastri. Semua kamar diberi nama yang berhubungan dengan hukum. Kamar kami bernama kolusi yang berarti dua atau lebih orang yang mempunyai tujuan yang sama.
Nyatanya, ketika tiba di kamar, penghuninya cuma 2 orang. Yaitu saya dan Ghina. Tapi senang juga, soalnya di kala kamar-kamar yang lain sumpek karena terisi banyak orang, kami hanya 2 orang. Itu berarti masing-masing tidur di ranjang sendirian. Karena ranjangnya bersusun, saya memilih untuk tidur di ranjang atas. Soalnya, kapan lagi??
Kamis, 31 Maret 2011. Hari yang sibuk dan lapar. Pasalnya, kami terlambat diberi makan. Bayangkan, kami menahan lapar sejak bangun tidur hingga pukul 11.00 WITA. Parahnya, pukul 11.00 pun kami hanya diberi makan 2 buah kue plus air mineral. Aduh, teman-teman yang mag kambuh penyakitnya.
Pembukaan. Lengkap dengan seragam sekolah kotak-kotak, kami melangkah pasti seakan ingin memperlihatkan kepada dunia bahwa “KAMI, DARI SMAN 4 KENDARI, DATANG DENGAN DAMAI!” (Waduh). Tapi, ternyata, seragam kami mirip dengan seragam milik SMAN 2 Tinggi Moncong. Aduh, kalau dilihat sekilas, terkesan sama. Tapi untungnya tidak sama persis.
Pembukaan diadakan di Aula Prof. Manggau dan dibuka secara resmi oleh Wakil Dekan III Fakultas Hukum UH, Romy Librayanto, S.H. M.H.. Usut punya usut, ternyata Pak Romy adalah alumni SMAN 4 Kendari. Wah, senangnya.
Acara kemudian dilanjutkan dengan pembawaan materi oleh Bapak Arman M. Yusuf, S.Psi. Beliau adalah Direktur Marepu Training Centre. Pak Arman membawakan materi tentang analisis kritis wawancara. Katanya, mulailah sesuatu dari akhir. Materi dan pembawaannya sangat bagus. Acara dilanjutkan dengan makan siang. Kami bersyukur. Akhirnya makan juga. Sudah pedis lambung ini menanti makanan untuk dicerna.
Materi selanjutnya adalah dasar-dasar jurnalistik yang dibawakan oleh salah seorang panitia, Kakak Ahsan Yunus. Dia mengajarkan bagaimana menulis berita yang baik. Dimulai dari judul, teras, jembatan, isi dan kaki berita. Dia juga membuat simulasi berita untuk melatih kemampuan kami dalam menuliskan sebuah berita.
Materi selanjutnya adalah pembuatan media sekolah oleh Bapak Jumadi Mappanganro, seorang redaktur Tribun Timur. Menurutnya, buletin dan majalah sudah tidak pantas lagi menjadi media sekolah. Karena sudah ketinggalan zaman. Di era globalisasi ini, media yang cocok adalah media internet. Yaitu facebook dan blog.
Setelah materi berakhir, kami digiring kembali ke ramsis untuk istirahat. Capai rasanya, ingin tidur. Tapi tidak bisa. Soalnya, masih akan ada materi malam nanti. Sekitar pukul 19.30 WITA, kami kembali ke aula untuk makan malam dilanjutkan dengan pembawaan materi. Materinya adalah jurnalisme fotografi oleh Bapak Muh. Yusran, seorang jurnalis foto. Materi terakhir untuk hari ini adalah dari salah seorang panitia juga. Dia adalah dewan pembina LPMH-UH. Namanya Kakak Irfan Amir, S.H.. Pembawaan materi yang sangat menakutkan. Soalnya, sangat serius. Sampai membuat leher para peserta menjadi tegang.
Hah, waktunya tidur. Sudah pukul 12.00 WITA. Terlalu larut untuk bisa bangun pagi. Ternyata dugaanku benar. Saya terlambat bangun. Tapi Alhamdulillah masih sempat Shalat Shubuh. Antri kamar mandi dan siap beraktivitas.
Jum’at, 1 April 2011. Hari ini bukan hari yang lapar lagi. Soalnya, berkat kritik pedas dari para peserta, akhirnya panitia menyiapkan sarapan berupa nasi bungkus lebih awal. Alhamdulillah. Sekitar pukul 10.00 WITA, materi dimulai. Diawali dengan materi berjudul tekhnik reportase yang dibawakan oleh Bapak Muh. Arman K. S., S.H., seorang wartawan harian Fajar. Menurut beliau, reportase yang baik adalah melakukan yang terbaik untuk mendapatkan suatu informasi.
Selanjutnya, materi metode dan sistematika penulisan berita dibawakan oleh Bapak Idchan, seorang wakil direktur Seputar Indonesia (Sindo). Materi kali ini cukup menghibur. Pasalnya, salah seorang panitia diminta untuk memerankan tokoh pemuda yang meninggal secara misterius. Di dekat pemuda tersebut, ditemukan beberapa barang bukti. Kami disuruh untuk menulis berita mengenai apa yang kami lihat. Hasilnya? Buruk. Semua berita dari kami katanya sok tahu. Kami menambahkan hal-hal yang sebenarnya tidak ada alias menambah-nambah fakta yang ada. Ternyata, jadi wartawan itu, susah ya.
Akhirnya, ini adalah materi tambahan alias materi terakhir. Peran Bank Indonesia dan Kantor Bank Indonesia. Materi ini dibawakan oleh dua orang. Yaitu Bapak Pratiaksa (bagian statistik dan survey BI) dan Ibu Olga Dessiany. Materi ini harus kami perhatikan baik-baik. Soalnya, materi ini adalah salah satu materi yang nanti akan diperlombakan dalam Lomba Tulis Berita. Tapi, sepertinya setan sudah begitu nyaman menari-nari di atas kelopak mataku. Saya sangat mengantuk. Bahkan sudah sempat tertidur, eh, bangun lagi. Akibatnya, materi tak dapat diserap dengan baik.
Hasilnya? Pada malam harinya, merupakan lomba penulisan berita. Lomba ini diikuti oleh semua peserta. Kecuali, Arif dan Uci karena sakit. Lomba ini mengangkat tiga tema. Yaitu, urgensi pendidikan dan Bank Indonesia sebagai bank sentral. Pada tema pertama dan kedua, semuanya berjalan lancar. Saya dapat menulis berita dengan baik. Sedangkan pada tema ketiga sangat parah. Saya tidak mengetahui harus menulis berita apa. Soalnya, tadi sore waktu pembawaan materi, saya lebih banyak tidur ketimbang mendengarkan materi. Tapi untungnya, pada sesi tanya jawab, saya mendengarkan dengan cukup baik. Akhirnya, saya memutuskan untuk mengambil judul ‘Nilai Kurs bagi Indonesia’. Judul ini terinspirasi dari pertanyaan yang diajukan oleh Hicary (SMAN 2 Tinggi Moncong). Dia bertanya tentang nilai kurs, karena dia sangat tidak mengerti mengenai hal itu. Pertanyaannya pun dijawab secara singkat oleh Ibu Olga. Menurut saya, judul yang saya angkat tidak begitu menarik. Makanya, saya sedikit malas untuk menulisnya. Berita saya terdiri dari tiga paragraf. Yang intinya membahas mengenai nilai kurs. Apabila kurs dollar turun, maka rupiah akan naik dan sebaliknya.
Setelah lomba ini berakhir, kegiatan dilanjutkan dengan acara nonton bersama. Semua lampu dipadamkan untuk mendukung jalannya acara. Tapi, tiba-tiba kami dikagetkan oleh suara teriakan dari seorang panitia yang juga merupakan dewan pembina LPMH-UH, Kakak Muhammad Nur (Kak Aca). Lampu dinyalakan kembali. Kak Aca spontan memarahi ketua umum LPMH-UH, Kak Nasril. Menurut Kak Aca, panitia sangat keterlaluan. Senang-senang di sini, tapi di ramsis terdapat seorang peserta yang meraung-raung kesakitan. Untung dia berada di ramsis. Sehingga dia bisa mendengar raungan tersebut. Yang lebih membuat dia marah adalah tidak ada panitia yang menjaga di ramsis. Semua berada di aula tempat kegiatan dilaksanakan. Kak Nasril beserta panitia yang lain berusaha menenangkan Kak Aca dan mengajak untuk menyelesaikan permasalahan (berunding) di luar agar tak didengar oleh peserta. Tapi Kak Aca menolak. Dia spontan menendang pengeras suara dengan keras sehingga terbanting. Kak Nasril pun mulai tersulut emosinya. Lantas Kak Nasril meneriaki Kak Aca. Terjadilah adu mulut di antara mereka. Tiba-tiba, seorang peserta meraung keras. Namanya Nurul Amalia (Amel) dari SMAN 18 Makassar. Dia duduk tepat di depanku. Awalnya, saya mengira dia kesurupan. Ternyata tidak. Amel menderita gangguan batin, berupa trauma berat pada keributan dan perkelahian. Menurut temannya, Amel pernah mengalami suatu kejadian di rumahnya, sehingga menyebabkannya trauma pada percekcokan. Amel lalu berteriak tidak karuan sambil menutup kedua telinganya dengan tangan. Dia menangis dan memohon agar keributan antara Kak Aca dan Kak Nasril dihentikan. Beberapa panitia perempuan dengan sigap menghampiri dan memeluk Amel. Mencoba menenangkannya. Amel terlihat begitu takut. Panitia lalu memberinya minum dan mengajaknya kembali ke ramsis.
Sementara itu, keributan tetap berlangsung. Hampir saja terjadi adegan baku pukul. Selama kejadian itu, tidak hanya Amel yang menjadi korban. Tapi Angel (SMAN 1 Makale) dan Amel (SMAN 4 Kendari) juga turut menyumbangkan air mata. Sementara Ghina yang duduk di sampingku, terlihat mulai menampakkan wajah cemas. Tapi saya dan Titi sempat bersms ria. Titi berpikir bahwa keributan ini hanya sandiwara belaka untuk menakuti peserta. Untungnya, saya juga berpikir demikian. Ternyata dugaan kami benar. Yang lebih menakjubkan lagi, hampir semua peserta juga berpikir bahwa kejadian tadi hanyalah sebuah sandiwara. Kak Aca beserta seluruh panitia pun meminta maaf, khususnya kepada Amel yang masih histeris.
Pukul 12.00 WITA lewat, kami kembali ke ramsis untuk istirahat. Tapi kami tidak istirahat. Peserta yang mengikuti Lomba Karya Tulis Ilmiah dipastikan tidak akan tidur. Pasalnya, sebentar pagi merupakan hari yang sangat menegangkan. Lomba. Saya, Dewi dan Risqah terpaksa tidur pukul 03.00 WITA. Kami harus memantapkan presentasi kami. Setelah dirasa mantap, kami pun memutuskan untuk beristirahat, menanti pagi yang mendebarkan.
Sabtu, 2 April 2011. Masing-masing perwakilan kelompok diminta maju ke depan untuk mencabut nomor urut penampilan. Tim saya mendapat nomor urut enam. Alhamdulillah, masih ada waktu untuk menenangkan jantung ini yang rasanya sudah mau copot. Juri sudah tiba di aula. Wajah mereka terlihat sangat kaku dan dingin. Tampaknya siap untuk melontarkan komentar yang mengiris kalbu. Empat kelompok telah mempertunjukkan kebolehannya. Semuanya bagus-bagus. ISHOMA. Dalam shalat kupanjatkan doa panjang-panjang agar presentasi timku sebentar berjalan dengan lancar. Alhamdulillah, Allah mempermudah semuanya. Presentasi berjalan dengan lancar dan tepat waktu, 15 menit. Komentar yang diberikan juga sesuai harapan. Kami mulai optimis untuk merebut piala bergilir. Tapi tentunya juga tak lepas dari takdir Allah kepada kami.
Setelah semua presentasi berakhir, lomba dilanjutkan dengan Lomba Photo Running. Kami tetap bersemangat walaupun, hujan deras menyertai kami. Berbekal kamera pinjaman dari Chitra, saya pun mengikuti lomba itu dengan kurang antusias.
Sore hari, kami boleh kembali ke ramsis. Tapi malamnya harus kembali lagi ke aula. Malamnya, kami dari SMAN 4 Kendari ditunjuk untuk menari Tari Lulo. Dengan bersemangat kami melakukannya diiringi oleh Lagu Wulele Sanggula yang kami nyanyikan bersama-sama. Kemudian, saya diminta untuk menjelaskan apa maksud dari Tari Lulo tersebut. Terima kasih buat Bu Naniatri, guru seni budaya di SMAN 4 Kendari yang sudah mengajarkan kami Tari Lulo. Tidak hanya kami, sekolah-sekolah lain juga diminta untuk membawakan tari atau nyanyian khas daerah masing-masing. Tapi selanjutnya, kurang mengasyikkan. Kami capek sekali. Sehingga kami semua tertidur. Melihat kondisi yang tidak kondusif itu, panitia akhirnya memulangkan kami ke ramsis. Padahal malam itu merupakan malam perpisahan kami.
Setelah kembali ke ramsis, tidak semua dari kami yang beranjak tidur. Beberapa orang termasuk saya, masih sempat berfoto bersama panitia dengan mengenakan pakaian tidur. Saya sih mending. Saya hanya terkena beberapa jepretan karena saat itu saya sedang mengantri kamar mandi untuk sikat gigi. Sambil menunggu antrian yang lama, maka berfoto-fotolah kami. Tapi, ada juga yang tahan berfoto-foto hingga adzan Shubuh berkumandang. Wajib dimasukkah dalam Guinnes of World kategori makhluk-makhluk yang berfoto terlama. Hehe..
Minggu, 3 April 2011. Akhirnya hari ini tiba juga. Hari penutupan, hari pengumuman pemenang dan hari perpisahan. Acara secara resmi ditutup oleh Bapak Romy Librayanto, S.H. M.H.. Acara selanjutnya, pengumuman pemenang. Dag, dig, dug. Pada Lomba Photo Running, juara III Uli (SMAN 2 Tinggi Moncong), juara II Indah Eva Yuashari Widya Astuti (SMAN 4 Kendari) dan juara I Idha (SMAN Tonasa). Pada Lomba Tulis Berita, penulis terbaik untuk tema pertama Andi Yusriana Az-Zahra (SMAN 4 Tinggi Moncong), penulis terbaik untuk tema kedua Noer Idfaidz Ichsan (SMAN 2 Pangkajene’) dan penulis terbaik untuk tema BI adalah saya sendiri. Wah, senangnya. Tak terlukiskan. Padahal saya tidak pernah membayangkan sebelumnya. Ini benar-benar kejutan. Lalu untuk Lomba Karya Tulis Ilmiah, juara harapan III SMAN 5 Pare-pare, juara harapan II SMAN 1 Makale, juara harapan I SMAN 4 Kendari Tim A (Tim saya, Dewi dan Risqah), juara III SMAN 2 Tinggi Moncong, juara II SMAN 4 Kendari Tim B (Tim Arif, Ibrahim dan Indah) dan juara I sekaligus yang memboyong piala bergilir adalah SMAN 2 Pangkajene’. Semuanya senang. Alhamdulillah kami dari SMAN 4 Kendari berhasil menangkap empat buruan piala yang siap diserahkan ke kepala sekolah nantinya. Yah, walaupun tidak berhasil memboyong piala bergilir.
Acara dilanjutkan dengan kunjungan ke Benteng Ford Rotterdam. Di sana kami membeli oleh-oleh untuk teman-teman sekelas berupa gantungan kunci. Pastinya, kami tak lupa berfoto-foto, mengabadikan saat-saat bersejarah ini. Kunjungan dilanjutkan dan berakhir di Kantor Sindo. Di sana kami mendapat penjelasan tentang bagaimana berita dalam koran dapat dimuat serta sistematikanya.
Malamnya merupakan malam perpisahan. Malam itu, kami sudah harus meninggalkan ramsis. Teman-teman yang lain sudah akan pulang ke daerahnya masing-masing. Sedih. Kami juga harus kembali ke rumah pak guru dan pulang pada Hari Selasa nanti. Sedih. Sedih berpisah dengan teman sekamar, Gina dan Ais. Sedih. Sedih berpisah dengan teman-teman yang lain. Sedih. Sedih berpisah dengan panitia setelah apa yang dilalui bersama. Sedih. Sedih meninggalkan ramsis yang penuh dengan kenangan. Sedih. Sedih karena tak tahu, apakah kami masih bisa bertemu dan bercanda ria lagi atau tidak. Sedih. Sedih. Sedih.
Sekitar pukul 20.00 WITA, mobil jemputan sudah datang. Kami harus pergi. Perburuan piala ke Kota Phinisi telah berakhir. Katanya, lagu pergi untuk kembali cocok menggambarkan situasi ini. “Aku hanya pergi tuk sementara, bukan tuk meninggalkanmu selamanya. Ku pasti kan kembali pada dirimu tapi kau jangan nakal, aku pasti kembali…”.
Tapi saya tidak yakin lagu itu cocok. Karena saya sendiri tidak tahu, kapan harus kembali. Selamat tinggal Makassar. PERSMA 2011 

0 comments:

Posting Komentar

 

Dhilah siBluuu Girl Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review