Innalillah! Gempa berkekuatan 6,0 SR mengguncang Kota Kendari dan sekitanya sekitar pukul 07.06 WITA, dengan kedalaman 18 km. Saat itu, saya sedang mengikuti upacara bendera di sekolah tercinta, SMAN 4 Kendari. Ketika guru-guru dan OSIS sibuk mengatur barisan dan mempersiapkan upacara, tiba-tiba saya merasa pusing. Sangat pusing. Saya spontan memegang tangan teman saya, Grace Hanna Christian. Saya mengira saya akan pingsan. Padahal saya sudah sarapan pagi harinya.
Lalu, terdengar teriakan serempak dari teman-teman yang lain. “Gempa! Gempa!” Bumi masih saja bergoyang ke kiri dan ke kanan. Saat itu saya baru sadar kalau terjadi gempa. Gempa terasa begitu keras. Seumur hidup, saya belum pernah merasakan gempa sekeras dan selama itu. Kejadiannya cukup lama. Kemudian disusul oleh gempa kecil berikutnya. Tak sedikit dari teman-teman saya yang menitikkan air mata. Saya hanya bisa beristighfar.
Ketika suasana sudah mulai tenang. Maka upacara dilanjutkan. Kami lalu mengikuti upacara dengan khidmat. Kami kira gempa tadi hanyalah sebuah gempa yang numpang lewat (istilahnya^^). Tapi ternyata tidak. Masih ada gempa yang lebih hebat lagi.
Tibalah saatnya mengheningkan cipta. Karena sedang hening-heningnya, maka suara bergemuruh yang begitu dahsyat terdengar sangat jelas. Bumi serasa dihentakkan ke bawah. Kaget. Terdengar teriakan kembali. Suara tangisan. Hatiku gemetar. Teringat orang tua di rumah. Teringat Allah dan seluruh dosa-dosaku.
Aku terduduk. Mulai terdengar lebih banyak suara tangisan. Cahyaniza, Kiki Iqrayanti dan teman-teman lain menampakkan mata merah. Orang-orang berlarian ke sana-sini. Upacara kacau. Bahkan guru-guru pun turun dari podium menuju ke lapangan. Suasana panik.
Saya dan beberapa orang teman saya, lebih memilih untuk tetap tinggal di tengah lapangan. Padahal saat itu sedang turun hujan, walaupun rintik-rintik. Tapi kami tidak peduli. Teman-teman yang lain sudah kembali ke kelas. Kepala sekolah lalu menghimbau agar siswa tidak masuk ke kelas. Tiba-tiba, terjadi gempa susulan lagi, walaupun lebih kecil. Saya cukup merasakannya karena sedang duduk di lapangan. Tapi gempa ini hanya berlangsung sementara.
Kepala sekolah pun kembali mengumumkan bahwa siswa boleh kembali ke kelas, dengan syarat apabila terjadi gempa susulan, maka kami harus menuju ke lapangan. Saya dan teman-teman pun menuju ke kelas. Harap-harap cemas agar tidak terjadi gempa lagi.
Suasana panik sudah berkurang. Tapi, tersiar berita lagi kalau akan terjadi tsunami dan gempa susulan pada pukul 10.00 WITA. Kami pun kembali panik. Dewi Sundari, temanku, juga mulai menangis.
Lalu pada pukul 09.00 WITA, Pak Mangalisu datang ke kelas menyampaikan agar kami pulang saja. Rasanya sudah sangat tidak efektif tetap mengadakan proses belajar mengajar di tengah kepanikan. Kami pun memutuskan untuk pulang.
Sesampainya di rumah, saya dan keluarga lalu menyalakan televisi dan mencari channel Kendari TV. Alhamdulillah, menurut Badan Mitigasi Gempa dan Bencana Alam Kota Kendari, tidak terdapat potensi terjadinya tsunami dan menghimbau agar masyarakat Kota Kendari tetap tenang.
Alhamdulillah, sampai berita ini diposting, sudah tidak terjadi gempa susulan lagi. Insya Allah, sudah tidak terjadi lagi. Mohon doanya!!
::Leave 'Words' For Me::
::Followers::
Senin, 25 April 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 comments:
Posting Komentar