Rabu, 23 Mei 2012

HELLO TO MY JI EUN [PART 6]

Posted by Nur Fadhilah at 7:05:00 AM

Author : Nur Fadhilah
Genre : Romance, friendship, comedy (a little bit)
Rating : PG-13
Length : Multi-chapter
Casts : Lee Ji Eun (IU), Lee Taemin (SHINee), Kim Jonghyun (SHINee), Song Jieun (Secret), Hyorin (Sistar), Sandara Park (2NE1)
Other casts : You can find it by yourselves
Disclaimer : The story just a fiction, because this is a fanfiction. The story is my own but the casts aren’t. I hope you like it. Happy reading :)


Baca PROLOG, PART 1, PART 2, PART 3, PART 4, & PART 5 dulu ne...


Previous Part:
“Gure,” kata Jonghyun tersenyum. “Kuromyon, mau kuantar pulang?”

Ji Eun berpikir sejenak lalu menganggukkan kepalanya. Jonghyun lalu berdiri dan memberikan tangannya pada Ji Eun. Ji Eun lalu menyambut tangan Jonghyun dengan hangat. Mereka pun berjalan bergandengan di tengah anak-anak kecil yang masih asyik bermain, walaupun matahari sepertinya sudah akan kembali ke peraduannya.


*****

Seoul National University

Suasana kelas yang tadinya gaduh berubah menjadi hening ketika seorang namja melangkahkan kakinya memasuki kelas. Wajahnya berbinar seakan mengekspresikan kerinduannya pada kelas yang telah ditinggalkannya selama ± seminggu lamanya.

“Annyeong haseyo!” sapa Jonghyun tersenyum ramah pada seluruh mahasiswanya.

“Annyeong haseyo, Songsaengnim!” balas mahasiswa tak kalah ramahnya. Sepertinya mereka juga merindukan akan sosok songsaengnimnya.

Jonghyun lalu melirik Ji Eun sebentar, yang kini sudah memberanikan diri untuk duduk kembali di deretan depan seperti bisaanya, sambil tersenyum manis sebelum kembali melanjutkan aktivitas mengajarnya.

“Ji Eun-ah, kali ini kuakui kau benar-benar hebat. Kau berhasil membawa Jonghyun Songsaengnim kembali. Kau bujuk dia dengan apa?” bisik Hyorin yang duduk di samping kanan Ji Eun.

“Kalau itu…” Ji Eun menghentikan perkataannya sejenak. “Rahasia!” lanjutnya sambil tersenyum nakal pada Hyorin.

“Aigoo…” kata Hyorin kecewa sambil memukul meja di depannya lumayan keras.

“Ehm…”

Terdengar deheman Jonghyun sebagai aksi penegurannya terhadap kelakuan Hyorin. Hyorin yang merasa dirinya disoroti hanya bisa tersenyum kikuk pada Jonghyun.

“Jwesonghamnida, Songsaengnim…”

*****

“Aish… ke mana perginya mereka? Tadi kan masih di sini…” keluh Ji Eun sambil meninggikan lehernya berusaha mencari ketiga sahabatnya di antara mahasiswa-mahasiswa yang lain.

“Hah, baru kutinggal ke toilet sebentar mereka sudah hilang. Malah ponselku lowbat,” sambungnya.

Ji Eun terdiam sebentar dan berpikir.

“Gure. Aku pulang duluan saja.”

Maka berjalanlah Ji Eun sendirian di tengah keramaian mahasiswa lain. Ketika keluar dari gerbang kampusnya, ia langsung menuju halte bus yang berada tidak jauh dari kampusnya.

TIN.. TIN..

Sebuah mobil Ford Focus ST menepi tepat di depan halte tersebut. Setelah kaca mobil diturunkan, barulah Ji Eun mengetahui siapa pemilik mobil tersebut.

“Songsaengnim?” tanya Ji Eun kaget.

“Ya, sudah berapa kali kau menumpang di mobilku, kau masih belum bisa mengingatnya? Aigoo…” ucap Jonghyun yang melihat ekspresi kaget Ji Eun.

Ji Eun yang tersipu malu lalu menggaruk tengkuknya.

“Mau pulang? Mana ketiga temanmu?” sambung Jonghyun.

“Ne. Ketiga orang itu meninggalkanku entah ke mana. Ponselku lowbat, jadi tidak bisa menghubungi mereka,” jelas Ji Eun.

“Naik!” suruh Jonghyun sambil membukakan pintu depan mobilnya dari dalam.

“Ha?”

“Naik!” suruh Jonghyun sekali lagi.

“Tapi… otte kalau orang lain melihat. Ini kan masih dekat kampus…” kata Ji Eun setengah berbisik karena lumayan banyak mahasiswa yang berdiri menunggu bus di halte itu.

“Mereka tak akan curiga. Naiklah!” jawab Jonghyun juga setengah berbisik.

Ji Eun tersenyum.

“Gure.”

Ji Eun lalu naik ke mobil Jonghyun. Tak lama, Jonghyun pun melajukan mobilnya di antara kendaraan-kendaraan lain.

“Besok setelah kuliah, kau ada acara?” tanya Jonghyun membuka pembicaraan.

“Mm… aniyo. Hwe?”

“Kau ingat, kau masih punya hutang jalan-jalan denganku.”

Mendengar jawaban Jonghyun, Ji Eun lalu melirik Jonghyun dengan ekor matanya. Ia kembali teringat kejadian beberapa hari lalu yang membuat Jonghyun marah dengan dirinya.

“Kau tak perlu mengingat kejadian itu lagi! Aku sudah melupakannya,” ujar Jonghyun tiba-tiba seakan tahu apa yang sedang Ji Eun pikirkan.

“N, ne…” jawab Ji Eun gugup.

“Otte besok setelah kuliahmu selesai, kita jalan-jalan ke suatu tempat?” tawar Jonghyun sambil sesekali melirik Ji Eun.

“Mm…” Ji Eun berpikir sejenak.

“Hwe? Kau bilang tak ada acara. Atau kau sudah membuat rencana diam-diam dengan namja tempo hari?” singgung Jonghyun.

“Aniyo!” balas Ji Eun spontan sambil membentuk tanda X dengan kedua tangannya.

“Hahaha… just kidding…” kata Jonghyun menertawai sikap Ji Eun.

“Ah? Hahaha…” Ji Eun pun membalas dengan tawa garing dan senyum kikuknya.

“Aigoo Ji Eun-ah, ini sudah kesekian kalinya kau mempermalukan dirimu sendiri di depan Jonghyun Songsaengnim,” batinnya.

“Gure, aku setuju!” ucap Ji Eun akhirnya.

Jonghyun hanya melirik Ji Eun sebentar lalu tersenyum. Tak lama kemudian, mobil Jonghyun berbelok di sebuah jalan. Sudah terlihat jelas papan bertuliskan Donghook Apartment.

Jonghyun menepikan mobilnya.

“Gure. Besok kujemput kau di kelasmu.”

“Mwo? Andwe. Orang lain bisa curiga…” kata Ji Eun khawatir.

“Gwenchana. Percayalah padaku!” kata Jonghyun menenangkan Ji Eun.

“Gure. Terserah Songsaengnim saja. Tapi awas saja kalau ada orang lain yang sampai curiga pada kita.”

Setelah pamit, Ji Eun pun turun dari mobil Jonghyun. Jonghyun pun kembali melajukan mobilnya.

*****

“Ha? Itu Ji Eun baru pulang? Berarti kami tadi meninggalkannya. Hah, kukira dia sudah pulang duluan. Dia naik mobil siapa? Sepertinya mobilnya tak asing,” Dara berpikir sejenak sambil tetap melihat Ji Eun yang melambaikan tangannya mengiringi kepergian mobil itu dari jendela kamarnya.

“Hah… molla. Aku lupa.”

*****

“Ji Eun-ah, kami mau jalan-jalan ke mal. Kau mau ikut?” tanya Song pada Ji Eun setelah kelas mereka siang itu usai.

“Ah, aniyo. Aku ada urusan dengan Jonghyun Songsaengnim,” jawab Ji Eun.

Mendengar perkataan Ji Eun, Hyorin langsung menyikut lengan Ji Eun.

“Eh, mak, maksudku urusan mengenai tugas. Yah, tugas, hehe…” kata Ji Eun cepat-cepat mengklarifikasi pernyataannya tadi. “Jadi, kalian pergi saja bertiga. Lain kali aku pasti ikut.”

“Oh, gure. Kajja!” kata Song sambil mengajak Dara dan Hyorin meninggalkan kelas.

“Annyeong, Ji Eun-ah!” ucap mereka bertiga serempak.

“Annyeong!” balas Ji Eun tersenyum.

“Huft, hampir saja,” kata Ji Eun lega setelah ketiga sahabatnya pergi.

Diperhatikannya sekeliling kelasnya. Aman. Tak ada orang lain lagi selain dirinya.

Ji Eun lalu mengambil cermin dari tasnya. Diperhatikannya lagi wajahnya baik-baik.

“Hah, ige bwoya? Aku sangat tegang…”

Kembali Ji Eun memperhatikan wajahnya di cermin.

“Yeppo!!” kata seseorang yang telah berdiri di pintu masuk kelas tersebut.

Ji Eun yang kaget lalu mengintip dari balik cerminnya, kemudian dimasukkannya kembali cermin tadi cepat-cepat dalam tasnya setelah mengetahui bahwa orang yang mengatainya ‘yeppo’ adalah Jonghyun.

Jonghyun hanya tertawa melihat Ji Eun yang salah tingkah.

“Kajja!” ajaknya.

Ji Eun lalu berdiri dari duduknya lalu cepat-cepat turun dan keluar dari kelas. Jonghyun sudah berjalan cukup jauh di depannya. Ji Eun mengerti. Jonghyun sengaja berjalan duluan agar tak ada yang curiga dengan mereka berdua. Ji Eun lalu mengekor di belakang Jonghyun.

Setelah tiba di parkiran, Jonghyun lalu menaiki mobilnya dan membukakan pintu untuk Ji Eun dari dalam.

“Palli! Sebelum ada orang yang memperhatikan kita,” kata Jonghyun.

Ji Eun pun segera berlari kecil menuju mobil Jonghyun dan menaikinya. Jonghyun pun melajukan mobilnya meninggalkan parkiran kampus.

“Hahaha…” tiba-tiba Ji Eun tertawa sendiri.

“Hwe?” tanya Jonghyun bingung.

“Setelah kupikir-pikir, sikap kita berdua tadi seperti mafia yang sedang menyamar dan ditugaskan melakukan misi rahasia. Hahaha…”

“Hahaha… kau ini…” Jonghyun pun ikut tertawa.

Hening sejenak. Jonghyun melirik Ji Eun sebentar.

“Hari ini kau tampak sedikit berbeda. Warna bajumu cerah sekali,” kata Jonghyun sambil sesekali melirik Ji Eun.

“Ha?” ucap Ji Eun kaget lalu berdeham cukup keras.

“Biasa saja…” sambungnya malu-malu sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

“Apapun yang kau pakai, tetap terlihat manis…” puji Jonghyun tanpa melihat ke arah Ji Eun.

Wajah Ji Eun langsung memerah setelah mendengar pujian Jonghyun. Dia lalu menelan kembali air ludahnya. Matanya terus berkedip seakan-akan baru saja menyaksikan suatu hal yang luar biasa.

“Kita mau ke mana?” tanya Ji Eun cepat mengalihkan pembicaraan setelah tersadar.

“Molla. Aku juga tak punya tujuan.”

“Haha…” Ji Eun tertawa kecil mendengar jawaban Jonghyun.

Jonghyun hanya tersenyum tipis sambil tetap fokus pada kemudinya.

“Kau sudah dengar mengenai pertunangan kita?” tanya Jonghyun membuka topik pembicaraan baru.

“Ne. Setelah ujian kan?”

Jonghyun hanya mengangguk.

“Kau setuju?” tanya Jonghyun lagi.

“Aku tidak mungkin bisa menolak.”

“Hwe?” tanya Jonghyun penasaran.

“Aku tak mau mengecewakan omma…”

“Oh…” Jonghyun mengangguk.

Suasana kembali hening sejenak.

“Nah, aku parkir di sana saja,” kata Jonghyun sambil menunjuk sebuah celah yang lumayan besar di antara beberapa mobil yang juga sedang parkir.

“Lho, kenapa di sini?”

“Dari sini, kita akan berjalan menuju taman yang ada di sana,” kata Jonghyun lagi sambil menunjuk sebuah taman yang ramai pengunjung.

Dalam hati, Ji Eun tertawa.

“Kenapa harus selalu di taman?” batinnya.

“Ya! Kau memikirkan apa? Kajja!” ajak Jonghyun yang juga bersiap turun dari mobil.

“Ah, ne…”

Jonghyun lalu menghampiri Ji Eun dan meraih tangannya.

“Kajja!” ajak Jonghyun sembari menarik tangan Ji Eun lembut.

Ji Eun hanya diam diperlakukan seperti itu. Sekilas, seulas senyum tersungging di bibir mungilnya.

Jonghyun lalu mengajak Ji Eun duduk di salah satu kursi taman tepat di bawah sebuah pohon yang rimbun.

“Kau mau coffee?” tanya Jonghyun.

“Oh, ne,” jawab Ji Eun mengangguk.

“Kau suka apa?”

Americano…”

“Gure. Jankanman!” kata Jonghyun lalu pergi meninggalkan Ji Eun.

Ji Eun lalu menatap kepergian Jonghyun hingga berbelok di suatu belokan. Diperhatikannya sekelilingnya. Beberapa anak sedang berkejar-kejaran, seorang yeoja yang bermain dengan anjingnya, orang-orang yang berlalu lalang, dan sepasang kekasih sedang berjalan sambil bergandengan tangan yang baru saja lewat di depannya. Ji Eun tersenyum melihat pasangan itu.

Taman itu terbilang sangat asri. Terletak lumayan jauh dari jalan raya sehingga terhindar dari polusi udara. Pohon-pohon besar nan rimbun ada di mana-mana. Rumput hijau menjadi karpet taman itu. Ji Eun lalu mengambil napas dalam dan menutup matanya.

“Noona…” tiba-tiba suara seorang anak lelaki mengagetkannya.

Ji Eun tersenyum pada anak itu.

“Hwe?”

“Ini untuk noona,” kata anak itu lalu menyerahkan setangkai white tulip.

“Kau memberikan bunga ini untukku?” kata Ji Eun mengambil bunga itu dari anak tadi.

“Aniyo. Hyung di sana yang memberikannya,” kata anak itu sambil menunjuk ke suatu tempat.

“Mana?” tanya Ji Eun karena tak melihat siapa pun di sana.

“Tadi hyung itu berdiri di sana dan menyuruhku memberikan bunga ini pada noona.”

“Bagaimana ciri-cirinya?” tanya Ji Eun penasaran.

“Hyung itu tampan dan tinggi. Dia juga baik. Lihat, dia memberiku lollipop,” kata anak itu senang.

“Ah, gomawo…” kata Ji Eun tersenyum sambil mengusap lembut kepala anak itu.

Anak itu lalu berlari meninggalkan Ji Eun dan kembali bermain bersama anak-anak yang lain.

Ji Eun lalu memperhatikan white tulip itu baik-baik. Mungkin ada pesan tersembungi di dalamnya. Tapi nihil, dia tidak menemukan apa-apa. Dia kemudian melihat ke tempat yang tadi ditunjukkan anak itu. Benar, tak ada siapa-siapa di sana.

“Apa mungkin… Taemin?” pikirnya.

“Andwe. Mana mungkin dia. Dia kan pergi ke London. Tapi… ”

“Apa yang kau lakukan?”

“Aku akan mengganti bunga ini dengan white tulip.”

“Shiro! Kau telah memberikannya kepadaku. Jadi ini milikku sekarang. Kau tidak boleh mengambilnya lagi!”

“Kuromyon, jankanman! Aku akan membelikanmu white tulip.”

“Aniyo! Kau bisa membelikanku lain kali.”

“Kuromyon, aku akan membelikanmu white tulip ketika pulang dari London.”


Tiba-tiba, percakapannya dengan Taemin beberapa hari yang lalu kembali terngiang-ngiang di kepalanya.

“Tapi… otte?” tanyanya lagi pada dirinya sendiri.

“Bunga dari siapa?” tiba-tiba suara Jonghyun membuyarkan lamunannya.

Sebenarnya Ji Eun berniat menyembunyikan keberadaan bunga itu. Tapi ia terlambat menyadari kehadiran Jonghyun.

“Err… err… molla. Tadi seorang anak memberikannya padaku,” jawab Ji Eun gugup.

“Mungkin dari penggemar rahasiamu?”

“Ha? Penggemar rahasia?”

“Apa mungkin?” batin Ji Eun.

“Hahaha… sudahlah. Lupakan saja! Ini coffeemu,” kata Jonghyun lalu memberikan coffee pesanan Ji Eun.

“Gomawo…” jawab Ji Eun seraya mengambil gelas coffee tersebut dari tangan Jonghyun.

“Kajja, kita berjalan-jalan. Tadi kulihat, pemandangan di sana sangat indah,” ajak Jonghyun.

Ji Eun hanya tersenyum dan mengangguk.

Ji Eun lalu berjalan mensejajarkan diri dengan Jonghyun. Tak lama mereka berjalan, mereka berdua tiba di suatu jalan setapak di mana kanan dan kiri jalan tersebut penuh dengan pohon-pohon rimbun yang daunnya berwarna merah hingga oranye. Benar kata Jonghyun, pemandangan di sini sangat indah.

Mereka berdua berjalan menyusuri jalan itu sambil menikmati coffee masing-masing. Jonghyun terlihat sangat menikmati pemandangan itu. Tapi tidak dengan Ji Eun. Ji Eun sibuk menoleh kanan kiri berusaha mencari sesuatu. Tangan kirinya menggenggam erat white tulip yang tadi diberikan padanya.

“Kalau memang Taemin orangnya, berarti saat ini dia sedang mengawasiku. Tapi dari mana dia tahu kalau aku ada di sini? Apa dia mengikutiku? Jankanman! Kuromyon, dia tahu kalau saat ini aku sedang bersama Jonghyun Songsaengnim? Ahh, otteokhe?” berbagai macam spekulasi kini berkeliaran bebas di otaknya.

“Hwe? Apa yang sedang kau cari?” suara Jonghyun mengagetkan Ji Eun.

“Eh, aniyo. Gwenchana…” jawab Ji Eun tersenyum lalu kembali fokus berjalan ke depan.

“Tapi… mungkinkah?” batinnya.

*****

Keesokan harinya…

Tok.. tok.. tok..

Tiba-tiba, Ji Eun yang baru saja keluar dari kamar mandi, lengkap dengan pakaian mandi dan handuk di kepalnya, dikagetkan oleh suara ketukan di pintu apartemennya.

“Nuguseyo?”

“Pengantar bunga,” terdengar suara dari balik pintu.

Dilihatnya jam dinding. Baru pukul 08.00. Pengantar bunga sepagi ini? Dari siapa? pikirnya.

Ji Eun lalu berjalan menuju pintu dan mengintip dari balik lubang kecil di pintunya. Terlihat seorang namja berseragam dengan topi paduan warna biru dan kuning bertuliskan Flowist. Ternyata benar, si pengantar bunga. Ji Eun membuka pintu.

“Annyeong haseyo! Apakah Anda Lee Ji Eun-ssi?” sapanya namja itu sopan.

“Ie…” jawab Ji Eun singkat.

“Saya mengantar paket bunga untuk Anda. Silakan tanda tangan di sini,” kata pengantar bunga itu sambil menunjukkan dua kertas bukti tanda terima dan menyodorkan pulpen.

Ji Eun lantas mengambil pulpen dan tanda terima itu, lalu menandatanganinya. Setelah itu, dikembalikan kepada pengantar bunga tadi. Pengantar bunga itu mengambil satu dari tanda terima itu dan memberikan satunya lagi pada Ji Eun.

“Kamsahamnida!” pamit pangantar bunga itu setelah memberikan paket bunga untuk Ji Eun.

Ji Eun menutup pintu. Ditatapnya paket bunga yang baru saja diterima. Dua tangkai white tulip. Dihirupnya wangi segar bunga itu.

Ji Eun sepertinya memiliki ide bagus. Dia mengambil vas bunga yang terletak di atas meja tepat di samping tempat tidurnya, mengeluarkan bunga plastik yang mengisi vas tersebut, mengisi vas itu dengan sedikit air, dan memasukkan dua tangkai white tulip yang baru diterimanya ke dalam vas tersebut.

“Indah sekali! Tapi, siapa pengirimnya?”

Ji Eun lalu memeriksa kembali bukti tanda terima yang tadi diberikan padanya. Tidak ada nama pengirimnya. Dia juga lupa menanyakannya.

“Huh, pabo!” kesalnya.

“Ah, aku harus bergegas. Hari ini kan aku kuliah pagi,” sambungnya setelah menyadari jarum jam telah menunjukkan pukul 08.10.

*****

Hari berikutnya…

Tok.. tok.. tok..

“Nuguseyo?”

“Pengantar bunga.”

“Hah? Pengantar bunga lagi?” batin Ji Eun heran.

Dilihatnya jam dinding. Pukul 08.00 lewat. Ji Eun membuka pintu.

“Annyeong haseyo! Benarkah Anda Lee Ji Eun-ssi?” Tanya pengantar bunga itu ramah sambil membaca nama Ji Eun dengan hati-hati di kertas yang dipegangnya.

“Ie…”

Pengantar bunga hari ini berbeda dengan kemarin.

“Saya mengantarkan paket bunga untuk Anda. Ini tanda terimanya. Mohon tanda tangan di sini.”

“Mm, jwesonghamnida. Bolehkah saya bertanya?” tanya Ji Eun sopan setelah menandatangani bukti tanda terima tersebut.

“Ie?”

“Siapa yang mengirim bunga ini?” tanya Ji Eun penasaran.

“Jwesonghamnida. Saya juga tidak mengetahui hal tersebut. Saya hanya ditugasi untuk mengantarkan bunga ini. Tapi biasanya nama pengirim tertulis di kertas ini…” jelas si pengantar bunga sambil menunjuk kertas tanda terima.

“Di sini nama pengirimnya tidak tercantum,” ucap Ji Eun sedikit kecewa setelah memeriksa kertas tersebut.

“Oh, mungkin itu permintaan khusus dari pengirim agar namanya tidak dicantumkan.”

“Apa masih ada yang lain?” sambung pengantar bunga itu.

“Ah, aniyo,” jawab Ji Eun tersenyum.

“Gure. Kuromyon, saya permisi. Kamsahamnida!”

Ji Eun lalu menatap paket kiriman bunga untuknya. Tiga tangkai white tulip.

“Aneh…” batinnya.

*****

“Kamsahamnida!” ujar seorang pengantar bunga lagi pagi ini, lalu melangkah pergi.

Empat tangkai bunga white tulip. Namun kali ini rasa penasaran Ji Eun mungkin akan terobati. Karena dia menemukan sebuah kartu ucapan terselip di antara keempat tangkai bunga white tulipnya. Dia mengambil kartu itu dan membukanya. Malangnya, bukan rasa penasarannya yang terobati, tapi rasa penasarannya yang semakin memuncak.

“Aku senang melihatmu tersenyum ketika menerima bunga ini.”

Segera setelah Ji Eun membaca kartu tersebut, ia keluar dari apartemennya yang berada di lantai dua dan melongok ke bawah. Mungkin saja ia bisa menemukan sosok orang yang selalu mengiriminya bunga akhir-akhir ini. Namun, cuma pengantar bunga tadi yang dilihatnya sedang berjalan menuju motor yang diparkir di depan Donghook Apartment.

*****

Seoul National University (cafetaria)

“Ji Eun-ah!” panggil Song tiba-tiba yang sukses membuyarkan lamunan Ji Eun.

“Hwe? Apa yang kau pikirkan?” sambungnya.

“Hari ini white tulip itu datang lagi. Semakin hari jumlahnya semakin banyak,” jawab Ji Eun pelan.

Song, Dara, dan Hyorin saling berpandangan.

“Apa kau tahu, siapa kira-kira yang mengirimnya?” tanya Hyorin.

“Molla. Tapi aku sempat terpikir pada seseorang,” jawab Ji Eun menerawang.

“Ya! Apa dia penggemar rahasiamu? Atau mungkin dia suka padamu?” sergah Dara.

“Ha? Penggemar rahasia?” Ji Eun teringat perkataan Jonghyun menanggapi dirinya yang menerima white tulip dari orang yang tak diketahuinya.

“Suka?” kali ini Ji Eun mengkerutkan keningnya.

Tiba-tiba ia teringat Taemin.

“Suka?” kembali Ji Eun mempertanyakan pertanyaan Dara tadi.

“Ne. Mungkin dia tahu kau suka white tulip, jadi ia mengirimimu. Itu berarti dia suka padamu,” jawab Dara.

“Mungkin…”

*****

Empat hari berlalu sejak ia selalu menerima white tulip dari orang yang misterius. Pagi ini ia menerimanya lagi. Lima tangkai white tulip dengan kartu ucapan diselipkan di antara tangkainya.

“Cinta yang sempurna, tulus, dan suci.”

Ji Eun terhenyak ketika membaca kalimat itu.

“Tidak salah lagi. Pasti dia orangnya,” kata Ji Eun menerawang langit.

~to be continued~


Word’s list:
1. Palli : cepat
2. Noona : panggilan adik laki-laki untuk kakak perempuan
3. Hyung : panggilan adik laki-laki untuk kakak laki-laki


Next TEASER:
White tulip? Aku baru sekali ini memberikannya padamu.”

“Kau ada hubungan apa dengan Jonghyun Songsaengnim?”


Author’s NOTE:
Hai hai! Jumpa lagi kali ini di PART 6. Maaf ya, postingnya agak lama lagi. Soalnya, beberapa hari yang lalu, saya sibuk mengurus perpisahan sekolah. Yaa, berhubung saya salah satu pengisi acara, jadi harus latihan dari pagi hingga sore. Makanya saya tidak sempat untuk melanjutkan cerita ini.
Kalau menurutku, cerita di part ini agak aneh dan sedikit membosankan. Berhubung karena lama tidak menulis, jadi saya menderita penyakit lupa mengenai kelanjutan cerita ini. Padahal saya sudah merancang cerita di part ini akan seperti apa. Tapi lupa, jadi saya buat kayak gini saja. Maaf ya… Tapi semoga kalian masih suka dan tetap menunggu kelanjutan cerita ini. Janji deh, PART 7 harus lebih gregetan lagi ^^
Okay. Now, please drop your comment. Mau pendapat, kritik, saran, atau hanya sekadar comment iseng boleh saja, asal menggunakan bahasa yang sopan serta ejaan yang disempurnakan. Hehe… ^lol^

:: Setiap comment akan saya baca dengan ketelitian 0,01 mm dan Insya Allah akan saya balas ::

2 comments:

chanji yoo mengatakan...

waaah.. Makin seru nih cingu.. Biasanya kalo baca FF lain, aku suka bgt ama pair taemIU. Tapi entah knp dsni lebih suka ama jongIU . Kekeke
Beneran nggak tega kalo jong oppa dibikin nyesek.. Tapi terserah author yg bikin FF sih. Hehehe
Ditunggu next part . Hwaiting ^^

Nur Fadhilah mengatakan...

Oh gitu yak? Tp klo menurutku sih part ini benar2 aneh bin ajaib. Hehe.. Tq ^.-

Posting Komentar

 

Dhilah siBluuu Girl Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review