Sabtu, 26 Mei 2012. Inilah hari yang paling ditunggu-tunggu siswa kelas XII semester akhir se-jagad raya. Hari pengumuman kelulusan. Hari inilah di mana hasil dari belajar selama ± 3 tahun, try out berjuta-juta kali, ujian praktik, Ujian Akhir Sekolah (UAS), dan Ujian Akhir Nasional (UAN) diumumkan. Dengar-dengar sih, katanya SMAN 1 dan SMAN 4 Kendari persentase kelulusannya 100%. Aamiiin…
Pagi ini, kami berkumpul di lapangan upacara SMAN 4 Kendari untuk menanti hasil tersebut. Perlu diketahui bersama, pengumuman kelulusan tahun ini berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Kalau pada tahun sebelumnya SMAN 4 Kendari mengumumkan kelulusan siswanya melalui koran, tahun ini diumumkan melalui surat yang diberikan kepada masing-masing siswa. Supaya rasanya lebih gimanaaaa gitu ^^
Kamera, siap. Jeprat, jepret. Nah, itu dia wali kelas XII Olimpiade, Pak Hartono tersayang, tercinta, terbaik, dan ter- ter- lainnya deh (lebay). Dia datang menghampiri barisan kami dengan membawa 39 pucuk surat di tangannya (saya yakin jumlahnya 39 karena jumlah siswa di kelas kami sebayak 39 orang).
Tapi sebelumnya… eh, apa-apaan ini? Tiba-tiba Pak Liu datang dan menyuruh kami melepaskan tas kami dan dikumpulkan di depan barisan. Ternyata ada sweeping piloks mendadak. Oh my God, di akhir kami bersekolah di sini pun masih sempat-sempatnya disweeping?? Berhubung karena hari pelulusan, otomatis banyak siswa yang membawa piloks untuk corat-coret baju. Saya pun sebenarnya membawa spidol. Hehe…
Tapi ternyata apa yang kami takutkan tidak terjadi. TIba-tiba, kepala sekolah kami yang baik hati dan tidak sombong, Pak Tryanto, mengumumkan bahwa kami boleh mengekspresikan kesenangan kami (maksudnya boleh corat-coret baju dalam pengertian kami) dengan syarat tidak boleh keluar dari lingkungan sekolah. Sontak suara “horeeee!!!” terdengar menggema di lapangan upacara SMAN 4 Kendari.
Okay, back to Mr. Hartono. Setelah memberikan beberapa wejangan dan senyum-senyum khasnya yang bikin klepek-klepek (peace v), beliau pun akhirnya membagikan surat yang sejak tadi dipegangnya kepada kami dengan memanggil nama sesuai urutan nomor ujian. Mulai dari 001-039.
Tapi, hal yang ganjil terjadi. Surat dengan nomor 021 tak ada. Jadi setelah nomor 020 yang ada adalah nomor 022. Pemilik nomor 021, Kiki Iqrayanti, mulai merasa was-was dan gelisah. Dia pun menanyakan kepada pak guru kenapa suratnya tidak ada. Pak guru hanya menjawab, “Mungkin di tercecer di bagian belakang. Tunggu saja!”
Deg. Nomor ujianku sudah dekat tuh. 027, 028, 029, 031, 032. Eh? 030 kok tidak ada. Saya pun juga bertanya pada pak guru. Jawabannya sama dengan jawaban yang diberikan pada Kiki. Saya pun dengan tenang menunggu hingga surat 039 selesai dibagikan. Tapi kok tetap tidak ada. Surat dengan nomor 021 dan 030 memang tidak ada, hilang, tercecer, atau… tidak lulus?
Kiki pun mulai menitikkan air mata. Tapi saya masih tegar dan menuduh pak guru menyembunyikan surat kami. Tapi pak guru mengelak. Dia pun bertanya pada wali kelas XII CIBI. Katanya, kalau tidak ada surat berarti tidak lulus. Deg. Saya masih tenang. Belum menangis. Sementara Kiki sudah bercucuran air matanya. Pak Hartono pun menyuruh kami berdua menghadap ke Pak Ahmad Daaba yang kebetulan sedang berdiri bersama guru-guru lain di podium. Dengan rasa takut, kami bertanya pada Pak Ahmad. Jawabannya sama dengan wali kelas XII CIBI tadi.
Hah, dengar kenyataan bahwa saya tidak lulus itu seperti dunia runtuh diterjang tsunami, angin topan, lebih parah deh dibanding film kiamat 2012 atau yang terbaru nih The Avenger. Kami pun kembali ke barisan. Saya sudah tidak sanggup berdiri lagi. Kaki saya lemas. Tidak tahu apa yang harus saya katakan pada kedua orang tua saya. Ditambah lagi tahun ini tidak ada ujian susulan. Mau tidak mau, air mata saya mulai bercucuran. Siapa yang tidak menangis coba, mengetahui dirinya tidak lulus. Akhirnya saya tahu, bagaimana perasaan teman-teman lain yang diberitakan di tv kalau dia tidak lulus. Saya mengerti mengapa mereka lebih memilih untuk bunuh diri. Ternyata begini rasanya. Seperti hidup sudah tidak berarti lagi. Hancur. Tanpa masa depan.
What? What the hell! Apa-apaan ini? Tiba-tiba teman-temanku yang lain bertepuk tangan. Sementara Pak Hartono datang menghampiri saya dan Kiki sambil tersenyum puas dan berkata, “Sepertinya ada 2 amplop yang nyangkut di kantung bapak nih.” Ahhh, saya dan Kiki spontan tertawa dan menangis lebih keras. “Ahhh, pak guru jahat, pak guru jahat, tega, tega!” Pak guru dan teman-teman yang lain pun tertawa. Ternyata mereka bekerja sama. “Saya tunggu Dhilah menangis dulu,” kata Pak Hartono.
Masih ingat tidak tulisan yang saya posting beberapa hari yang lalu tentang ulang tahun Pak Hartono? Kan biang keladinya saya tuh. Terus, nomor yang saya pakai adalah nomornya Kiki untuk menghubungi pak guru. Ternyata pak guru punya dendam kesumat kepada kami berdua. “1 sama,” katanya. Pak guru pun memberikan kami amplop. Setelah dibuka, tentu saja tulisannya LULUS. Hah, sekali lagi, teganya, teganya, teganya, dirimu pak guru. Pokoknya sejak kejadian ini, saya tidak mau lagi mengerjai orang, apalagi pada hari ulang tahunnya. Kapok deh, ampuuunn!!
Yah, meneruskan ritual nenek moyang. Kami pun menuju depan kelas XII Olimpiade untuk melakukan aksi corat-coret baju. Berhubung orang tuaku melarang saya melakukan aksi tersebut, jadi saya membawa selembar kain putih (sebenarnya warna krem sih, hehe) untuk dicoret sebagai pengganti baju. Kata orang tuaku, lebih baik seragamku disumbangkan kepada orang yang tidak mampu agar lebih berkah dan bermanfaat. Ya, semoga saja orang yang mendapatkan seragamku mengikuti jejakku sehingga lulus nantinya. Aamiiin… kepada siapa saja yng berhasil mendaptkan seragam limited editionku ini.
Acara selanjutnya. Foto-foto \{n_n}/
Setelah puas berfoto-foto ria di sekolah, kami, anak-anak Primagama berkunjung ke Primagama untuk bertemu dengan Mas Prasetyo Nugroho. Sesampainya di sana, ternyata kami sudah keduluan sama siswa-siswi SMAN 1 Kendari. Tapi tidak apa-apa. Kami have fun aja. Saling corat-coret dan foto-foto.
Setelah itu, ANALYSIS (Anak Loyal-Solid Olimpiade Sains) berkumpul di Studio Foto Tiara untuk berfoto bersama yang terakhir kalinya. Yah, walaupun pada kenyataannya tidak semua dapat hadir dalam kesempatan kali ini. Kemudian, kami singgah di RM Kelapa Gading untuk mengisi perut yang sudah keroncongan ini. Setelah puas berfoto, perut kenyang, it’s time to home. Ngantuk berat, capek, dan sebagainya.
The last but not the least, keep moving forward, friends! Walaupun banyak ANALYSIS yang tidak berhasil lulus SNMPTN jalur undangan (salah satunya saya, hiks), kalian harus percaya bahwa Tuhan pasti punya rencana lain yang lebih baik buat kita di balik kegagalan ini. Jadi jangan galau terus ya! Contohnya saya, sudah gak galau. Hehe. Lebih baik, ayo kita fokus ke SNMPTN jalur tulis, mencari beasiswa, atau mendaftar di universitas swasta. Banyak kok yang bagus yang tidak kalah sama universitas negeri.
Kata Pak Mario Teguh, langkah awal yang paling baik dalam memulai sesuatu adalah memulai, jangan menunggu. Sayonara!!!
::Leave 'Words' For Me::
::Followers::
Senin, 28 Mei 2012
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 comments:
Posting Komentar