Sabtu, 12 Februari 2011. Itu berarti hanya tersisa 2 hari untuk mengumpulkan dana agar bisa mengikuti lomba PILOT (Perisai English Contest) di Universitas Hasanuddin, Makassar. Jika tidak, maka pupuslah harapan kami untuk dapat mengharumkan nama sekolah (SMAN 4 Kendari) dan daerah (Sulawesi Tenggara). Hanya satu harapan kami, yaitu gubernur.
Tidak gampang bertemu gubernur, harus melewati banyak prosedur. Pertama, kami harus membuat janji terlebih dahulu dengan beliau. Jadilah janji itu dibuat pada hari Sabtu, 12 Februari 2011 di Swiss Bell Hotel Kendari pukul 16.00-17.00 WITA.
Dengan masih mengenakan seragam sekolah, kami (Chitra Aryani Anwar, Darmalianti Rahim, Hikmawati Madjid, Indah Eva Yuashari Widya Astuti, Nur Fadhilah, Rasyiqah Fitriyah dan Risqah Fadilah) berangkat ke Swiss Bell Hotel Kendari. Awalnya kami ingin naik taksi saja. Tapi untuk menghemat biaya, kami memutuskan untuk naik angkutan umum saja. Akhirnya kami mengambil jalan memutar menuju SMPN 9 Kendari. Di situ, kami menunggu angkutan umum. Alhamdulillah, akhirnya ada juga yang lewat. Kami pun naik. Ternyata tidak satupun di antara kami yang mengetahui secara persis letak Swiss Bell Hotel Kendari. Akhirnya, tempat di mana seharusnya kami turun terlewati. Sudah terlalu jauh untuk kembali. Untung supirnya baik. Dia pun menunjukkan jalan di mana seharusnya kami lewat.
Dengan wajah ragu-ragu dan perasaan dag dig dug, kami turun dari angkutan umum dan melewati jalan yang sama sekali belum pernah kami injak sebelumnya. Ironisnya, di tengan jalan kami dihadang oleh seekor anjing. Risqah yang phobia anjing menjadi sangat takut dan ingin menangis. Untung ada pemuda baik hati yang bersedia menemani kami melewati anjing itu. Hampir 3 km kami berjalan menuju Swiss Bell Hotel Kendari. Lelah rasanya. Alhamdulillah, Swiss Bell Hotel Kendari sudah di depan mata. “Inilah akhir perjuangan kami”, batin saya (Nur Fadhilah). Senang rasanya. Sebelum memasuki hotel, kami bertemu dengan Kak Adin dan Kak Adit, kakak kelas kami di sekolah. Kami meminta mereka untuk mengantar kami masuk. Tapi mereka tidak bisa. Soalnya mereka harus ke suatu tempat. Akhirnya, dengan perasaan cemas dan penuh harap, kami memasuki pintu Swiss Bell Hotel Kendari. Sesampainya di dalam, kami bertemu dengan guru kami, Pak Liu. Kata Pak Liu, gubernur sudah pulang sedari tadi. Haaahh, harapan kami langsung hancur berkeping-keping. Kami sangat kecewa. Ya, salah kami juga. Seharusnya kami datang lebih cepat. Saat itu waktu menunjukkan pukul 17.00 WITA. Alhamdulillah, Pak Liu dengan berbaik hati memberikan kami uang untuk naik taksi saja ke rumah jabatan (rujab) gubernur, untuk menunggu saja di sana. Kami senang sekali. Setelah mengucapkan terima kasih, kami keluar hotel dan menelepon taksi. Sambil menunggu taksi, kami menyempatkan untuk berfoto-foto sebentar. Ketika taksi datang, sempat terjadi sebuah insiden kecil. Supir taksi awalnya tidak mau menerima kami karena jumlah kami yang terlalu banyak. Tapi dengan lihainya kami membujuk supir taksi. Akhirnya berdesak-desakkanlah kami di dalam taksi. Sesampainya di rujab, kami dihadang oleh seorang petugas Satpol PP. Kami ditanyai beberapa pertanyaan. Seperti apa tujuan kami datang ke sini dan lain-lain. Setelah menjelaskan semuanya, petugas itu pun mengarahkan kami ke suatu tempat. Di tempat itu, kami berjumpa dengan seorang petugas lagi. Dia menyuruh salah seorang dari kami untuk pergi ke pos jaga untuk mengisi buku tamu. Tiba-tiba Rasyiqah lalu menarik tangan saya untuk pergi menemaninya. Di pos jaga duduk seorang petugas. Dia juga menyanyakan kami beberapa pertanyaan. Lalu dia menyuruhku untuk mengisi buku tamu. Setelah itu, kami dipersilakan untuk menunggu di teras. Jadilah kami seperti pengungsi. Kira-kira 30 menit kami menunggu di situ, kami dipersilakan masuk ke dalam suatu ruangan. Di ruangan itu tersedia beberapa kursi. Darmalianti, Hikmawati, Risqah dan Indah duduk di kursi, sedangkan saya, Chitra dan Rasyiqah duduk di tangga. Di ruangan itu, kami ditemani oleh beberapa orang patugas. Kami kira mereka adalah petugas yang sangar. Ternyata tidak. Mereka sangat baik dan bersedia menemani kami bercerita. Kami juga bersenda gurau bersama-sama. Setelah shalat Maghrib, perut kami mulai keroncongan. Untung Chitra dan Rasyiqah bersedia untuk pergi membelikan kami makanan. Pergilah mereka ke warung di depan rujab. Lima menit kemudian, mereka kembali dengan membawa roti dan air mineral. Kami lalu makan dengan lahapnya. Ketika jam menunjukkan pukul 19.10 WITA, kami diberi tahu bahwa gubernur telah tiba di rujab. Kami pun bersiap-siap. Petugas-petugas itu lalu mengarahkan kami menuju ke ruang tamu. Sebelum sampai di sana, seorang petugas lagi-lagi menghadang kami. Dia lalu menyampaikan berita duka bagi kami. Ternyata, gubernur harus pergi ke sebuah undangan dan setelah itu akan ke Swiss Bell Hotel lagi. Jujur, kami sangat kecewa. Kami disuruh datang lagi keesokan harinya, Minggu, 13 Februari 2011 di rujab pukul 09.00 pagi WITA. Kami harus tepat waktu, karena besok gubernur akan berangkat ke Jakarta. Akhirnya, dengan keringat dan bau aneh yang masih menempel di badan, kami keluar dari gerbang rujab. Kami lalu mendiskusikan beberapa hal. Seperti pakaian apa yang akan kami kenakan besok dan pukul berapa kami datang ke sini. Akhirnya kami memutuskan untuk memakai pakaian bebas rapi dan berkumpul pukul 07.00 WITA pagi di tempat tersebut. Kami pun pulang diantar jemputan Risqah dan Rasyiqah.
Minggu, 13 Februari 2011. Pukul 07.30 WITA pagi, kami telah berkumpul di rujab. Kami pun bersama-sama masuk ke rujab. Oleh petugas jaga pintu gerbang, kami diarahkan untuk ke pos jaga. Sesampainya di sana, kami dipersilakan untuk duduk. Kami pun menunggu dan menunggu. Selama menunggu, kami bercerita dan bersenda gurau agar tidak merasa bosan. Beragam topik telah kami angkat. Selama penantian, kami sempat mengamati rusa-rusa yang bermain di halaman bawah. Sebenarnya, ingin sekali kami mengambil gambar mereka. Akan tetapi, kami dilarang keras untuk mengambil gambar.
Akhirnya, waktu yang kami nanti-nantikan tiba juga, walaupun lewat 1 jam dari waktu yang dijanjikan. Saat itu, telepon di pos jaga berdering. Seorang petugas mengangkatnya. Dari percakapan di telepon, kami mengetahui bahwa gubernur sebentar lagi akan berangkat ke Jakarta. Jantung kami berdegub kencang. Kami merasa tidak akan dipertemukan dengan gubernur. Ketika kami sudah mulai tenggelam dalam kekecewaan, tiba-tiba terdengar teriakan dari pintu utama rujab. “Anak SMA, SMA! Cepat, cepat!” Kami tersentak kaget. Petugas di pos jaga lalu menyuruh kami berlari. Dalam pelarian kami, kami bertemu dengan seorang ajudan dan berkata agar jangan lama-lama. Kami dengan bersemangat mengiyakan permintaannya. Ini dia saat yang paling kami tunggu-tunggu, bertemu dengan pak gubernur. Mulutku terkunci. Pak gubernur kini sudah di depan mata. Aku tak bisa berkata apa-apa. Alhamdulillah, ada Lia yang berani membuka pembicaraan. Gubernur lalu meminta proposal kami. Kami semakin merasa cemas ketika melihat gubernur tidak membaca proposal kami. Beliau hanya membolak-baliknya. Ternyata, beliau mencari rincian dana proposal kami. Lalu dengan cepat beliau menuju ke mobil. Kami semakin cemas saja. Kami kira, beliau akan pergi begitu saja dan meninggalkan kami. Ternyata pikiran kami salah besar. Beliau meminta pulpen kepada ajudannya dan menuliskan beberapa kata serta menandatangani proposal kami. Lalu beliau berkata kepada ajudannya, Pak Yori, agar mengurus kami dengan baik. “Berikan mereka 10jt dan harus bisa diambil hari Senin,” katanya kepada ajudannya. Lalu gubernur mengembalikan proposal kami sambil berkata, “Perlihatkan ini pada biro keuangan di kantor besok.” Kami mengucapkan terima kasih, lalu beliau masuk ke dalam mobil.
Subhanallah, Allahu Akbar, kami sungguh tidak percaya dengan apa yang baru saja kami lihat dan dengar. Perlahan-lahan, air mata kami mulai menetes satu-persatu. Kami menangis bahagia. Pak gubernur baik sekali. Kami sangat senang. Kami jadi ke Makassar. Usaha kami tidak sia-sia. Kami akan berusaha sebaik mungkin. Kami akan melakukan yang terbaik. Kami berjani tidak akan mengecewakan sekolah dan daerah. Kami berjanji!
Terima kasih pak gubernur
::Leave 'Words' For Me::
::Followers::
Minggu, 13 Februari 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 comments:
Posting Komentar