Kamis, 03 Mei 2012

HELLO TO MY JI EUN [PART 1]

Posted by Nur Fadhilah at 7:33:00 AM

Author : Nur Fadhilah
Genre : Romance, friendship, comedy (a little bit)
Rating : PG-13
Length : Multi-chapter
Casts : Lee Ji Eun (IU), Lee Taemin (SHINee), Kim Jonghyun (SHINee), Song Jieun (Secret) Hyorin (Sistar), Sandara Park (2NE1)
Other casts : You can find it by yourselves
Disclaimer : The story just a fiction, because this is a fanfiction. The story is my own but the casts aren’t. I hope you like it. Happy reading :)


Baca PROLOG dulu, ne...


Tok tok tok…

“Ne, masuk!”

“Ya, Ji Eun… apa kau sibuk?”

“Lumayan. Kenapa?"

“Tolong bantu aku mengaransemen lagu ini. Aku sudah janji pada Jonghyun Songsaengnim untuk mengumpulnya minggu depan. Aku benar-benar bingung, lagu ini harus diapakan. Otakku lagi blank…”

“Hah, kau ini! Kita sudah hampir 4 tahun di universitas, masa mengaransemen lagu saja kau masih bunging?”

“Sudahlah, Ji Eun. Kumohon… bantu aku, ne, ne??”

“Huft, gure. Masuk!”

*****

Rumah keluarga Lee

“Sudah sampai, tuan muda!”

“Tidak banyak yang berubah dengan lingkungan ini semenjak kepergianku 3 tahun yang lalu.”

“Memang tidak banyak. Hanya saja di sebelah sana telah dibangun apartemen khusus yeoja 2 tahun yang lalu,” kata Dongyeop Songsaengnim seraya menunjuk sebuah bangunan tingkat 3 tidak jauh dari rumah keluarga Lee.

“Oh…”

Setelah mobil Lamborghini Urus SUV merah keluaran terbaru itu berhenti di depan beranda rumah keluarga Lee yang bergaya khas Eropa, namja itu pun turun dari mobil dan langsung memeluk ommoni dan abojinya yang telah menunggu di beranda rumah.

“Aigoo, Taemin-ah. Anak kesayangan ommoni. Ommoni sangat merindukanmu.”

“Ya, jangan terlalu lama memeluknya. Aku juga sudah rindu dengannya.”

“Ya! Aku lebih rindu kepadanya dibanding kau. Kau tidak pernah mengizinkan aku untuk pergi menjenguk Taemin di selama di kuliah London. Kau sudah sering bertemu dengannya jika kau ada pertemuan perusahaan di sana.”

“Ommoni, Aboji… kalian jangan bertengkar! Aku merindukan kalian berdua!” kata Taemin sambil memeluk kedua orang tuanya itu. “Kajja, kita masuk! Ommoni pasti sudah memasak untukku, kan? Aku sudah sangat lapar.”

“Tentu saja. Kau pasti merindukan masakan ommoni!”

*****

Keesokan harinya

“Ya, ya! Ada gosip baru. Kalian harus mendengar yang satu ini!” Teriak seorang yeoja yang sukses membuat yeoja-yeoja yang saat itu sedang belajar di kamar Lee Ji Eun.

“Aigooya, ada apa? Kau membuat kami takut dengan teriakanmu,” sergah Song Jieun.

“Hahaha, mianhae. Aku terlalu bersemangat.”

“Memangnya ada apa, Dara-ah?” tanya Hyorin penasaran.

“Kalian masih ingat kan cerita tentang keluarga Lee yang mempunyai seorang anak yang kuliah di London?”

“Maksudmu, keluarga Lee yang rumahnya di sebelah sana?” tanya Hyorin sambil menunjuk asal.

“Gure. Rumah bergaya Eropa di seberang jalan itu…” jelas Song.

“Ada apa sih? Cepat ceritakan! Kau mengganggu waktu belajar kami,” kata Ji Eun yang sedari tadi diam.

“Mian, mian! Aku dengar-dengar, anaknya itu sudah pulang kemarin. Dan yang lebih mengejutkan lagi, katanya, dia itu namja tampan.”

“Hah? Benarkah?” ucap Song dan Hyorin bersamaan.

“Cih, gosip begitu saja kau besar-besarkan. Memangnya kau dengar dari mana?” tanya Ji Eun yang tampak tidak tertarik dengan gosip tersebut.

“Ya! Sudah berapa lama kalian mengenal diriku? Baru kemarin kah? Hahaha… Jangan pernah panggil aku Sandara Park, kalau aku tidak tahu mengenai gosip terbaru di negeri ini, hahaha….”

“Ya, lalu kami harus memanggilmu apa? Sandara Park memang namamu!” tantang Ji Eun.

“Oh, gure. Kau benar, aku lupa. Hahaha…”

“Huh, pabo!!” cibir ketiga temannya.

*****

Sore itu Taemin sedang berdiri di balkon kamarnya ketika seseorang mengetuk kamarnya. Taemin berbalik kaget. Nyonya Lee masuk ke kamar Taemin.

“Hah, ommoni membuatku kaget.”

“Haha, mianhae. Apa yang sedang kau lakukan?” tanya Nyonya Lee sambil berjalan menuju balkon kamar Taemin.

“Oh, aniyo. Hanya melihat pemandangan sore.”

“Ohh…”

“Oh ya, ommoni. Aku sedikit penasaran dengan apartemen yang di seberang jalan itu. Siapa pemiliknya?”

“Oh, apartemen itu. Itu dibangun 2 tahun yang lalu. Hanya terkhusus untuk yeoja. Yeoja-yeoja yang tinggal di sana rata-rata masih kuliah. Mereka baik dan sopan. Ommoni tidak pernah melihat ada teman lelaki yang berkunjung hingga larut. Pemiliknya adalah Nyonya Park Bom. Ada apa memangnya? Apakah ada seorang yeoja yang menarik perhatianmu?”

“Hah? Apa? Andwe, ommoni. Aku hanya bertanya. Oh ya, apa ada yang ommoni ingin bicarakan denganku?”

“Bukan ommoni, tapi abojimu. Dia ingin membicarakan masalah perusahaan. Temuilah aboji di ruang tengah!”

“Oh, ne ommoni. Kajja!”

Taemin pun menggandengan tangan ommoninya ke ruang tengah.

“Taemin-ah, duduklah di samping aboji!”

“Ne, aboji. Ada apa?”

“Taemin-ah, kau adalah anak aboji dan ommoni satu-satunya. Kini, kau juga telah lulus dan meraih predikat terbaik di universitasmu. Kau pun sudah cukup umur. Sekarang, tolong bantulah aboji di perusahaan. Agar kelak, kau dapat menggantikan posisi aboji di perusahaan. Apa kau bersedia?”

“Tentu saja, aboji. Bukankah sejak kecil aku memang sudah dipersiapkan untuk menggantikan aboji kelak?”

“Haha, Taemin-ah. Kau memang sudah dewasa sekarang,” tutur Tuan Lee disambut tawa hangat Nyonya Lee dan Taemin.

*****

“Hah, jinjja! Tega-teganya mereka meninggalkanku. Sahabat macam apa mereka? Mengetuk pintu untuk membangunkanku saja tidak. Hah, jinjja, jinjja, jinjja!!”

Ji Eun terlihat sangat kesal dan mengumpat berkali-kali dalam perjalanannya menuju universitasya, Seoul National University. Untung saja, letak universitasnya hanya memakan waktu 15 menit jika ditempuh dengan berjalan kaki dari apartemennya. Universitasnya berada di seberang jalan. Berarti dia harus menyeberang. Sangat banyak pejalan kaki yang hendak menyeberang saat itu. Sampai-sampai mereka harus berdesak-desakan menunggu lampu hijau menyala tanda boleh menyeberang. Ji Eun pun bergabung di tengah kerumunan manusia tersebut. Mereka semua terlihat sama terburu-burunya dengan Ji Eun. Ketika lampu hijau menyala, maka Ji Eun pun berlari di antara hiruk-pikuk pejalan kaki yang menyeberang dari arah yang berlawanan. Ji Eun melirik jam tangannya.

“Omo! 5 menit lagi kelas dimulai. Jonghyun Songsaengnim pasti tidak membolehkanku masuk karena terlambat.”

BUK!

Ji Eun menabrak seorang namja. Namja itu sangat kasar dan langsung membentak Ji Eun.

“Ya! Hati-hati kalau jalan!”

“Jwesonghamnida!” kata Ji Eun sembari membungkukkan badan. Dia lalu berjongkok merapikan kertas-kertas lagunya yang berserakan. Tidak jarang, ada pejalan kaki yang mengomeli Ji Eun jarena dianggap menghalangi jalan mereka.

“Jwesonghamnida, jwesonghamnida…” berkali-kali kata itu terucap dari mulut Ji Eun jika terdapat pejalan kaki yang mengomel pada dirinya.

Tak terasa, suasana zebra cross mulai sepi, pertanda sebentar lagi nyala lampu hijau akan digantikan dengan warna merah. Tapi, Ji Eun masih berjongkok merapikan kerta-kertas lagunya yang berserakan bahka terbang ke mana-mana.

“Hah, selesai juga, huft…”

Ji Eun merasa lega karena telah berhasil mengumpulkan kertas-kertasnya. Ia lalu berdiri tanpa menyadari ada mobil yang melaju ke arahnya.

TIN TIIIINN!!!!

“AAAAAAAAAAAAAA!!!!!!!”

BRUK!

Mobil Honda CRZ putih tiba-tiba berhenti ketika seorang namja yang mengendarainya mengerem secara mendadak.

“Omo!” ucap Taemin kaget.

Ji Eun masih berdiri mematung seakan syok dengan kejadian yang hampir merenggut nyawanya itu. Kerta-kertas lagu yang dengan susah payah ia kumpulkan, kini terjatuh lagi, berserakan di jalan bahkan ada beberapa yang terbang mengikuti arah angin.

“Hah, hah!” Ji Eun hanya bisa melongo, kaget.

Setelah memarkir mobil di pinggir jalan, Taemin segera turun dari mobilnya. Segera, ia memeriksa bumper depan mobil yang baru dibelikan abojinya itu.

“Syukurlah, tidak lecet.”

Taemin lalu berbalik kea rah yeoja yang hampir ditabraknya itu. Terlihat yeoja itu masih berdiri mematung.

“Gwenchana? Jwesonghamnida! Aku benar-benar tidak melihatmu. Tadi kau langsung muncul begitu saja dan membuatku kaget.”

“G, gwe, gwenchana… hah, hah…” jawab Ji Eun yang masih syok.

“Jwesonghamnida! Emm, kertas-kertasmu, mau aku bantu memberieskannya?” tawar Taemin.

“Ha? Kertas? Omo! Tugas-tugasku!” ucap Ji Eun yang baru saja tersadar sambil menutup mulutnya dengan kedua tangannya. Ia pun langsung berjongkok dan memberieskan kembali kertas-kertasnya.

Melihat hal tersebut, Taemin langsung membantu Ji Eun danberjongkok di depannya.

“Omo! Oh, tidak!”

Ji Eun lalu berdiri dan mengejar beberapa kertasnya yang terbang tertiup angin. Ia kini sudah tidak peduli lagi dengan klakson kendaraan karena hampir menabraknya. Melihat hal itu, Taemin buru-buru memberieskan kertas-kertas yang ada di hadapannya. Ia lalu berlari kecil mengejar Ji Eun.

“Jwesonghamnida, jwesonghamnida!” katanya sembari membungkukkan badannya kepada beberapa pengendara yang terpaksa menghentikan kendaraannya karena ulah Ji Eun.

Taemin lalu menarik tangan Ji Eun. Ji Eun yang kaget karena tangannya ditarik, langsung berlari kecil mengikuti langkah Taemin yang lebar.

“Ya! Kau mau mati, berlarian seperti itu di tengah jalan?” ucap Taemin sedikit berteriak.

“Ha? Jwesonghamnida… Tapi, kertas-kertasku???” ucap Ji Eun sedih memandangi beberapa kertasnya yang kini terbang menjauh meninggalkan dirinya. “Ya! Kenapa jadi aku yang minta maaf? Seharusnya kau bertanggungjawab atas apa yang terjadi padaku,” ucap Ji Eun marah setelah menyadari apa yang terjadi.

Taemin yang merasa bersalah mengingat sebagian dari kejadian ini adalah salahnya pun meminta maaf. “Gure, jwesonghamnida! Aku juga tidak hati-hati menyetir mobil sampai hampir menabrakmu. Tapi aku sudah bertanggung jawab dengan mewakilkanmu meminta maaf kepada pengendara-pengendara yang dibuat marah olehmu tadi.”

“Begitukah? Gure. Tapi tetap saja, kau tidak bisa mengembalikan kertas-kertasku. Padahal lagu-lagu itu sudah susah payah kuaransemen sebagai… Omo! Jam berapa ini?” kata Ji Eun sambil melirik jam tangannya. Jam 09.15.

“Aigoo!!!” kata Ji Eun melemas.

“Ada apa?” tanya Taemin penasaran.

“Aku terlambat masuk kelas. Jonghyun Songsaengnim tidak akan membiarkan siswa terlambat memasuki kelasnya. Aigoo!! Pabo, pabo!” sesal Ji Eun sambil memukul-mukul kepalanya.

”Kau masih kuliah?”

“Menurutmu??! Ini semua gara-gara kau. Aish, jinjja!!”

“Ya! Aku kan sudah meminta maaf. Lagi pula tidak semua dari kejadian ini adalah murni kesalahanku. Kau juga salah.”
“Aish, sudahlah. Tak perlu berdebat. Aku mau ke kampus.”

“Chankamman! Biar kuantar!”

“Shiro. Kampusku sudah dekat. Kamsahamnida karena telah meminta maaf kepada para pengendara tadi atas namaku.” kata Ji Eun sambil berlalu.

“Ta, tapi…” Taemin mencoba menahan lagi yeoja itu, tapi yeoja itu sudah berlari menjauh.

“Hmm..” tersungging senyum tipis di wajah namja itu. “Aku belum menanyakan namanya.”

Taemin melirik jam tangannya.

“Omo! Aboji! Aku terlambat.”

*****

“Awas kalian! Tunggu saja sampai Jonghyun Songsaengnim keluar dari kelas. Kalau bertemu kalian, akan kuremuk-remuk tulang kalian dan kucincang-cincang tubuh kalian. Sungguh sahabat-sahabat tega, tidak berperasaan, meninggalkanku, tidak membangunkanku. Hhhhh!!” ucap Ji Eun kesal sambil meremas-remas tangannya.

Tidak lama kemudian, terlihat Jonghyun Songsaengnim keluar dari kelas. Lalu berjalan ke arah Ji Eun yang sedang bersembunyi di balik tembok. Melihatnya, Ji Eun merapatkan diri ke tembok agar tidak terlihat oleh Jonghyun Songsaengnim. Berhasil. Jonghyun Songsaengnim tidak melihatnya. Ji Eun kembali mengintip dari balik tembok. Terlihat Hyorin, Song, dan Dara berjalan beriringan keluar dari kelas.

“Itu mereka! Awas saja!”

Ji Eun lalu berjalan cepat mengejar ketiga sahabatnya itu.

“Ya! Hyorin, Song, Dara!! Mau kabur ke mana kalian???!”

Hyorin, Song, dan Dara berhenti berjalan. Mereka diam mematung. Ada sedikit ketakutan mendengar suara marah Ji Eun. Perlahan, mereka membalikkan badan mereka ke asal suara.

“Eh, Ji Eun-ah. Annyeong!! Hehe…” terdengar tawa garing mereka menyusul ketakutan luar bisaa melihat wajah marah Ji Eun. Mereka tahu, Ji Eun sangat susah dibujuk jika sudah marah. Padahal mereka selalu bergantung pada Ji Eun. Selain berasal dari keluarga kaya, Ji eun termasuk mahasiswa cerdas di kampus mereka. Dia juga sering membantu mereka mengerjakan tugas. Khususnya, tugas mengaransemen lagu. Kalau sudah menyangkut masalah itu, Lee Ji Eun lah ahlinya.

“Ya! Gara-gara kalian, aku tidak mengikuti kelas Jonghyun Songsaengnim karena terlambat. Tertinggal bus, sehingga harus berjalan kaki ke kampus. Tugas-tugasku hilang diterbangkan angin. Ditambah lagi, aku tadi hampir mati ditabrak mobil seorang namja.” Ucap Ji Eun marah. Ji Eun kalau marah, pasti bicaranya secepat kereta api.

“Mwo? Ditabrak?” ucap ketiga sahabatnya bersamaan.

“Apa kau terluka?”

“Mana yang sakit?”

“Namjanya tampan tidak?”

“Heh? Dara!!!!!!!!!!” ucap Ji Eun, Hyorin, dan Song hampir bersamaan.

“Jadi, namja itu lebih penting daripada aku?” tanya Ji Eun semakin kesal.

“Oops, mianhae. Hehe… Tentulah Ji Eunku yang paling penting di dunia ini.”

“Hahaha, sudahlah. Tidak ada gunanya marah dengan kalian. Ke kantin, yuk! Aku lapar.”

“Eh, tumben.”

“Mau tidak?” Tanya Ji Eun memperjelas.

“Mauu!!”

*****

Tok, tok…

“Masuk!”

Seorang sekretaris memasuki ruangan, lalu membisikkan sesuatu pada Tuan Lee.

“Oh, suruh dia masuk!” perintah Tuan Lee.

“Ne, Songsaengnim.”

Sekretaris itu lalu keluar dari ruangan tersebut, lalu mempersilakan seorang namja memasuki ruangan.

“Kamsahamnida!” ucap Taemin setengah membungkuk.

“Ne…” balas sekretaris Tuan Lee.

Tok, tok…

“Ne, masuklah!”

Taemin lalu memasuki ruangan tersebut dan menutup pintu. Kemudian ia berbalik dan membungkuk memberi hormat pada abojinya dan rekan-rekan meetingnya.

“Ee, perkenalkan! Dia adalah anakku. Dia baru saja pulang dari kuliahnya di London. Dia berhasil meraih lulusan terbaik dengan nilai yang sangat memuaskan. Mulai hari ini dan seterusnya, dia akan selalu datang ke perusahaan ini untuk membantu. Nah, perkenalkan dirimu!” suruh Tuan Lee pada Taemin.

“Annyeong haseyo!” Taemin kembali membungkukkan setengah badannya. “Sebelumnya saya memohon maaf atas keterlambatan saya. Berhubung saya menemui sedikit masalah di jalan. Chonun Lee Taemin-imnida. Saya lulusan London School of Business and Management. Mohon kerjasamanya.” Kembali Taemin membungkukkan badannya, disambut tepuk tangan para peserta meeting.

*****

“Ya, Ji Eun-ah! Kenapa jalanmu cepat sekali? Tunggu dong!” teriak Hyorin.

“Ya, kau marah ya?” susul Song.

“Iya, aku marah,” jawab Ji Eun ketus.

“Kenapa baru marah sekarang? Padahal kemarin kau baik-baik saja. Malah kau mentraktir kami makan di kantin. Dasar aneh!” ucap Dara menimpali perkataan teman-temannya.

“Aku juga mau kalian merasakan penderitaan yang aku alami kemarin. Puas??” teriak Ji Eun sambil berbalik menghadap teman-temannya.

TIIINNNNNN…

“AAAAAAA!!!”

BRUK!

“Ji Eun-ah…!!!!!” seru ketiga sahabat Ji Eun bersamaan.

Mendengar suara tabrakan, di pengemudi mobil langsung mengerem mobilnya dan segera turun untuk memastikan apa yang ditabraknya. Apakah seorang manusia? Karena sempat terdengar jeritan seorang yeoja tadi.

Namja itu berlari kecil menuju belakang mobilnya. Ternyata benar. Ia menabrak seorang yeoja.

“Ji Eun!!” teriak ketiga sahabatnya seraya menghampiri Ji Eun yang jatuh terduduk.

“Gwenchana yo?” tanya Hyorin sambil memeriksa tubuh Ji Eun kalau-kalau ada yang lecet atau terluka. Ternyata tangan kirin Ji Eun lecet.

“Ya! Kau ini, kalau menyetir ha…ti-hati…” suara Dara menciut setelah melihat namja yang berdiri di depannya. Wajahnya yang semula memerah karena marah, tiba-tiba berubah menjadi warna pink merona. Ia yang semula ingin berteriak pada orang yang telah menabrak sahabatnya, berubah menjadi senyum mengembang di wajahnya setelah melihat wajah tampan namja itu.

“Dara-ah… apa yang kau lakukan? Kenapa tak jadi memarahi namja itu?” bisik Hyorin di telingan kanan Dara.

“Ah, sudahlah. Dara lemah terhadap namja tampan. Biar aku yang melakukannya,” timpal Song seraya berdiri di samping kiri Dara. “Ya! Jangan mentang-mentang kau punya mobil bagus, lalu seenaknya menabrak Ji Eun, sahabat kami!”

“Jwe, jwesonghamnida. Jeongmal, aku tadi tidak melihat siapapun di belakang mobilku. Aku sudah memperhatikan kaca spionku. Tapi tiba-tiba yeoja itu muncul dan aku sama sekali tidak menyangka hal ini akan terjadi. Sekali lagi, jwesonghamnida!” sesal Taemin sambil membungkuk. Dalam dua hari ini, dia sukses membuat nyawa orang lain hampir melayang. “Apa dia baik-baik saja? Apa perlu dibawa ke rumah sakit? Aku sepenuhnya akan bertanggungjawab atas biaya rumah sakit.”

“Aku, aku sepertinya mengenal suara ini. Tapi siapa?” batin Ji Eun. Secepatnya, ia mengangkat wajahnya dan melihat siapa namja yang telah berani menabraknya.

“Eh? Kau namja yang kemarin!” menunjuk Taemin.

“Heh? Kau yeoja yang kemarin!” menunjuk Ji Eun.

Ucap mereka setelah saling berpandangan satu sama lain.

Ji Eun lalu berdiri. “Ya! Kau sudah dua kali hampir membunuhku dengan cara yang sama,” cercah Ji Eun yang sudah melupakan tangan kirinya yang lecet karena tertindih tubuhnya sewaktu jatuh.

“Sudahlah, Ji Eun. Dia kan sudah meminta maaf. Apa kau tak melihat raut wajahnya yang penuh penyesalan? Maafkan saja!!” nasihat Hyorin.

“Ya sudah. Kajja. Kalau tidak cepat, kita bisa ketinggalan bus. Aku tak mau berjalan kaki, karena siapa tahu akan ditabrak oleh namja ini lagi. Untung Tuhan masih menyayangiku. Kalau tertabrak untuk yang ketiga kalinya, aku pasti sudah mati. Hah, hah!” ucap Ji Eun sambil terengah-engah dengan air muka yang memerah. Sementara Taemin bingung harus berbuat apa, karena dikeroyok oleh keempat yeoja ini.

Keempat sahabat itu pun berlalu. Dara harus ditarik-tarik oleh Song karena pandangan matanya tak mau lepas dari namja itu.
“Chamkamman! Biar kuantar. Kalian mungkin akan ketinggalan bus,” tahan Taemin.

“Benarkah kau akan mengantar kami?” tanya Dara centil.

“Mwo? Shiro!” kata Ji eun sambil melemparkan pandangan marahnya pada Taemin.

“Aigoo! Ji Eun-ah, kita akan ketinggalan bus. Lagi pula pagi ini adalah kelas Jonghyun Songsaengnim lagi. Jika kita terlambat, otte?” rajuk Dara.

“Biar saja kita terlamabat. Biar kalian juga merasakan apa yang aku rasakan kemarin. Kajja! Kalau kita terus di sini, kita benar-benar akan ketinggalan bus,” kata Ji Eun sambil menarik tangan Hyorin di tangan kanannya dan Song di tangan kirinya.

“Ya! Tunggu aku!” teriak Dara sambil mengejar ketiga sahabatnya. “Daah, tampan! Sampai jumpa di lain waktu! Mmuaahhh!!” taeriak Darah pada Taemin dan melemparkan ciuman genitnya. Taemin menjadi geli dibuatnya. Taemin hanya memandang kepergian keempat yeoja itu. “Jadi, namanya Ji Eun...” Tiba-tiba, ia berlari kecil dan masuk ke mobilnya lalu menancap gas mengambil jalan memutar.

*****

“Hah, jam berapa ini? Kita benar-benar akan terlambat!” gerutu Dara. “Seharusnya kita menerima saja tawaran namja tadi.”

“Kalau begitu, kau kembali saja sana dan menumpang di mobilnya! Biar kami menunggu bus di sini.” kata Ji Eun kesal.

“Ya, sudahlah! Kalian tidak perlu bertengkar hanya gara-gara seorang namja,” nasihat Hyorin. Hyorin memang paling bijak di antara sahabat-sahabatnya.

Ji Eun dan Dara hanya memajukan bibir mereka tanda kesal dengan nasihat Hyorin.

TIN, TIINN…

Seorang namja turun dari mobilnya.

“Apa bus kalian sudah datang?” tanyanya sambil tersenyum. “Kalau belum, tawaranku yang tadi masih berlaku. Itu pun jika teman kalian, Ji Eun-ssi, tidak keberatan.”

~To be continued~


Word’s List:
1. Ya : hei! (bukan kata sapaan)
2. Gure : baiklah
3. Kajja : ayo!
4. Pabo : bodoh
5. Aniyo, andwe : tidak
6. Jinjja : sungguh, benar-benar
7. Omo : astaga
8. Jwesonghamnida : maaf (formal)
9. Gwenchana : aku baik-baik saja
10. Jamkanman : tunggu sebentar
11. Mwo? : apa?
12. Kamsahamnida : terima kasih (formal)
13. Chonun …-imnida : perkenalan diri (formal)
14. Shiro : tidak mau, tidak usah


Next TEASER:
“Apa maksud omma aku akan dijodohkan?”

“Ya Tuhan, mana mungkin dia yang akan bertunangan denganku? Dia, dia, dia kan…”



Author’s NOTE:
Hai, hai! FF ini adalah FF pertamaku. Lantaran terlalu sering baca FF, jadi terbesit niat untuk membuat FF sendiri. Akhirnya, niat itu terlaksana juga ^^
Awalnya, FF ini mau saya publish di salah satu blog khusus FF tempat saya sering baca FF. Tapi persyaratannya kok rumit ya? Salah satunya, harus punya akun twitter. Saya sih pernah punya, tapi ID dan passwordnya lupa. Malah saya nggak tau cara menggunakannya. Ckckck… (lho, kok jadi curhat ya??)
FF ini, lebih didominasi dialog antartokoh. Saya sengaja membuatnya demikian, agar tampak unik saja. Tidak ada alasan lain. Karena mungkin selama ini, semua FF yang telah saya baca lebih didominasi ke pendeskripsian. Saya ingin bisa mendeskripsikan segala sesuatunya lebih lewat dialog antartokoh. Tapi ini tergantung penilaian pembaca. Semoga dapat feelnya, yah! Kalau nggak suka maupun yang suka, comment saja di bawah. Insya Allah saya menerima dengan lapang dada.
Saya maklumi, kalau mungkin nanti pembaca FF ini agak kurang, karena ini baru pertama kalinya. Lagi pula saya bikin blog nggak pernah ada niat mau publish FF. Banyak atau sedikit comment yang masuk, saya akan tetap melanjutkan FF ini hingga tamat. Soalnya benar-benar ingin membuat FF sendiri. Oh ya, jadi lupa, I’m a shawol, but not a fanatic one.
Karena saya baru di dunia per-fanfic-an, so please drop your comment! Mau pendapat, kritik, saran, atau hanya sekadar comment iseng boleh saja, asal menggunakan bahasa yang sopan serta ejaan yang disempurnakam. Hehe… ^lol^

:: Setiap comment akan saya baca dengan ketelitian 0,01 mm dan Insya Allah akan saya balas ::

4 comments:

Arhie Ashari mengatakan...

Kenapa sekarang orang Indonesia suka bikin cerita berlatar korea... Oh io dil.. kalau mau bikin buku. bisa http://www.volpen.com/aboutus dsitu bisa bikin buku secara percapter. kalau sudah jadi bukunya dijual d toko buku online. terus dapet duit .. hehe

Nur Fadhilah mengatakan...

Klo sy memang awalnya nda ada niat. Hanya karena akhir2 ini tdk ada pekerjaan di rmh, jd sering baca fanfic. Nah, trs sy tertarik ingin mencoba membuat. Sedikit tertantang sih. Soalnya, gimana menyususn kata2 shg bs membuat pembaca merasa gregetan. Apalagi kalau genre romance.
Bikin buku blh jg? Tp bkn cerita kayak gini. Ini mah cuma buat seru2an aja. Rencananya nnt sih, Insya Allah. Tq komen & infonya yah. Sy coba buka...

chanji yoo mengatakan...

annyeong.. Aku chacha . Hmm.. Kebetulan nih pas searching FF tentang IU, eh nemu ini FF. FF-nya keren, tapi kasian bgt si IU-nya hampir ketabrak mulu, kayanya stiap pagi hidupnya menantang kematian. Hehehe #lebay
I like it ^^

Nur Fadhilah mengatakan...

Hahaha...
Alurnya memang sengaja dibuat demikian supaya gimanaa gitu :)
Btw, tq sdbaca & komen..

Posting Komentar

 

Dhilah siBluuu Girl Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review